Pada era teknologi komputasi awan (cloud computing) yang semakin maju, sejumlah rekam medis (EMR) dan rekam kesehatan (EHR) elektronik kini mulai merambah sistem pengelolaan dan pencadangan awan. Konsep paperless cukup menarik minat dunia kesehatan, seperti dokter praktik swasta hingga rumah sakit. Walau naskah akademik rekam medis elektronik masih dikaji di dalam negeri, namun di luar negeri rekam medis sudah lama meninggalkan dunia hitam di atas putih.
Keuntungan yang cukup nyaman sebenarnya bagi pelaku kesehatan dengan menggabungkan konsep rekam medis elektronik dengan komputasi awan. Sebagai sebuah ilustrasi, seorang dokter bisa menerima pasien di tempat praktiknya atau pergi ke kunjungan rumah hanya dengan berbekal sebuah tablet PC berbasis apa saja untuk menyimpan data-data pasien dan obat-obat yang cukup banyak.
Bayangkan jika seluruh tumpukan rekam medis kertas yang jumlahnya ratusan atau ribuan bisa dihilangkan dan diganti sebuah all-in-one towertop atau laptop atau bahkan sebuah ponsel pintar. Tidak perlu lagi membawa berlembar-lembar rekam medis saat berkunjung dalam rangka home care, atau takut rekam medis yang sifatnya rahasia tercecer di jalan.
Di luar negeri sudah ada sejumlah perusahaan yang menawarkan sistem rekam kesehatan awan, cloud service for electronic health record. Hal ini menandakan, adanya pergerakan yang positif ke arah tersebut.

<span class="embedly-powered" style="float:right;display:block"><a target="_blank" href="http://embed.ly/code?url=http%3A%2F%2Fwww.carecloud.com%2Fehr%2F" title="Powered by Embedly"><img src="http://static.embed.ly/images/logos/embedly-powered-small-light.png" alt="Embedly Powered" /></a></span>
‘}”>
Perusahaan seperti CareCloud misalnya adalah penyedia jasa layanan Cloud EHR, tapi biaya yang tawarkan tidaklah sedikit – artinya untuk ukuran negara kita, menurut saya biaya sistem layanan seperti ini masih cukup mahal. Tentu saja pembandingnya adalah sistem elektronik yang biasanya ditawarkan oleh vendor-vendor lokal meskipun tidak berbasis komputasi awan.
Ketika seorang dokter memutuskan untuk beralih ke sistem rekam medis elektronik berbasis awan, maka beberapa hal saya kira perlu dipertimbangkan.
Pertama tentu saja adalah ketersediaan teknologi pendukung dan jaringan pendukung. Sistem komputasi awan memerlukan jaringan Internet yang mumpuni, setidaknya 512 Kbps atau 1 Mbps adalah sebuah kelayakan minimal. Jaringan ini harus bisa diakses dengan tidak bersusah payah dari tempat dokter bekerja (praktik pribadi, klinik, atau rumah sakit). Jaringan 2G mungkin terbatas, tapi jaringan 3G/HSDPA/HSUPA atau EVDO atau mungkin nanti 4G LTE sudah akan mumpuni, namun jangan lupa kembali dihitung juga biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan pemeliharaan jaringan ini.
Kedua perangkat keras yang dibutuhkan. Memang dengan sistem awan, perangkat keras menjadi begitu fleksibel; mulai dari komputer PC tua hingga tablet PC yang canggih bisa digunakan.
Lalu yang paling penting tentu adalah kebutuhan dokter itu sendiri akan rekam medis, modul-modul yang diperlukan, serta sistem pelaporan yang akan dikehendaki. Apakah cukup dengan yang sederhana, apakah menghendaki yang kompleks. Sebenarnya lebih pada memilih implementasi rekam medis elektronik pada umumnya. Sistem pencadangan juga perlu dikaji, termasuk siapa yang menjadi pemilik sah dari rekam medis tersebut, dan jika bisa ekspor data ke format terbuka sebagai dokumentasi akan menjadi pertimbangan lainnya.

<span class="embedly-powered" style="float:right;display:block"><a target="_blank" href="http://embed.ly/code?url=http%3A%2F%2Fwww.pcworld.com%2Farticle%2F2070834%2Fare-your-medical-records-safe-in-the-cloud-despite-its-popularity-there-are-hidden-risks-and-costs.html" title="Powered by Embedly"><img src="http://static.embed.ly/images/logos/embedly-powered-small-light.png" alt="Embedly Powered" /></a></span>
‘}”>
Rekam medis elektronik berbasis awan akan menjadi pilihan yang baik bagi para dokter yang menghendaki kepraktisan dalam dokumentasi rekam medis. Meskipun demikian, kepraktisan ini tidak datang dengan biaya yang kecil. Pertimbangan cost effective dan cost benefit menjadi kemestian dalam mempertimbangkan aplikasinya di lapangan.
Satu lagi yang belum ada, mungkin adalah sertifikasi akan rekam medis elektronik itu sendiri, baik yang terpasang sebagai aplikasi lokal maupun awan. Pun demikian, bahkan sampai kini, produk pemerintah pun yang berbasis transaksi informasi elektronik seperti INA CBGs, P-Care, SEP BPJS Kesehatan tampaknya belum memiliki sertifikasi sendiri (atau saya yang belum mendapatkan informasi tentang ini?). Sehingga pengembangan rekam medis awan di Indonesia mungkin baru semata-mata hanya di angan.
Pun demikian, sudah ada yang menawarkan produk rekam medis awan di Indonesia yang berbayar per bulannya. Seperti aplikasi awan iDoctor misalnya.

<span class="embedly-powered" style="float:right;display:block"><a target="_blank" href="http://embed.ly/code?url=http%3A%2F%2Fwww.dokterpraktek.net%2F" title="Powered by Embedly"><img src="http://static.embed.ly/images/logos/embedly-powered-small-light.png" alt="Embedly Powered" /></a></span>
‘}”>
Hingga tercapai suatu standardisasi dan sertifikasi sistem kesehatan elektronik di Indonesia, saya kira setiap dokter bisa berkontribusi dengan memanfaatkan beberapa di antaranya. Karena negara kita tampaknya masih jauh dari melek teknologi informasi di lintas sektoral, maka pelaku dan pengguna teknologi itu sendiri yang harus berdaya di lapangan, termasuk para dokter.
Tinggalkan Balasan