A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

  1. Pendahuluan
  2. Epidemiologi dan Beban Penyakit
  3. Patofisiologi: Ketika Sistem Imun Menyerang Folikel Rambut
  4. Etiologi dan Faktor Risiko
    1. Faktor Genetik
    2. Faktor Autoimun
    3. Faktor Lingkungan dan Pemicu
  5. Manifestasi Klinis
    1. Gambaran Klasik
    2. Varian Klinis
    3. Keterlibatan Kuku
  6. Diagnosis
    1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
    2. Dermoskopi (Trikoskopi)
    3. Pemeriksaan Penunjang
    4. Diagnosis Banding
  7. Penatalaksanaan: Era Baru dengan Inhibitor JAK
    1. Terapi Topikal
      1. Kortikosteroid Topikal
      2. Minoksidil Topikal
      3. Imunoterapi Kontak
    2. Terapi Intralesi
      1. Injeksi Kortikosteroid Intralesi
    3. Terapi Sistemik Konvensional
      1. Kortikosteroid Sistemik
      2. Metotreksat
    4. Inhibitor JAK: Terobosan Terapi Terkini
      1. Baricitinib (Olumiant®)
      2. Ritlecitinib (Litfulo®)
      3. Deuruxolitinib (Leqselvi®)
      4. Tofacitinib (Off-Label)
      5. Efek Samping Inhibitor JAK
    5. Terapi Adjuvan dan Suportif
      1. Fototerapi
      2. Terapi Laser
      3. Platelet-Rich Plasma (PRP)
      4. Mikroneedling
    6. Dukungan Psikososial
  8. Prognosis dan Perjalanan Penyakit
    1. Faktor Prognosis Baik
    2. Faktor Prognosis Buruk
    3. Remisi Spontan
    4. Persistensi dan Progresivitas
  9. Pencegahan dan Manajemen Gaya Hidup
    1. Manajemen Stres
    2. Pola Diet Sehat
    3. Perawatan Rambut
    4. Monitoring Kesehatan
  10. Perspektif Indonesia
    1. Akses Terapi
    2. Arah Pengobatan di Indonesia
    3. Riset dan Edukasi
  11. Penelitian dan Terapi Masa Depan
    1. Terapi yang Sedang Diteliti
      1. Inhibitor JAK Generasi Baru
      2. Terapi Biologik
      3. Terapi Topikal Baru
      4. Terapi Kombinasi
      5. Terapi Berbasis Genetik dan Presisi
    2. Biomarker Prognostik
  12. Kesimpulan
  13. Catatan Kaki
  14. Referensi

Pendahuluan

Alopecia areata1 merupakan kondisi kebotakan yang kerap menjadi kekhawatiran bagi banyak orang karena onset2 yang mendadak dan dampak psikososialnya yang signifikan. Berbeda dengan kebotakan pola biasa yang berkembang secara bertahap, alopecia areata dapat muncul secara tiba-tiba dengan pola kebotakan berbentuk bulat atau oval yang khas. Kondisi ini tergolong penyakit autoimun3 yang menyerang folikel rambut4, menyebabkan kerontokan rambut tanpa disertai pembentukan jaringan parut (non-scarring alopecia).

Meskipun artikel ini pertama kali dipublikasikan lebih dari satu dekade lalu, pemahaman tentang alopecia areata telah mengalami kemajuan pesat, terutama dalam hal mekanisme penyakit dan modalitas terapi. Sejak tahun 2022, tiga inhibitor Janus kinase (JAK)5 telah mendapat persetujuan FDA6 untuk pengobatan alopecia areata berat, menandai era baru dalam penatalaksanaan kondisi yang sebelumnya sulit ditangani ini.

Epidemiologi dan Beban Penyakit

Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Nature Reviews Disease Primers (2025), alopecia areata mempengaruhi sekitar 2% populasi global selama masa hidup mereka7. Data epidemiologi menunjukkan prevalensi berkisar antara 0,1-0,2% pada populasi umum, dengan risiko kumulatif8 seumur hidup mencapai 2%9. Kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, ras, dan jenis kelamin tanpa perbedaan signifikan.

Di Indonesia, data epidemiologi alopecia areata masih terbatas. Sebuah studi retrospektif di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2012-2016 melaporkan bahwa alopecia areata menyumbang 0,6% dari total kunjungan pasien di Divisi Kosmetik Medik. Mayoritas pasien adalah laki-laki (70%) dengan kelompok usia 25-44 tahun mendominasi (40%)10.

Meskipun dapat muncul pada usia berapa pun, mayoritas kasus terdiagnosis sebelum usia 40 tahun, dengan rerata onset pada usia 25-36 tahun. Pada anak-anak, onset biasanya terjadi pada usia 5-12 tahun. Kondisi ini membawa dampak psikologis yang berat—sekitar 50% penderita mengalami penurunan kualitas hidup, dan hingga 70% mengalami gangguan psikiatri seperti depresi, kecemasan, dan fobia sosial11.

Patofisiologi: Ketika Sistem Imun Menyerang Folikel Rambut

Alopecia areata merupakan penyakit autoimun organ-spesifik yang ditandai dengan hilangnya privilese imun12 pada folikel rambut. Dalam kondisi normal, folikel rambut merupakan immune-privileged site—area yang terlindung dari serangan sistem imun. Pada alopecia areata, perlindungan ini rusak, memicu infiltrasi sel T CD8+13 yang menyerang struktur folikel rambut.

Penelitian terkini mengidentifikasi peran sentral jalur JAK-STAT14 dalam patogenesis penyakit. Sitokin15 interferon-gamma (IFN-γ) dan interleukin-15 (IL-15) mengaktivasi jalur ini melalui JAK1 dan JAK3, yang kemudian memicu proliferasi sel T autoreaktif16 CD8+ NKG2D+17. Sel-sel ini menyerang folikel rambut, mengganggu siklus pertumbuhan rambut normal dan menyebabkan rambut masuk ke fase telogen18 prematur atau bahkan fase katagen19 yang dipercepat.

Studi terbaru menggunakan analisis randomisasi Mendelian20 (2025) mengidentifikasi peran metabolic reprogramming-related genes (MRRG), khususnya gen SQSTM1, dalam meningkatkan risiko alopecia areata. Peningkatan ekspresi SQSTM1 pada folikel rambut yang terkena menunjukkan gangguan autophagy21 dan metabolisme seluler sebagai mekanisme patogenik tambahan22.

Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi alopecia areata bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, autoimun, dan lingkungan.

Faktor Genetik

Kecenderungan genetik berperan penting dalam alopecia areata. Sekitar 10-20% penderita memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Beberapa gen yang telah diidentifikasi berperan dalam kerentanan terhadap penyakit ini mencakup:

  • ULBP3: Mengkode ligan grup natural killer 2D yang diekspresikan pada bagian dermal folikel rambut
  • HLA-DRB1: Berlokasi pada kromosom 6 dan berperan sebagai regulator sistem imun
  • Gen interleukin-1 receptor antagonist: Terlibat dalam regulasi respons inflamasi

Faktor Autoimun

Alopecia areata sering berkomorbiditas dengan kondisi autoimun lainnya, termasuk:

  • Penyakit tiroid (hipotiroidisme, tiroiditis Hashimoto)
  • Vitiligo23
  • Lupus eritematosus sistemik
  • Artritis reumatoid
  • Penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease)
  • Dermatitis atopik

Faktor Lingkungan dan Pemicu

Berbagai faktor lingkungan dapat memicu atau memperburuk alopecia areata:

  • Stres fisik dan emosional
  • Infeksi virus (COVID-19 telah dilaporkan sebagai pemicu dalam beberapa kasus)
  • Paparan sinar ultraviolet
  • Trauma fisik pada kulit kepala
  • Vaksinasi tertentu (Japanese encephalitis, hepatitis B, HPV)

Penelitian randomisasi Mendelian terbaru (2025) juga mengidentifikasi hubungan kausal antara pola diet dengan risiko alopecia areata. Konsumsi alkohol menunjukkan asosiasi risiko terkuat, sementara diet kaya antioksidan seperti buah melon, bawang, dan teh menunjukkan efek protektif24.

Manifestasi Klinis

Gambaran Klasik

Alopecia areata klasik (patchy alopecia areata) ditandai dengan:

  • Kebotakan berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas
  • Kulit pada area kebotakan tampak halus, tanpa skuama25 atau tanda inflamasi
  • Folikel rambut tetap terlihat (tidak ada jaringan parut)
  • Rambut “exclamation mark”26 di tepi area kebotakan—rambut pendek dengan pangkal lebih tipis menyerupai tanda seru
  • Lokasi tersering: kulit kepala bagian oksipital27, meskipun dapat terjadi di area berambut mana pun

Varian Klinis

  • Alopecia totalis: Kehilangan seluruh rambut kulit kepala
  • Alopecia universalis: Kehilangan seluruh rambut tubuh, termasuk alis, bulu mata, rambut pubis, dan rambut tubuh lainnya
  • Ophiasis: Pola kebotakan berbentuk pita di area oksipital dan temporal
  • Sisaipho: Pola kebotakan pada daerah frontal dan parietal (kebalikan dari ophiasis)
  • Diffuse alopecia areata: Penipisan rambut difus tanpa area kebotakan yang jelas

Keterlibatan Kuku

Sekitar 10,5-35,8% pasien mengalami perubahan kuku, termasuk:

  • Pitting28 (lekukan kecil seperti titik-titik)
  • Trakinokia29 (kuku kasar dan rapuh)
  • Longitudinal ridging30 (garis-garis vertikal pada kuku)
  • Onikolisis31 (lepasnya lempeng kuku dari dasarnya)

Diagnosis

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Diagnosis alopecia areata umumnya bersifat klinis, berdasarkan:

  1. Riwayat onset mendadak kerontokan rambut
  2. Pemeriksaan inspeksi: Area kebotakan berbatas tegas dengan folikel yang masih terlihat
  3. Tes tarik rambut (hair pull test): Mencabut 50-60 helai rambut dengan lembut; positif jika >10% rambut tercabut
  4. Identifikasi rambut “exclamation mark”

Dermoskopi (Trikoskopi)

Dermoskopi membantu konfirmasi diagnosis dan menilai aktivitas penyakit dengan mengidentifikasi:

  • Yellow dots: Titik kuning yang merupakan sisa folikel kosong dengan sumbatan sebum
  • Black dots: Titik hitam yang merupakan rambut yang patah di dalam folikel
  • Exclamation mark hairs
  • Rambut distrofik32 dan rambut yang tumbuh kembali

Pemeriksaan Penunjang

Umumnya tidak diperlukan, namun dapat dilakukan jika diagnosis meragukan:

  • Biopsi kulit: Menunjukkan infiltrat limfositik peribulbar33 pola “swarm of bees”
  • Tes darah: Untuk menyingkirkan penyakit penyerta atau komorbiditas autoimun
    • Fungsi tiroid (TSH, T3, T4)
    • ANA34 (untuk lupus)
    • Darah lengkap
  • Tes alergi: Jika dicurigai ada kondisi atopi penyerta

Diagnosis Banding

Kondisi lain yang perlu dipertimbangkan:

  • Tinea kapitis35 (infeksi jamur kulit kepala)
  • Alopecia androgenetik
  • Telogen effluvium
  • Trikotilomania36
  • Alopesia sikatrikal primer
  • Sifilis sekunder

Penatalaksanaan: Era Baru dengan Inhibitor JAK

Penatalaksanaan alopecia areata bersifat multidisiplin, mempertimbangkan aspek klinis, psikologis, dan harapan pasien. Penting untuk dipahami bahwa tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan alopecia areata; pengobatan yang ada bertujuan merangsang pertumbuhan rambut kembali dan mengontrol aktivitas penyakit.

Terapi Topikal

Kortikosteroid Topikal

Pilihan lini pertama untuk alopecia areata ringan hingga sedang (kehilangan rambut <50%). Preparat yang umum digunakan:

  • Klobetasol propionat 0,05% (krim, foam, atau larutan)
  • Betametason dipropionat 0,05%

Aplikasi dilakukan 1-2 kali sehari pada area yang terkena. Respons terapi mulai terlihat setelah 3-6 bulan penggunaan rutin.

Minoksidil Topikal

Minoksidil 5% dapat digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan kortikosteroid. Mekanisme kerjanya meliputi vasodilatasi37 dan perpanjangan fase anagen. Aplikasi dua kali sehari, dengan respons awal terlihat setelah 3-6 bulan.

Imunoterapi Kontak

Diphenylcyclopropenone (DPCP) atau squaric acid dibutyl ester (SADBE) digunakan untuk menginduksi dermatitis kontak alergi terkontrol yang dapat mengalihkan respons imun dari folikel rambut. Metode ini efektif untuk kasus yang lebih luas, dengan tingkat respons 40-60% pada kasus yang tepat.

Terapi Intralesi

Injeksi Kortikosteroid Intralesi

Triamsinolon asetonid 2,5-10 mg/mL disuntikkan secara intralesi pada dermis superfisial area yang terkena. Prosedur ini merupakan pilihan utama untuk alopecia areata terbatas, dengan respons terapi mencapai 60-67% pada kasus yang tepat. Injeksi diulang setiap 4-6 minggu.

Terapi Sistemik Konvensional

Kortikosteroid Sistemik

Prednison atau metilprednisolon dapat digunakan untuk alopecia areata luas yang progresif. Namun, penggunaan jangka panjang dibatasi oleh efek samping sistemik yang signifikan. Rejimen yang umum:

  • Prednison pulse: 300 mg/minggu dalam dosis terbagi selama 3 bulan
  • Taper dosis dengan monitoring ketat

Metotreksat

Dapat dipertimbangkan sebagai steroid-sparing agent38, terutama untuk kasus refrakter39. Dosis 15-25 mg/minggu dengan suplementasi asam folat.

Inhibitor JAK: Terobosan Terapi Terkini

Sejak Juni 2022, FDA telah menyetujui tiga inhibitor JAK untuk pengobatan alopecia areata berat pada dewasa, menandai era baru dalam penatalaksanaan penyakit ini.

Baricitinib (Olumiant®)

  • Mekanisme: Inhibitor JAK1 dan JAK2 selektif
  • Indikasi: Alopecia areata berat pada dewasa
  • Dosis: 2-4 mg sekali sehari (dosis yang disetujui FDA adalah 2 mg)
  • Efikasi: Studi BRAVE-AA1 dan BRAVE-AA2 menunjukkan 35-40% pasien mencapai skor SALT40 ≤20 pada minggu ke-36. Studi real-world Italia (2025) melaporkan 63,2% pasien mencapai SALT ≤20 pada minggu ke-4841
  • Keunggulan: Data jangka panjang menunjukkan efikasi yang bertahan hingga 48 minggu dengan profil keamanan yang dapat diterima

Ritlecitinib (Litfulo®)

  • Mekanisme: Inhibitor JAK3 dan TEC kinase family
  • Indikasi: Alopecia areata berat pada dewasa dan remaja ≥12 tahun (persetujuan pertama untuk populasi pediatrik)
  • Dosis: 50 mg sekali sehari
  • Efikasi: Studi ALLEGRO menunjukkan 23% pasien dosis 50 mg mencapai SALT ≤20 pada bulan ke-6, dibandingkan 2% pada kelompok plasebo
  • Keunggulan: Selektivitas tinggi untuk JAK3, berpotensi mengurangi efek samping off-target42

Deuruxolitinib (Leqselvi®)

  • Mekanisme: Inhibitor JAK selektif
  • Indikasi: Alopecia areata berat pada dewasa
  • Dosis: 8 mg atau 12 mg dua kali sehari
  • Efikasi: Studi THRIVE-AA1 dan THRIVE-AA2 menunjukkan 29,6% (dosis 8 mg) dan 41,5% (dosis 12 mg) pasien mencapai SALT ≤20 pada minggu ke-2443
  • Keunggulan: Profil keamanan yang baik dengan efek samping ringan hingga sedang

Tofacitinib (Off-Label)

Meskipun tidak mendapat persetujuan khusus untuk alopecia areata, tofacitinib (inhibitor pan-JAK) telah digunakan secara off-label sejak 2015 dengan data efikasi yang memadai dan tersedia dalam bentuk generik yang lebih terjangkau44.

Efek Samping Inhibitor JAK

Semua inhibitor JAK memiliki boxed warning FDA untuk:

  • Infeksi serius (termasuk tuberkulosis, infeksi oportunistik)
  • Peningkatan mortalitas pada populasi berisiko tinggi
  • Keganasan (limfoma, kanker kulit non-melanoma)
  • Major adverse cardiovascular events (MACE)
  • Trombosis (trombosis vena dalam, emboli paru)

Efek samping umum yang dilaporkan meliputi sakit kepala, akne, infeksi saluran pernapasan atas, dan gangguan gastrointestinal ringan.

Terapi Adjuvan dan Suportif

Fototerapi

  • PUVA (psoralen + UVA) atau narrowband UVB dapat dipertimbangkan untuk kasus yang luas
  • Diperlukan 2-3 sesi per minggu selama beberapa bulan
  • Tingkat respons bervariasi (20-60%)

Terapi Laser

Excimer laser 308 nm dapat digunakan untuk lesi terbatas dengan hasil yang menjanjikan pada beberapa studi.

Platelet-Rich Plasma (PRP)

Injeksi PRP dapat merangsang pertumbuhan rambut melalui pelepasan growth factors45. Beberapa studi menunjukkan hasil yang menjanjikan sebagai terapi adjuvan.

Mikroneedling

Dapat meningkatkan penetrasi obat topikal dan merangsang pertumbuhan rambut melalui induksi wound healing response46.

Dukungan Psikososial

Mengingat dampak psikologis yang signifikan, pendekatan holistik mencakup:

  • Konseling psikologis atau psikiatri jika diperlukan
  • Dukungan kelompok (support groups)
  • Penggunaan wig, toupee, atau aksesoris rambut untuk meningkatkan kepercayaan diri
  • Teknik kamuflase dengan microblading untuk alis atau eyeliner permanen untuk bulu mata

Prognosis dan Perjalanan Penyakit

Perjalanan alopecia areata bersifat tidak dapat diprediksi dan sangat individual. Beberapa poin penting mengenai prognosis:

Faktor Prognosis Baik

  • Onset di usia dewasa (>30 tahun)
  • Durasi penyakit pendek (<6 bulan)
  • Luas kebotakan terbatas (<50%)
  • Tidak ada riwayat atopi
  • Tidak ada keterlibatan kuku
  • Tidak ada riwayat keluarga

Faktor Prognosis Buruk

  • Onset di usia anak-anak
  • Alopecia totalis atau universalis
  • Durasi penyakit >1 tahun
  • Pola ophiasis
  • Keterlibatan kuku
  • Riwayat keluarga positif
  • Komorbiditas atopi

Remisi Spontan

Sekitar 34-50% pasien dengan alopecia areata terbatas mengalami remisi spontan dalam 1 tahun tanpa pengobatan. Namun, risiko kekambuhan tetap tinggi (30-50% dalam 5 tahun).

Persistensi dan Progresivitas

Sekitar 14-25% pasien berkembang menjadi alopecia totalis atau universalis. Risiko ini lebih tinggi pada pasien dengan onset dini dan riwayat keluarga positif.

Pencegahan dan Manajemen Gaya Hidup

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah alopecia areata, beberapa strategi dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan atau memperburuk kondisi:

Manajemen Stres

  • Teknik relaksasi (meditasi, yoga, breathing exercises)
  • Olahraga teratur
  • Tidur yang cukup dan berkualitas
  • Konseling atau terapi kognitif-perilaku jika diperlukan

Pola Diet Sehat

Berdasarkan penelitian terbaru, beberapa modifikasi diet dapat membantu:

  • Meningkatkan konsumsi antioksidan: Buah-buahan segar (terutama melon), sayuran (bawang), dan teh
  • Membatasi alkohol: Konsumsi alkohol menunjukkan asosiasi risiko terkuat dengan alopecia areata
  • Mengurangi makanan pro-inflamasi: Makanan olahan, karbohidrat refinasi, produk susu tinggi lemak
  • Suplementasi: Vitamin D, zat besi, zinc (jika ada defisiensi)

Perawatan Rambut

  • Hindari traksi berlebihan pada rambut
  • Gunakan produk perawatan rambut yang lembut
  • Hindari pewarnaan atau perawatan kimia agresif selama episode aktif
  • Lindungi kulit kepala dari paparan sinar matahari berlebihan

Monitoring Kesehatan

Karena asosiasi dengan penyakit autoimun lainnya, pasien alopecia areata sebaiknya:

  • Pemeriksaan fungsi tiroid berkala
  • Screening untuk kondisi autoimun lain jika ada gejala
  • Monitoring kesehatan mental
  • Follow-up rutin dengan dokter spesialis kulit

Perspektif Indonesia

Akses Terapi

Di Indonesia, akses terapi untuk alopecia areata masih menghadapi beberapa tantangan:

  1. Keterbatasan ketersediaan inhibitor JAK: Baricitinib, ritlecitinib, dan deuruxolitinib belum tersedia secara luas di Indonesia. Beberapa rumah sakit besar mungkin dapat memfasilitasi akses melalui skema khusus.
  2. Biaya pengobatan: Inhibitor JAK tergolong mahal. Di negara-negara yang sudah menggunakannya, biaya per bulan dapat mencapai puluhan juta rupiah. Tofacitinib generik mungkin menjadi alternatif yang lebih terjangkau untuk penggunaan off-label.
  3. Keterbatasan spesialis: Akses ke dokter spesialis kulit dan kelamin (dermatovenerologi) masih terbatas di beberapa daerah, terutama di luar pulau Jawa.

Arah Pengobatan di Indonesia

Berdasarkan ketersediaan dan biaya, hierarki pengobatan di Indonesia umumnya:

  1. Kortikosteroid topikal dan intralesi
  2. Minoksidil topikal
  3. Imunoterapi kontak (di pusat-pusat yang memiliki fasilitas)
  4. Kortikosteroid sistemik untuk kasus berat
  5. Terapi adjuvan (PRP, mikroneedling) di fasilitas tertentu

Riset dan Edukasi

Diperlukan lebih banyak penelitian epidemiologi dan burden of disease alopecia areata di Indonesia untuk merencanakan alokasi sumber daya kesehatan yang tepat. Edukasi kepada masyarakat juga penting untuk meningkatkan kesadaran bahwa alopecia areata adalah kondisi medis yang memerlukan penanganan profesional, bukan sekadar masalah kosmetik.

Penelitian dan Terapi Masa Depan

Terapi yang Sedang Diteliti

Inhibitor JAK Generasi Baru

  • Upadacitinib (Rinvoq®): Inhibitor JAK1 selektif yang sedang dalam uji klinis fase III untuk alopecia areata
  • Brepocitinib: Inhibitor TYK2/JAK1 yang menunjukkan hasil menjanjikan dalam studi fase II
  • Ifidancitinib: Inhibitor JAK3 selektif dengan potensi efek samping lebih rendah

Terapi Biologik

  • Dupilumab (anti-IL-4/IL-13): Meskipun disetujui untuk dermatitis atopik, beberapa studi menunjukkan potensi pada alopecia areata dengan komorbiditas atopi
  • Inhibitor IL-15: Targeting jalur IL-15 yang berperan penting dalam patogenesis

Terapi Topikal Baru

  • Ruxolitinib krim: Inhibitor JAK topikal yang dapat mengurangi risiko efek samping sistemik
  • Delgocitinib ointment: Inhibitor pan-JAK topikal
  • Formulasi topikal inhibitor JAK lainnya untuk meningkatkan penetrasi dan efikasi lokal

Terapi Kombinasi

Penelitian sedang mengeksplorasi kombinasi berbagai modalitas:

  • Inhibitor JAK + minoksidil
  • Inhibitor JAK + mikroneedling
  • Inhibitor JAK + PRP
  • Terapi triple (inhibitor JAK + minoksidil + kortikosteroid intralesi)

Terapi Berbasis Genetik dan Presisi

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang profil genetik dan biomarker, terapi presisi yang disesuaikan dengan karakteristik individual pasien mungkin akan menjadi kenyataan di masa depan.

Biomarker Prognostik

Penelitian sedang mengidentifikasi biomarker yang dapat memprediksi:

  • Respons terhadap terapi tertentu
  • Risiko progresivitas penyakit
  • Kemungkinan remisi spontan
  • Risiko kekambuhan

Biomarker potensial yang sedang diteliti termasuk profil sitokin, ekspresi gen spesifik, dan parameter imunologis tertentu.

Kesimpulan

Alopecia areata adalah kondisi autoimun kompleks yang mempengaruhi folikel rambut, menyebabkan kerontokan rambut dengan pola khas berbentuk bulat atau oval. Meskipun penyebab pasti masih belum sepenuhnya dipahami, kemajuan dalam pemahaman patofisiologi, terutama peran jalur JAK-STAT, telah membuka era baru dalam penatalaksanaan penyakit ini.

Persetujuan FDA terhadap tiga inhibitor JAK (baricitinib, ritlecitinib, dan deuruxolitinib) sejak 2022-2024 menandai terobosan signifikan setelah puluhan tahun tanpa terapi sistemik yang disetujui khusus untuk alopecia areata. Terapi-terapi ini menunjukkan efikasi yang substansial dengan profil keamanan yang dapat diterima, memberikan harapan baru bagi pasien dengan penyakit berat yang sebelumnya sulit ditangani.

Namun, tantangan masih ada, terutama terkait aksesibilitas dan biaya pengobatan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Pendekatan penatalaksanaan tetap harus bersifat individual, mempertimbangkan luas dan keparahan penyakit, faktor prognosis, dampak psikososial, serta harapan dan preferensi pasien.

Ke depannya, dengan penelitian yang terus berlanjut, diharapkan akan tersedia lebih banyak pilihan terapi yang efektif, aman, dan terjangkau. Terapi kombinasi, terapi presisi berbasis biomarker, dan formulasi topikal inhibitor JAK menjanjikan alternatif pengobatan yang lebih baik. Yang tidak kalah penting adalah pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan rambut, tetapi juga kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.

Bagi pasien dan keluarga, penting untuk memahami bahwa alopecia areata bukan sekadar masalah kosmetik, tetapi kondisi medis yang memerlukan penanganan profesional. Konsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin, dukungan psikososial, dan pemahaman yang baik tentang perjalanan penyakit akan membantu dalam menghadapi kondisi ini dengan lebih baik.


Catatan Kaki

  1. Alopecia areata: Kondisi kebotakan bercak yang bersifat autoimun dan non-scarring (tidak meninggalkan jaringan parut) ↩︎
  2. Onset: Waktu mulai timbulnya penyakit atau gejala ↩︎
  3. Autoimun: Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri ↩︎
  4. Folikel rambut: Struktur pada kulit tempat rambut tumbuh, terdiri dari akar rambut dan struktur pendukungnya ↩︎
  5. Inhibitor JAK (Janus kinase): Obat yang menghambat enzim Janus kinase yang terlibat dalam jalur pensinyalan inflamasi ↩︎
  6. FDA: Food and Drug Administration, badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat ↩︎
  7. Prevalensi: Proporsi individu dalam populasi yang mengalami suatu kondisi pada waktu tertentu ↩︎
  8. Risiko kumulatif: Probabilitas seseorang mengalami suatu kondisi selama periode waktu tertentu ↩︎
  9. Populasi umum: Seluruh kelompok orang dalam suatu wilayah tanpa batasan karakteristik tertentu ↩︎
  10. Data lokal dari studi di RSUD Dr. Soetomo, menunjukkan pola epidemiologi di Indonesia ↩︎
  11. Gangguan psikiatri: Gangguan kesehatan mental yang mempengaruhi mood, pikiran, atau perilaku ↩︎
  12. Privilese imun: Perlindungan alami dari serangan sistem imun pada organ atau jaringan tertentu ↩︎
  13. Sel T CD8+: Jenis sel darah putih yang berperan dalam kekebalan seluler dan dapat membunuh sel yang terinfeksi atau abnormal ↩︎
  14. Jalur JAK-STAT: Jalur pensinyalan sel yang menghantarkan informasi dari reseptor di permukaan sel ke DNA di dalam nukleus ↩︎
  15. Sitokin: Protein kecil yang berperan dalam komunikasi antar sel dalam sistem imun ↩︎
  16. Sel T autoreaktif: Sel T yang bereaksi terhadap antigen tubuh sendiri ↩︎
  17. CD8+ NKG2D+: Subtipe sel T sitotoksik yang mengekspresikan reseptor NKG2D ↩︎
  18. Fase telogen: Fase istirahat dalam siklus pertumbuhan rambut ↩︎
  19. Fase katagen: Fase transisi antara pertumbuhan aktif dan istirahat dalam siklus rambut ↩︎
  20. Randomisasi Mendelian: Metode penelitian yang menggunakan variasi genetik untuk menyelidiki hubungan kausal ↩︎
  21. Autophagy: Proses degradasi dan daur ulang komponen seluler ↩︎
  22. Penelitian terbaru menunjukkan peran metabolisme seluler dalam patogenesis alopecia areata ↩︎
  23. Vitiligo: Penyakit autoimun yang menyebabkan hilangnya pigmen kulit ↩︎
  24. Temuan dari studi randomisasi Mendelian 2025 tentang hubungan diet dengan alopecia areata ↩︎
  25. Skuama: Sisik atau kerak pada permukaan kulit ↩︎
  26. Rambut “exclamation mark”: Rambut pendek dengan pangkal lebih tipis, karakteristik alopecia areata aktif ↩︎
  27. Oksipital: Bagian belakang kepala ↩︎
  28. Pitting: Lekukan kecil berbentuk titik pada permukaan kuku ↩︎
  29. Trakinokia: Kondisi kuku yang kasar dan rapuh ↩︎
  30. Longitudinal ridging: Garis-garis vertikal pada kuku ↩︎
  31. Onikolisis: Lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku ↩︎
  32. Rambut distrofik: Rambut yang rusak atau abnormal ↩︎
  33. Infiltrat limfositik peribulbar: Penumpukan sel limfosit di sekitar folikel rambut ↩︎
  34. ANA (Antinuclear Antibody): Autoantibodi yang menyerang komponen inti sel, penanda penyakit autoimun ↩︎
  35. Tinea kapitis: Infeksi jamur pada kulit kepala ↩︎
  36. Trikotilomania: Gangguan di mana seseorang secara kompulsif mencabut rambutnya sendiri ↩︎
  37. Vasodilatasi: Pelebaran pembuluh darah ↩︎
  38. Steroid-sparing agent: Obat yang memungkinkan pengurangan dosis steroid ↩︎
  39. Refrakter: Tidak responsif terhadap pengobatan standar ↩︎
  40. Skor SALT (Severity of Alopecia Tool): Skala untuk mengukur tingkat keparahan kebotakan (0-100) ↩︎
  41. Data dari studi multisenter Italia yang dipublikasikan tahun 2025 ↩︎
  42. Efek off-target: Efek obat pada target yang tidak diinginkan ↩︎
  43. Data dari studi klinis fase III THRIVE-AA1 dan THRIVE-AA2 ↩︎
  44. Tofacitinib telah digunakan off-label sejak 2015 dengan pengalaman klinis yang memadai ↩︎
  45. Growth factors: Protein yang merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel ↩︎
  46. Wound healing response: Respons penyembuhan luka yang dapat merangsang regenerasi jaringan ↩︎

Referensi

  1. Ungar B, Renert-Yuval Y, Dlova NC, et al. Alopecia areata. Nat Rev Dis Primers. 2025;11(1):77. doi:10.1038/s41572-025-00664-9
  2. Hu L, Wan S, Song X. Association between SQSTM1 dysregulation and risk in alopecia areata: a Mendelian randomization study. Front Immunol. 2025;16:1652444. doi:10.3389/fimmu.2025.1652444
  3. Piraccini BM, Cedirian S, Pampaloni F, et al. Effectiveness and safety of baricitinib in severe alopecia areata: 48-week results. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2025. doi:10.1111/jdv.70067
  4. Kropidłowska J, Kvinen A, Lewandowski M, et al. Comparison of Current International Guidelines for the Management of Alopecia Areata-Comprehensive Review. Int J Mol Sci. 2025;26(17):8632. doi:10.3390/ijms26178632
  5. Pan L, Moog P, Li C, et al. Exploring the Association Between Multidimensional Dietary Patterns and Non-Scarring Hair Loss Using Mendelian Randomization. Nutrients. 2025;17(15):2569. doi:10.3390/nu17152569
  6. Tay WC, Cheng SW, Lee JS, et al. The role of microtrauma in hair regrowth and regeneration in non-scarring alopecia. Ital J Dermatol Venerol. 2025;160(5):438-452. doi:10.23736/S2784-8671.25.08232-5
  7. King B, Senna MM, Mesinkovska NA, et al. Efficacy and safety of deuruxolitinib in adults with alopecia areata: Phase 3 randomized trial results (THRIVE-AA1). J Am Acad Dermatol. 2024. doi:10.1016/j.jaad.2024.07.1466
  8. National Alopecia Areata Foundation. FDA-Approved JAK Inhibitors. Diakses dari: https://www.naaf.org/navigation-toolkit/fda-approved-jak-inhibitors/ (Diakses: Desember 2025)
  9. Legiawati L. Jenis kerontokan rambut dan kebotakan pasien poliklinik kulit dan kelamin RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2009-2011. Media Dermato Venerelogica Indonesiana. 2013;40(4):159-163.
  10. Studi Retrospektif Alopesia Areata, RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2012-2016. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2018. Diakses dari: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/download/10650/6016

Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan tidak menggantikan konsultasi medis profesional. Untuk diagnosis dan penanganan yang tepat, konsultasikan dengan dokter spesialis kulit dan kelamin (dermatovenerologi).

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

9 tanggapan

  1. Cahya Avatar

    Andreas, jika di sana ada jamur, maka rambut yang tumbuh akan rapuh. Sebanyak apapun tumbuh akan patah terus menerus. Jadi percuma diberikan penyubur atau tonik.

    Suka

    1. andreas Avatar
      andreas

      bagaimana dok untuk menghilangkan jamur tersebut? apakah dengan dikerok menggunakan pisau cukur, dengan salep, atau dengan yang lain? mohon solusinya dok. terimakasih

      Suka

    2. Cahya Avatar

      Cek dulu Mas Andreas ke dokter atau ahli dermatologi untuk memastikan itu jamur atau bukan. Jangan sampai salah diagnosis.

      Jika jamur maka akan disarankan menggunakan obat-obat antijamur. Dokter akan meresepkannya jika diperlukan.

      Suka

    3. andreas Avatar
      andreas

      ya, terimakasih dok.

      Suka

  2. Cahya Avatar

    Andreas. Coba dicek dulu ke dokter atau ahli dermatologi, ada kemungkinan hal tersebut merupakan tinea kapitis, bukan kebotakan yang dikenal sebagai alopecia.

    Suka

  3. miya Avatar
    miya

    dok, nama saya miya rambut saya sudah mulai botak sebesar koin saya ingin bertanya bagaimana cara mengatasinya.apa ada obat yang paling alami untuk mencegahnya agar tidak membesar

    Suka

    1. Cahya Avatar

      Miya, silakan konsultasikan dengan tenaga medis atau dermatologis terdekat agar bisa dilihat dulu, jenis kerontokan tersebut termasuk yang mana. Setelah itu baru menentukan penatalaksanaannya.

      Suka

    2. fred Avatar
      fred

      minta tanya , apakah alopecia areta dapat di sembukan ? tolong ya solusinya

      Suka

    3. Cahya Avatar

      Tergantung pada penyakit atau kondisi yang melandasi munculnya alopesia. Jika kondisi tersebut bisa diobati (treatable), maka terapi bisa dimulai.

      Suka

Tinggalkan komentar