Membaca judul itu, Anda mungkin sudah dapat menduga bahwa yang akan saya ceritakan adalah tentang film terbaru “Batman: The Dark Knight Rises” yang mengambil baris penanda “The Legend Ends“. Tapi tentu saja sudah terlambat, karena film ini sudah tayang sejak 20 Juli yang lalu di Indonesia, namun saya cukup beruntung masih dapat menyaksikannya di teater.
The Dark Knight Rises mengambil latar cerita delapan tahun setelah kisah “The Dark Knight” sebelumnya yang dirilis pada tahun 2008 yang lalu. Kisah yang diambil dari tokoh fiksi DC Comic ini bisa dikatakan cukup menarik, dan saya rasa mengembalikan saya dengan cita rasa film-film Batman di era-era terdahulu dengan sentuhan teknologi yang lebih modern.
Cerita yang ditampilkan mungkin akan mengingatkan para penggemar Batman setidaknya pada kisah di mana Batman dikalahkan oleh Bane dalam seri “Batman: Knightfall“, juga kisah di mana Batman muncul lagi setelah pensiun dalam seri “The Dark Knight Returns“, hingga mungkin mirip seri “No Man’s Land” yang menceritakan Gotham dihantam gempa besar dan ditinggalkan.
Saya bukan penggemar ataupun yang mengikuti kisah Batman, namun film “The Dark Knight Rises” tidak mengecewakan. Bukan tentang efek khusus/komputer yang bagus, namun karena kerangka cerita yang memang apik, meski sejumlah bagian cerita bisa ditebak namun unsur psikologis yang ditawarkan sungguh sangat rapi.
Eight years on, a new terrorist leader, Bane, overwhelms Gotham’s finest, and the Dark Knight resurfaces to protect a city that has branded him an enemy.
Keseluruhan jalan ceritanya memiliki silogisme yang baik, walau mungkin ada beberapa layar yang agaknya kurang pas, namun itu wajar dalam banyak film. Dan saya suka akhir ceritanya, di mana meskipun trilogi film Batman berakhir, maka kisahnya berakhir dengan baik; dan jika pun belum berakhir atau akan ada kelanjutannya, celah itu-pun masih ada.
Adegan laganya memukau bagi yang menyukai laga. Unsur humor di dalamnya juga tidak murahan. Film The Dark Knight Rises tidak akan membosankan untuk ditonton, dan penilaiannya juga cukup bagus sekitar 4,4/5 – sehingga sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Jangan lupa, film ini untuk remaja usia 13 tahun ke atas, jadi mungkin tidak pas untuk anak-anak yang lebih kecil karena unsur kekerasan di dalamnya.
Tinggalkan Balasan