Jadi apa yang saya lakukan pada tanggal 29 Februari ini? Saya hampir melupakan sesuatu yaitu membuat proyek informasi teknologi. Biasanya setiap akhir tahun saya membuat sebuah “winter project“, dan yang terakhir adalah Manvahana – hanya saja akhir tahun yang lalu benar-benar terlewatkan karena kesibukan yang tidak bisa dihindarkan.
Saya tidak ingin sesuatu yang berakhir kacau seperti “summer project” tahun lalu Likhita Mandala yang sampai sekarang terbengkalai. Nah kali ini saya menggarap sebuah “spring project” yang cukup serius (semoga). Sebuah online shop yang menggabungkan keunggulan WordPress dan Dwarapala. Saya menamakannya “Arunametta” – yang bermakna “pelaju mentari kebahagiaan“.
Arunametta saya buat sebagai sebuah toko daring (online shop – saya berharap bisa mengalihbahasakannya sebagai todaring saja). Saya mengambil sedikit bagian bisnis keluarga dalam jual-beli perhiasan dan aksesoris kerajinan perak di Bali, khususnya daerah Gianyar.
Proyek ini seperti hitam putih yang kontras bagi saya, di satu sisi saya memang menaruh minat pada menulis, seni publikasi dan sistem informasi teknologi – meski semua itu bukan bagian dari profesi saya. Di sisi lain saya sama sekali tidak menguasai manajemen perdagangan, memahami pasar ataupun tentang perekonomian mikro yang yang menjadi tulang punggung dari sebuah usaha jual-beli. Intinya, saya punya modal di bidang teknologi, namun tidak punya jiwa bisnis.
Namun, mengapa saya berpikir terlalu panjang lebar? Mencoba sesuatu yang baru bahkan dari titik nol adalah sesuatu yang memberikan ketertarikan dan gairah tersendiri. Itulah yang melahirkan konsep “Lhagima Project“, yang kemudian terbagi menjadi winter, spring, summer, dan autumn. Sesuatu seperti exploring the wild, dunia yang tidak pernah kita jelajahi sebelumnya.
Tentu saja ada banyak kendala yang saya sadari akan saya hadapi dalam hal ini. Misalnya, saya tidak memiliki usaha kerajinan perak, maka sepenuhnya suplai produk/barang/jasa akan berasal dari afiliasi pihak ketiga. Ini bermakna kerja ganda. Di luar sana, di dunia maya, ada sejumlah toko daring kerajinan perak – terutama juga dari Bali dan Jogja yang sudah lebih banyak mendapatkan perhatian dan popularitas. Ini seperti seekor tikus yang masuk ke area singa – jika berbicara masalah persaingan.
Jadi intinya, orang yang tidak paham pasar, bukan pemain utama di pasar, dan bahkan tidak populer di pasar sedang turun untuk ikut menggerakkan pasar.
Bagaimana itu terdengar? Bagi saya sederhana, itu tampak menarik.
Saya tidak memiliki kemampuan mengelola CMS khusus e-commerce, namun beruntung saya memiliki WordPress sebagai sahabat sejak beberapa tahun terakhir. Memang WordPress tidak asli mendukung e-commerce, namun hei!, bukankah open source bisa diubah dan diakali, dan nyatanya banyak yang menggunakan WordPress sebagai basis online shop mereka.
Namun saya tidak ingin membuat e-commerce melalui WordPress, saya tidak punya banyak waktu untuk membongkar semuanya, dan saya sudah mencoba beberapa sistem pada WordPress, dan hasilnya cukup bagus. Hanya saja karena saya menginginkan sesuatu yang lebih sederhana, saya memilih menggunakan cara klasik nan manual. Dan sistem online shop rencananya akan saya serahkan pada Dwarapala.
Dwarapala adalah sebuah online shop hosting yang dapat digunakan secara gratis, namun cukup apik dalam penilaian saya. Dan saya suka namanya – Dwarapala – bermakna “penjaga ruang suci kebebasan“. Dwarapala cukup bagus untuk dijadikan toko daring bagi pemula seperti saya, mendukung bahasa Inggris dan Indonesia, serta menyediakan beberapa tema gratis. Mungkin bagi narablog yang juga tertarik membuka usaha jual-beli di dunia maya, Dwarapala akan sangat pas, apalagi belakangan ini saya lihat banyak narablog yang mulai menjadi penulis dan menghasilkan buku.
Saat ini, Arunametta belum beroperasi secara penuh karena masih dalam tahap pengembangan. Kerangka dasarnya sudah siap, dan bisa dikunjungi langsung.
Silakan klik logo Arunametta di atas untuk mengunjungi situs resminya. Saya rasa saya masih memerlukan banyak saran dari narablog sekalian, kira-kira apa yang masih perlu dibenahi pada situs e-commerce pertama saya ini. Dan seandainya Anda datang sebagai pelanggan, apa yang masih terasa kurang. Anda bisa memberikan masukkan di situs tersebut langsung, ataupun melalui halaman ini.
Arunametta dibangun sepenuhnya dengan open source, seperti logo di atas saya desain dengan menggunakan Gimp pada Linux. Meski sederhana saya rasa cukup baik untuk sebuah logo. Karena saya ingin mempertahankan konsep kesederhanaan pada Arunametta, sedemikian hingga mudah digunakan dan bisa diakses lewat pelbagai media. Pun pengerjaannya menggunakan open source, lisensi yang terapkan berbeda dengan Bhyllabus yang menggunakan creative commons, Arunametta menggunakan lisensi hak cipta penuh. Namun tentu saja prinsip “fair use” tetap dipertimbangkan.
Seperti biasa, Arunametta juga menyediakan halaman komunitas pada Facebook dan Google Plus, Anda dapat memanfaatkannya – baik sekadar untuk mendapatkan informasi ringan seputar produk kerajinan perak di Bali yang nantinya akan ditambahkan secara bertahap, ataupun mungkin diskon khusus bagi anggota komunitas pada momen-momen tertentu.
Namun untuk saat ini, yang paling saya perlukan adalah masukkan – apalagi mengingat saya akan mengelolanya sendiri. Jika sahabat sekalian bersedia meluangkan waktu sesaat untuk memberikan pendapatnya, saya haturkan terima kasih (tanpa dipotong pajak).
good luck buat toko online barunya mas, hehe
SukaSuka
Terima kasih Pak Jarwadi, tapi masih belum tahu ke depannya mau bagaimana :).
SukaSuka
Wohooo…Cahya, selamat ya! Senangnya 🙂
Mmm…haturkan kan gak ada di KBBI *permisi, mau sign out* hehehe…
SukaSuka
He he…, maunya kemarin buka toko bakpia saja, tapi khawatir Deva bakalan minta diadakan stok rasa durian :p.
Iya Deva, “haturkan” memang tidak ada dalam KBBI edisi 4 (tapi sudah buka yang edisi 5 belum?) bukan karena salah, namun karena bukan kata baku (penyerapan kata daerah yang belum sepenuhnya). Kalau untuk urusan legal formal memang kurang tepat, sehingga sering disarankan menggunakan kata “ucapkan”. Nah, kalau bukan dalam ranah legal formal? :D.
SukaSuka
*sembah Cahya, wahai engkau kepala kutu dewa tata bahasa Indonesia* -> lain kali gak mau koreksi kamu lagi ah 😀
Aku mendadak sibuk bikin daftar minta traktiran kamu, selain bakpia bisa nambah perak di daftarnya. Selamat sekali lagi, Cahya 😉
SukaSuka
Terima kasih Deva :).
SukaSuka
Kayaknya lebih cocok berbisnis dengan dimensi baru. Base bussines sudah ada, mas cahya hanya mengembangkan pola pemasaran saja.
SukaSuka
Pak Aldy, maksudnya “berbisnis dalam dimensi baru” apa ya Pak?
Pemasaran itulah yang tidak saya kuasai, satu-satunya hal yang bisa saya tawarkan sampai saat ini adalah bantuan, bukan barang atau jasa. Namun saya rasa, kalau tidak terjun langsung mungkin tidak akan paham. Beginilah kalau kebiasaan belajar otodidak, sesuatu mesti dibongkar sendiri biar tahu isinya.
Entahlah, mungkin saya akan mencari penasihat khusus masalah ini.
Lebih dari keuntungan finansial, ilmu yang didapatkan jauh lebih berarti.
SukaSuka