Berawal dari obrolan ringan, saya menulis topik ini. Karena hal-hal yang berkaitan dengan implan payudara sejak tahun 1963, di mana implan payudara silikon generasi pertama muncul di luar sana, sudah menjadi topik yang hangat hingga kini. Bahkan mulai dari operasi plastik yang dilakukan oleh ahlinya hingga ke tindakan bedah di “pasar gelap” kecantikan juga tidak kalah marak.
Namun kali ini, singkat saja, mari kita coba lihat sisi lain dari prosedur yang dikenal sebagai “mamoplasti augmentasi” ini. Terutama bagi proses menyusui, atau memberikan ASI-nya kelak pada si bayi; dengan asumsi bahwa yang menjalani prosedur ini adalah perempuan yang berencana memiliki anak ke depannya.
Pertanyaan sederhana pertama adalah, apakah perempuan yang terpasang implan pada payudarannya bisa menyusui?
Pertanyaannya ini bisa antara ya dan tidak sebagai jawabannya. Semuanya bergantung pada jenis implan yang digunakan, lokasi pemasangan implan, dasar pemasangan implan, dan teknik yang digunakan saat pemasangan implan. Sejumlah implan payudara menggunakan saline sebagai pengisi bahan implan, saline relatif aman dan tidak berbahaya untuk menyusui. Jika jenis implan silikon, maka bahan pengisinya adalah silikon, sejumlah ahli mengatakan silikon aman – tapi untuk memastikannya, saya sarankan Anda berkonsultasi dengan ahli bedah plastik.
Jika pasien menjalani implan payudara sebagai bagian dari rekonstruksi estetis, sebagai contoh pasca prosedur mastektomi radikal oleh karena karsinoma atau keganasan; maka mamoplasti dengan implan tidak akan mengembalikan fungsi payudara sebagai penghasil ASI.
Sebagian besar operasi implan payudara oleh spesalis bedah plastik biasanya sudah mempertimbangkan kesesuaian untuk proses menyusui suatu saat nanti. Biasanya jika irisan dibuat pada lekukan payudara, maka tidak masalah. Irisan berbentuk “senyuman” pada tepi aerola mungkin bisa memberikan sedikit masalah, karena berpotensi merusak serabut saraf, dan membuat penurunan atau kehilangan perasa di sekitar areola.
Permasalahannya adalah, kita tidak akan tahu apakah suplai menyusui berkurang atau tidak pasca pemasangan implan. Karena itu penilaiannya akan dilakukan oleh ibu yang menyusui itu sendiri. Jika bayi popoknya basah 6-8 kali sehari, lalu mengalami peningkatan berat badan yang berkesesuaian dengan menyusu 8 kali atau lebih dalam sehari; maka proses menyusu tidak memiliki kendala. Jika terdapat kendala, pastikan dahulu upaya-upaya dasar memperlancar ASI bisa dilakukan, konsultasikan dengan bidan atau tenaga medis terdekat adalah hal paling sederhana yang dapat dilakukan pertama kali.
Jika Anda mempertimbangkan operasi pemasangan implan payudara untuk keperluan estetik, seperti memperbesar dan memperindah bentuk payudara (yang tentunya dalam sudut pandang subjetif masing-masing), maka saya sarankan untuk berkonsultasi langsung dengan ahli kedokteran estetik seperti ahli bedah plastik di kota Anda.
Tinggalkan Balasan