The Garden of Words

Kata “jatuh cinta” memang tidak ada aslinya pada budaya Timur, serapan budaya Barat memberikan warna itu. Cinta dalam budaya Timur lebih lembut dan tak kentara. Setidaknya demikian yang diuangkapkan Makoto Shinkai dalam film terbarunya. Saya memang penggemar karya-karya Makoto Shinkai, karena yang dituangkannya ke dalam animasi adalah racikan seni yang sesungguhnya.

Berbeda dari karya sebelumnya, Children Who Chases the Lost Voices, karya ini mengembalikan kita ke dunia nyata hanya saja dengan sentuhan klasik yang begitu apik. Dalam bahasa Jepang, cinta aslinya ditulis sebagai “Koi”, yang bermakna “kesedihan yang menyendiri”, sedangkan kini ditulis sebagai “Ai”, makna cinta yang disetarakan saat ini di seluruh dunia.

Shinkai menunjukkan bahwa cinta itu bisa jauh lebih sederhana dari apapun yang pernah kita bayangkan, lebih lembut dari belaian manapun, dan lebih tajam dari keyakinan apapun.

Anda tak perlu mempertanyakan bagaimana detil keindahan karya seorang Makoto Shinkai, film animasi ini tidak bisa disandingkan begitu saja dengan kebanyakan animasi yang ada, apalagi yang tayang di televisi sebagai hiburan anak-anak. Ini lebih pada sebuah karya seni dibandingkan hiburan semata.

Film ini berjenis drama, tidak ada unsur keajaiban apa pun yang disematkan di dalamnya. Satu-satunya keajaiban adalah jalan cerita yang sungguh indah, musik latar yang menyejukkan – coba dengarkan lagu tema “A Rainy Morning” di dalamnya.

Kadang saking memukaunya, saya terasa menonton film 3D dalam layar yang datar. Ini adalah koleksi yang wajib dimiliki. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya, terlalu mengagumkan bagi saya.

Iklan

Diterbitkan oleh Cahya

A writer, a tea & poet lover, a xanxia addict, an accidental photographer, - a medical doctor.

13 tanggapan untuk “The Garden of Words

        1. wah engga tau tuh kolorhansip pake apa, berkasnya ada di external HD saya. cie sedetil itu nanyanya 😀 ketauan banget bli kolektor anime sejati wekekek

          Suka

  1. kok “suasananya” mengingatkan saya pada “Beck MCS” yah … 😀 tapi bedanya di detail sih … yang ini keren banget … nontonnya harus malem supaya menghayati suasana

    Suka

    1. Oh cepat sekali sudah nonton Mas? Dapat dari mana? Ha ha…

      Saya ndak sempat kenal “Beck”. Tapi saya setuju nontonnya mesti malam, biar ada polusi suara yang mengganggu.

      Suka

      1. mumpung lagi banyak para “penyebar benih” bli 😀 … belom tentu 1-2 bulan kedepan mah … saya pun sepertinya tidak akan lama-lama menyebar benih karena bulan baru masih lama LOL … tau sendiri lah di teluk perompak…

        Suka

      2. masa engga pernah nonton anime “Beck”? … harus nonton bli. belom pernah kan nonton “slice of life” kehidupan anak band jepang yang bermimpi go internasional … ceritanya mirip2 perpaduan kapten tsubasa dan agnes monika lah hahahaha … sayang saya nontonya di DVD kalau bli mau nonton ada versi dubbing bahasa inggris (yang menurut saya malah sedikit tidak nyaman, karena ceritanya sendiri gabungan jepang dan amerika .. jadi absurb kl di dub *pendapat pribadi*)

        Suka

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: