Apakah KB Masih Relevan?

Kehidupan modern menuntut setiap rumah tangga tetap berjalan lancar di sela-sela kesibukan sehari-hari di luar rumah. Mengelola rumah beserta isinya, menjaga perasaan setiap anggota keluarga, dan mengurus anak-anak harus dilakukan secara bersamaan tanpa mengganggu pekerjaan kantor. Lalai menjaga kebersihan rumah atau lalai memenuhi tenggat waktu pekerjaan sama-sama merugikan. Berbagai sumber di internet bertujuan membantu rumah tangga menyiasati situasi yang umum dihadapi kebanyakan keluarga masa kini ketika dihadapkan pada urusan bersih-bersih.

Terlambat masuk kantor juga memiliki efek yang sama buruknya dengan terlambat mengingatkan waktu makan anak. Keluarga kecil yang terencana sejak awal tentu saja lebih mudah diurus tanpa mengorbankan keseimbangan antara pekerjaan dan rumah tangga. Ukuran keluarga dan korelasinya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan anggotanya bisa dianalogikan dengan kondisi suatu negara.

Keluarga Besar Indonesia

Populasi suatu negara bisa diterjemahkan bagai dua sisi mata uang. Pada satu sisi, populasi yang besar bisa menjadi berkah bagi pertumbuhan ekonomi. Ukuran pasar yang diciptakan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modal, menciptakan lapangan pekerjaan, dan pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, berapa cepat pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk kasus Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalan sejauh ini yang diperparah dengan pertambahan penduduk?

Pada sisi lain, populasi yang tumbuh tak terkendali bisa menjadi kutukan dan beban bagi negara berkembang. Jika pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, dan perawatan kesehatan yang terjangkau masyarakat luas maka manusia Indonesia akan semakin terseret lebih jauh ke belakang.

Hasil Sensus Penduduk 2010 yang menunjukkan angka mendekati 238 juta jiwa semestinya menjadi pengingat akan pembengkakan populasi Indonesia dari waktu ke waktu. Jumlah ini meningkat dari 206 juta pada 2000 atau tumbuh 15 persen. Badan Pusat Statistik memproyeksikan populasi Indonesia pada 2020 dan 2030 mencapai 271 juta dan 296 juta secara berturut-turut.

Melihat angka-angka di atas, pikiran kita langsung melayang ke kemampuan sumber daya Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, dan pendidikan penduduk yang terus bertambah. Sejauh ini Indonesia tampak keteteran di urutan 108 Indeks Pembangunan Manusia dari 187 negara dalam daftar badan PBB bidang pembangunan.

Merencanakan Keluarga Tanpa Slogan

Program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan pemerintah Orde Baru pada akhir 1970-an mencapai masa kejayaannya pada dekade 90-an. Hampir bersamaan dengan jatuhnya era tersebut, luntur pula lah sosialisasi dan komitmen melanjutkan program KB.

Ini bukan berarti program tersebut tidak bisa digiatkan kembali. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sendiri telah menetapkan strategi dasar yang mencakup pemantapan kembali program KB dan kesinambungannya.

Dengan pemikiran yang relatif sederhana pun sebenarnya merencanakan keluarga tidak memerlukan slogan khusus yang diusung pemerintah. Memahami bahwa walau negara secara konstitusi bertanggung jawab atas hajat hidup rakyatnya, masing-masing orang tua tetap memiliki tanggung jawab utama terhadap anak-anak yang mereka lahirkan. Tanyakan pada diri sendiri sebelum memutuskan menghadirkan anggota baru dalam rumah tangga. Bagaimana nanti memberi makan anak? Apakah nanti mampu memberi mereka penghidupan dan pendidikan yang layak? Jika jawabannya tidak atau ragu-ragu, mungkin sebaiknya menunda kehamilan.

Bagaimana pun, kita tidak bisa menggantungkan nasib anak pada rezeki yang belum tentu datang setelah mereka lahir dan pandangan “banyak anak banyak rezeki” jelas sudah sangat usang. Pendapat ini sama sekali tidak bermaksud menyangkal hak setiap orang atau rumah tangga untuk memiliki anak, namun hanya ingin menekankan bahwa pada setiap hak ada kewajiban yang harus dipenuhi.

Kata-kata mutiara dalam lirik Mars Keluarga Berencana mencerminkan sebuah cita-cita tinggi namun tidak muluk-muluk dan seharusnya tidak sulit pula untuk diwujudkan.

Keluarga Berencana sudah waktunya
Janganlah diragukan lagi
Keluarga Berencana besar maknanya
Untuk hari depan nan jaya
Putra-putri yang sehat cerdas dan kuat
Kan menjadi harapan bangsa
Ayah-ibu bahagia rukun raharja
Rumah tangga aman sentosa

Kata kuncinya ada pada baris terakhir. Rumah tangga yang aman dan sentosa sama sekali tidak ada kaitannya dengan jumlah anak, melainkan kemampuan memenuhi kebutuhan dan membahagiakan setiap orang di dalamnya. Mengelola rumah tangga sudah semestinya menjadi wewenang masing-masing tanpa campur tangan orang tua, mertua, apalagi tetangga.

Dan semoga Indonesia menjadi negara yang berdaya dengan keluarga-keluarga yang memiliki pandangan matang ke depannya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.