Noah adalah film penuh kontroversi di sejumlah negara, film yang diinspirasi oleh kisah Alkitab ini memperlihatkan penggalan kehidupan Nuh (Nabi Nuh) dalam menghadapi kiamat yang datang dalam bentuk air bah yang menenggelamkan seluruh daratan. Film ini banyak mengundang kontroversi karena karakter Nuh yang ditampilkan dirasa tidak seperti yang digambarkan dalam Alkitab.
Kisah film ini dimulai dengan adegan Lamech dan Noah kecil, diakhiri dengan awal kehidupan Nuh dan keluarga pasca air bah besar.

Saya tidak akan berkomentar tentang film ini sesuai isi Alkitab atau tidak, anggap saja tidak berhubungan, atau anggap saja sesuatu yang sepenuhnya baru. Kisah Nuh memang tidak asing bagi masyarakat dunia, kecuali mungkin bagi dunia Timur tempo dulu, walau dalam kisah di tempat saya sendiri ada kisah serupa, yaitu kisah Raja Nyuha, putra dari Raja Lomaka, dan cucu dari Raja Matochilla, yang diperintahkan Tuhan membuat bahtera menghadapi air bah besar, dan semua mahluk hidup bisa selamat di dalamnya. Kisah Raja Nyuha dalam Pratisarga Parwa memang juga kontroversi tersendiri, apakah murni dalam literatur asli atau ada yang menambahkan dalam perjalanan sejarahnya yang panjang.
Jadi daripada memusingkan hal-hal tersebut, saya lebih suka melihat film ini sebagai sebuah kisah fiktif saja. Lalu saya mendapatkan apa yang saya inginkan.
Sinematografi yang dihadirkan sangat baik, tapi unsur kekerasan yang ditampilkan juga cukup banyak baik kekerasan fisik maupun verbal, menjadikan film ini tidak cocok dijadikan film keluarga menurut saya. Sepertinya pembuat film ini lebih ingin menampilkan sisi yang manusiawi seutuhnya, sisi keraguan, sisi kekejaman, dan kelemahlembutan seseorang. Jadi psikologi seseorang yang penuh kasih sayang harus memilih menyelamatkan sedikit dari yang banyak inilah yang membuat film ini tampak menarik, dan mungkin juga memperlihatkan hubungan Nuh dan anggur yang banyak menimbulkan perdebatan sejak dulu.
Kita mungkin bisa menjadi seperti Nuh dalam film ini setiap saat. Tubuh dan kemampuan kita adalah bahtera, dan pada suatu kondisi, bahtera kecil ini bisa menghadapi pilihan bahwa dia tidak bisa menyelamatkan hampir semuanya, atau dia harus memilih menyelamatkan yang mana. Jika Anda pernah berhadapan dengan pilihan-pilihan seperti ini dalam hidup Anda, mungkin Anda akan memahami psikologi yang ditampilkan dalam film ini, dan itu adalah yang membuat film ini menjadi seperti tidak fiksi lagi.
Saya suka film ini, tapi terlalu banyak kekerasan di dalamnya, mungkin bagian itu saja yang tidak saya suka. Apakah Anda sudah menonton? Apa tanggapan Anda?
Tinggalkan Balasan