Ada banyak jalan di luar sana yang ditempuh oleh banyak orang untuk mencapai kesehatan, seperti melalui meditasi atau pengembangan diri. Bukan untuk mendapatkan sesuatu kekuatan khusus, namun sekadar mengembangkan diri menjadi sosok yang berbudi lebih lembut, menjadi welas asih ataupun menjadi sosok yang berbahagia.
Jika kita terlalu kaku, acap mementingkan diri sendiri, orang cenderung rentan terhadap stres. Dan sebagaimana yang telah diterima secara umum, stres memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan. Pada kondisi yang berlarut-larut, stres sering kali dikaitkan dengan banyak masalah kesehatan, seperti depresi, masalah jantung, kanker, peradangan kronis seperti artritis, pikun (dimensia) dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sejumlah penelitian medis menunjukkan bahwa stres dapat melonjakkan kadar interleukin-6 dan juga kortisol, dan kondisi yang berkepanjangan/paparan berlebihnya dalam tubuh dihubungkan dengan sejumlah penyakit.
Sedemikian hingga, kita dianjurkan untuk menghindari stres demi menjaga kesehatan kita. Namun kondisi stres saat ini tampaknya menjadi sesuatu yang lebih umum ditemukan dalam keseharian kita. Dengan kata lain, dalam banyak situasi, stres menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Ada banyak anjuran untuk menanggulangi stres, misalnya melakukan relaksasi, menjauhkan diri dari paparan stres sementara waktu, hingga ada yang bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti manajemen stres dan kelas-kelas serupa.
Dan salah satu pendekatan yang mendapat perhatian dunia medis adalah melalui meditasi kasih sayang. Mereka yang secara rutin melakukan meditasi kasih sayang memiliki stres psikologis yang lebih rendah, dan menurunkan kadar interleukin-6, setidaknya demikian yang dilaporkan dalam sebuah penelitian di Universitas Emory.
Terdapat lebih banyak manfaat meditasi ini bagi kesehatan, meski dengan tidak langsung, namun meditasi dapat membantu mencegah penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, menurunkan rasa nyeri, membantu menanggulangi diabetes dan asma.
Di sisi lain, meditasi membantu mengembangkan karakter seseorang menjadi lebih mampu berempati. Ya, memang tidak banyak orang mampu berempati dengan baik, mungkin hal ini juga disebabkan oleh faktor genetik. Dari sebuah penelitian yang sempat muncul di PNAS – orang yang memiliki gen empati akan lebih cenderung menjadi sosok yang mudah berempati.
Jika kita gambarkan gen G memiliki kecenderungan lebih mampu berempati, dan jenis gen A memiliki kecenderungan sebaliknya. Maka orang dengan gen GG akan memiliki kemampuan berempati yang lebih dibandingkan dengan yang tidak, bahkan jika gen A lebih dominan, ada kecenderungan menjadi sulit berempati atau berisiko tinggi akan autisme.
Maka, melalui meditasi, seseorang memiliki kesempatan untuk dapat belajar lebih berempati. Dan ini akan membantu seseorang mampu beradaptasi lebih baik dalam lingkungan sosial, sehingga juga dapat menghindari picuan stres yang sebenarnya tidak perlu timbul.
Meditasi dan mengembangkan kasih sayang mungkin terdengar sederhana dan tidak begitu bermakna, namun tetap memiliki manfaat yang cukup bermakna pada kesehatan kita.
Tinggalkan Balasan