Saya belakangan ini memang tidak memiliki banyak akses ke televisi, baik karena memang tidak memiliki dan keterbatasan waktu. Tapi duduk di sebuah rumah makan sederhana tadi siang membuat saya membaca halaman koran lokal yang bertuliskan sejumlah korban meninggal oleh awan panas dari aktivitas vulkanik Gunung Sinabung.
Memang kita bangsa Indonesia hidup di wilayah yang rawan perubahan kondisi alam yang drastis, yang kita kemudian menyebutnya sebagai bencana – karena itu tampak tidak berpihak pada kehidupan dan peradaban kita. Dan sudah banyak duka yang melanda kita dari bencana-bencana yang lalu, dan mungkin ke depannya.
Kita berharap semua segera berlalu, karena manusia saat ini memang tidak berdaya pada bencana. Karena dengan demikian masyarakat yang terkena dampaknya dapat kembali pada kehidupannya yang wajar.

<span class="embedly-powered" style="float:right;display:block"><a target="_blank" href="http://embed.ly/code?url=http%3A%2F%2Fearthobservatory.nasa.gov%2FNaturalHazards%2Fview.php%3Fid%3D82990" title="Powered by Embedly"><img src="http://static.embed.ly/images/logos/embedly-powered-small-light.png" alt="Embedly Powered" /></a></span>
‘}”>
Saya tidak bisa banyak berkata, selain mengucapkan keperihatinan. Kadang mungkin jengkel, karena saya mulai terlihat seperti para pemimpin yang “cuma” bisa bilang perihatin. Tapi ini rupanya batas kemampuan saya sebagai manusia.
Siapa saya bisa meminta kapan berhentinya alam bergerak, karena alam memang tak berhenti bergerak. Kita saja yang mungkin sering kali tidak menyadarinya.
Siapa yang menduga puncak yang tenang selama ratusan tahun tiba-tiba mengguncang semua yang ada di sekitarnya. Mematikan semua yang dekat dengannya.

<span class="embedly-powered" style="float:right;display:block"><a target="_blank" href="http://embed.ly/code?url=http%3A%2F%2Fwww.voanews.com%2Fcontent%2Freu-indonesia-mount-sinabung-volcano-eruptions-kills-people%2F1842561.html" title="Powered by Embedly"><img src="http://static.embed.ly/images/logos/embedly-powered-small-light.png" alt="Embedly Powered" /></a></span>
‘}”>
Bagi mereka yang dapat membantu, bantulah. Bagi yang tidak, setidaknya tidak menyulitkan yang akan membantu. Karena di tempat saya saat ini pernah menjadi tempat bencana, dan saya tahu bagaimana situasi seperti itu bisa menjadi keruh dengan seketika. Maka bagi yang mampu, bantulah dengan ketulusan.
Mau bagaimana lagi Mas, kita memang berada di wilayah rawan bencana. Mau tidak mau harus selalu siaga.
SukaSuka
Namanya bencana ya… Kita bisa apa… Yang jelas ada rencana Tuhan dibalik semua bencana…
SukaSuka