Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Masakan Hambar adalah Anugerah

Tentu saja tulisan ini tidak ditujukan untuk mengajak kita semua agar membuat masakan yang hambar. Di sini, yang saya maksudkan hambar, kurang lebih seperti istilah “bagai sayur tanpa garam“. Di Indonesia, waktu saya kecil, memang digalakkan konsumsi garam (yang diperkaya) beryodium atau iodised salt. Karena bisa membantu sejumlah populasi yang kekurangan nutrisi iodin, dan mencegah gangguan tumbuh kembang serta kecerdasan pada anak; termasuk juga mengurangi kasus goiter (gondong) endemik.

 

Kurangi Garam
Kampanye mengurangi asupan garam guna memerangi kondisi tekanan darah tinggi. Sumber: paho.org.

Permasalahannya adalah, garam juga merupakan kontribusi utama asupan sodium (natrium) ke dalam tubuh manusia. Dan jika sodium masuk secara berlebihan, maka risiko seseorang terkena hipertensi (tekanan darah tinggi) menjadi lebih besar. Dan darah tinggi sendiri adalah kontributor/penyumbang yang cukup rajin bagi lebih banyak lagi masalah kesehatan yang serius, seperti stroke, gagal jantung, hingga gagal ginjal.

WHO sendiri sudah mengeluarkan panduan mengenai asupan sodium pada anak-anak dan dewasa, diharapkan dunia kesehatan di masing-masing negara mulai memberikan perhatian akan hal ini. Panduan tersebut tentu saja ditujukan bagi pemangku kebijakan di wilayah masing-masing.

Kampanye terbaru mereka menyampaikan bahwa:

Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari 5 gram (satu sendok teh) – akan menyelamatkan setidaknya dua setengah juta jiwa setiap tahunnya.

Pernyataan tersebut bukan tidak beralasan. Tekanan darah tinggi, bersama sahabat baiknya si diabetes mielitus telah menjadi agen pembunuh terselubung selama ini. Dua setengah juga itu adalah “nyawa”, belum termasuk yang segera mendapatkan “tiket”, dan sedang dalam pengobatan seumur hidup. Beban kesehatan sangat besar di sini, termasuk penjalarannya ke beban sosial dan beban ekonomi masyarakat kita. Jika hanya dengan membatasi konsumsi garam bisa mengurangi seluruh beban dan potensi yang menghancurkan ini, mengapa kita tidak menerapkannya?

Namun sebelum kita bisa menerapkannya, ada baiknya kita paham bahwa garam dan sodium itu adalah sesuatu yang “serupa tapi tak sama“. Jangan sampai ketidakpahaman kita justru memperburuk situasi.

Jika Anda sudah lulus sekolah menengah, setidaknya Anda akan tahu bahwa secara umum garam dapur itu dirumuskan dengan nama kimia sebagai “natrium klorida” atau “sodium klorida” – NaCl. Yang kita batasi adalah asupan sodium, oleh karena garam mengandung sodium, secara mudahnya kita mengatakan bahwa kita membatasi asupan garam. Dalam produk pangan, biasanya kita akan menemukan istilah ini saling menggantikan. Di bagian belakang kemasan biasanya ditulis kadar “sodium”, dan di bagian depan ada tambahan kalimat komersial “rendah garam”. Walau tentu saja di Indonesia tampaknya belum banyak produsen produk pangan yang cukup peduli menambahkan kedua tulisan itu.

Bahan Pangan
Contoh kampanye kesadaran memilih bahan pangan rendah sodium di luar negeri.

Bagi yang tinggal di pedesan dengan pola hidup sederhana. Sodium datang dari makanan sehari-hari, termasuk buah dan sayuran. Paling banyak mungkin berasal dari garam yang mereka gunakan memasak. Sedangkan bagi mereka yang tinggal di kota dengan segala modernitasnya, asupan sodium datang paling banyak dari menu rumah makan, restoran cepat saji, dan makanan kaleng atau instan yang banyak tersedia. Orang perkotaan hanya mengonsumsi sedikit porsi dari asupan sodium harian mereka dari garam yang ada di dapur, sehingga kadang nasihat dokter untuk membatasi asupan garam mungkin saja tidak tepat atau kurang dipahami oleh mereka yang super sibuk ini.

Biasanya yang tinggal di pedesaan akan cukup selesai dengan mengatasi, “kurangi yang asin-asin ya“. Tapi kehidupan masyarakat kota sedikit susah karena kompleksitasnya, meminta mereka mencari sumber pangan yang segar agak sulit, karena kebanyakan telah melalui proses pengawaten dan penyimpanan yang berisiko ada tambahan sodium di dalamnya. Dan uniknya, tidak semua makanan kaya sodium di perkotaan terasa asin, misalnya keju, roti, saus pasta, dan banyak lainnya mengandung sodium atau garam yang tinggi.

Saya sendiri masih harus belajar banyak untuk memilah, maka bahan pangan dengan kadar sodium tinggi dan kadar sodium rendah. Pasien-pasien dengan kondisi hipertensi biasanya saya arahkan untuk juga berkonsultasi dengan ahli gizi/pangan guna mendapatkan bantuan bagaimana mereka seharusnya mengelola diet rendah sodium untuk membantu memperbaiki kondisi mereka.

Jika Anda mau jeli, ketika berbelanja ke swalayan, silakan perhatikan kemasan bahan pangan yang dijual. Jika ada tertera kandungan sodiumnya, maka Anda bisa mulai menghitung berapa banyak asupan sodium Anda sehari-hari.

Asupan Rendah Sodium
Kampanye info asupan garam oleh CDC. Sumber: cdc.gov.

Jadi, jika istri di rumah masakannya terasa hambar. Saya akan bersyukur dalam hati. Tapi tentu saja saya tidak akan bilang syukur langsung di depannya, karena itu bisa jadi lebih berisiko dibandingkan dengan asupan garam berlebih. Tapi Anda dan keluarga tentu saja masih memerlukan garam, terutama garam beryodium.

Iklan


2 tanggapan untuk “Masakan Hambar adalah Anugerah”

  1. Putu Wiramaswara Widya Avatar
    Putu Wiramaswara Widya

    Salah satu makanan kaya sodium yang susah dihindari anak kosan itu ya Mie Instan 😀

    Suka

    1. Iya, anak kos memang hidupnya tergantung sama menu instan yang murah meriah. Apalagi kalau sudah mendekati akhir bulan.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: