A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

  1. Apa Itu Campak dan Mengapa Begitu Berbahaya?
    1. Bagaimana Campak Menyebar?
  2. Perjalanan Penyakit: Dari Infeksi hingga Pemulihan
    1. Periode Inkubasi dan Patogenesis
    2. Gejala dan Tahapan Penyakit
    3. Gejala Tambahan
  3. Diagnosis Campak: Dari Klinis hingga Laboratorium
    1. Diagnosis Klinis
    2. Diagnosis Laboratorium
  4. Komplikasi Campak: Dari Ringan hingga Mengancam Jiwa
    1. Kelompok Berisiko Tinggi
    2. Komplikasi Umum (Terjadi pada 10-40% Kasus)
    3. Komplikasi Serius (Lebih Jarang tetapi Sangat Berbahaya)
    4. Komplikasi Jangka Panjang yang Jarang
    5. Imunosupresi yang Disebabkan Campak
  5. Pengobatan Campak: Suportif dan Komprehensif
    1. Perawatan di Rumah
    2. Suplementasi Vitamin A: Intervensi Kritis
    3. Antibiotik: Kapan Diperlukan?
    4. Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Segera?
  6. Vaksinasi: Senjata Paling Efektif Melawan Campak
    1. Sejarah Vaksin Campak
    2. Jenis Vaksin
    3. Jadwal Vaksinasi
    4. Efektivitas Vaksin
    5. Keamanan Vaksin
    6. Kontraindikasi Vaksin
  7. Krisis Campak Global: Mengapa Kasus Meningkat?
    1. Data Terkini yang Mengkhawatirkan
    2. Mengapa Ini Terjadi?
    3. Kasus Regional
  8. Pencegahan dan Pengendalian: Apa yang Bisa Dilakukan?
    1. Target Global
    2. Strategi Komprehensif
    3. Peran Individu
  9. Jika Terpapar Campak: Profilaksis Pasca-Pajanan
  10. Kesimpulan: Campak Dapat Dieliminasi, Tapi Butuh Komitmen Kita Semua

Campak seharusnya sudah menjadi penyakit masa lalu. Dengan vaksin yang aman, efektif, dan terjangkau yang telah tersedia selama lebih dari 60 tahun, dunia seharusnya sudah bebas dari ancaman penyakit yang sangat menular ini. Namun kenyataannya, campak justru mengalami kebangkitan yang mengkhawatirkan di seluruh dunia, bahkan di negara-negara maju yang sebelumnya telah mendeklarasikan eliminasi campak.

Data WHO terbaru mengungkapkan fakta yang mengejutkan: meskipun vaksin yang aman dan efektif dari segi biaya tersedia, pada tahun 2024 terdapat sekitar 95.000 kematian akibat campak secara global, sebagian besar di antara anak-anak yang tidak divaksinasi atau divaksinasi tidak lengkap di bawah usia 5 tahun (WHO). Yang lebih mengkhawatirkan, secara global, diperkirakan terdapat 10,3 juta kasus campak pada tahun 2023, meningkat 20% dari tahun 2022 (CDC).

Apa Itu Campak dan Mengapa Begitu Berbahaya?

Campak adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular yang disebabkan oleh virus dari famili paramyxovirus. Campak adalah virus yang sangat infeksius dengan angka reproduksi dasar (R0) 12–18, yang berarti bahwa sekitar 90% individu yang rentan akan terinfeksi campak setelah terpapar virus (PubMed Central). Untuk perspektif, COVID-19 memiliki R0 sekitar 2-3, yang berarti campak berkali-kali lipat lebih menular.

Bagaimana Campak Menyebar?

Virus campak hidup di mukosa hidung dan tenggorokan orang yang terinfeksi. Penularannya terjadi melalui:

Droplet dan aerosol pernapasan: Ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau bahkan berbicara, virus tersembur ke udara dalam bentuk droplet kecil yang dapat terhirup oleh orang lain.

Kontak langsung: Menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus lalu menyentuh hidung, mulut, atau mata.

Viabilitas virus yang luar biasa: Droplet mukosa yang terinfeksi dapat tetap aktif dan menular selama hingga 2 jam setelah keluar dari tubuh. Ini berarti virus dapat hidup di permukaan seperti gagang pintu, meja, atau mainan, membuat penularan sangat mudah terjadi.

Periode penularan yang panjang: Seseorang yang terinfeksi campak dapat menularkan virus kepada orang lain mulai dari 4 hari sebelum ruam muncul hingga 4 hari setelah ruam muncul. Ini berarti seseorang bisa menularkan campak bahkan sebelum mereka menyadari bahwa mereka sakit.

Perjalanan Penyakit: Dari Infeksi hingga Pemulihan

Periode Inkubasi dan Patogenesis

Setelah virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan:

  1. Hari 0-2: Virus menginfeksi sel-sel di saluran pernapasan dan mulai berkembang biak
  2. Hari 2-4: Virus menyebar ke kelenjar getah bening lokal
  3. Hari 5-7: Terjadi viremia primer (virus masuk ke aliran darah untuk pertama kali)
  4. Hari 7-11: Virus berkembang biak di organ-organ seperti hati, limpa, dan sumsum tulang
  5. Hari 11-14: Terjadi viremia sekunder yang lebih masif, virus menyebar ke seluruh tubuh termasuk kulit dan saluran pernapasan
  6. Hari 14: Gejala klinis mulai muncul

Gejala dan Tahapan Penyakit

Tahap Prodromal (Hari 1-4 setelah onset gejala):

Ini adalah fase awal sebelum ruam muncul, ditandai dengan:

  • Demam tinggi yang dapat mencapai 40-40.6°C
  • Trias klasik campak: batuk (cough), pilek (coryza), dan konjungtivitis (conjunctivitis) – dikenal sebagai “3C”
  • Fotofobia: sensitif terhadap cahaya terang
  • Malaise: perasaan tidak enak badan, lemas, dan kelelahan yang parah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Bintik Koplik: Ini adalah tanda patognomonik (sangat khas) campak. Bintik-bintik putih kebiruan kecil dengan dasar kemerahan yang muncul di mukosa bukal (bagian dalam pipi) berhadapan dengan gigi geraham. Biasanya muncul 2-3 hari sebelum ruam kulit dan bertahan 2-3 hari.

Tahap Erupsi (Hari 3-7):

  • Ruam makulopapular: Ruam merah yang karakteristik mulai muncul 3-4 hari setelah onset gejala awal
  • Distribusi ruam: Dimulai di belakang telinga dan sepanjang garis rambut, kemudian menyebar ke wajah dan leher, lalu ke batang tubuh, lengan, dan akhirnya ke kaki dalam 2-3 hari
  • Karakteristik ruam: Ruam campak dimulai sebagai bintik merah datar (makula) yang kemudian menjadi sedikit menonjol (papula). Bintik-bintik ini dapat bergabung membentuk bercak yang lebih besar, terutama di wajah dan batang tubuh atas
  • Demam puncak: Demam biasanya mencapai puncaknya ketika ruam muncul
  • Gejala sistemik memburuk: Batuk, pilek, dan konjungtivitis biasanya memburuk pada fase ini

Tahap Pemulihan (Hari 7-14):

  • Demam mulai turun ketika ruam telah menyebar ke kaki
  • Ruam mulai memudar dengan urutan yang sama seperti munculnya (dari kepala ke kaki)
  • Saat memudar, ruam berubah warna menjadi cokelat kekuningan dan dapat mengelupas (deskuamasi), terutama pada kasus yang parah
  • Batuk dapat bertahan selama 1-2 minggu setelah gejala lain membaik
  • Tubuh membentuk antibodi yang memberikan kekebalan seumur hidup

Gejala Tambahan

Selain gejala klasik di atas, pasien campak juga sering mengalami:

  • Gangguan gastrointestinal: Diare, nyeri perut, kadang muntah
  • Limfadenopati: Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher dan belakang kepala
  • Nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua ruam merah adalah campak. Banyak penyakit virus lain yang dapat menyebabkan ruam, termasuk rubella, roseola, infeksi enterovirus, dan parvovirus B19. Inilah mengapa diagnosis yang tepat sangat penting.

Diagnosis Campak: Dari Klinis hingga Laboratorium

Diagnosis Klinis

Dokter biasanya dapat mencurigai campak berdasarkan:

  • Riwayat paparan dengan kasus campak
  • Trias klasik (batuk, pilek, konjungtivitis) dengan demam tinggi
  • Keberadaan bintik Koplik
  • Pola ruam yang khas (dimulai dari wajah dan menyebar ke bawah)
  • Status vaksinasi yang tidak lengkap atau tidak ada

Diagnosis Laboratorium

Untuk konfirmasi diagnosis, terutama untuk kepentingan surveilans kesehatan masyarakat, diperlukan pemeriksaan laboratorium:

Deteksi antibodi IgM spesifik campak: Ini adalah tes standar emas. Sampel darah diambil untuk mendeteksi antibodi IgM yang muncul dalam 3-4 hari setelah onset ruam dan dapat bertahan hingga 4-8 minggu.

Deteksi antibodi IgG: IgG muncul setelah IgM dan bertahan seumur hidup. Peningkatan titer IgG 4 kali lipat antara sampel fase akut dan konvalesen (2-4 minggu kemudian) juga dapat mengonfirmasi diagnosis.

PCR (Polymerase Chain Reaction): Dapat mendeteksi RNA virus campak dari sampel urin, darah, atau swab tenggorokan/nasofaring. Tes ini sangat sensitif dan dapat dilakukan sebelum antibodi terbentuk.

Isolasi virus: Dapat dilakukan dari sampel urin, darah, atau sekret nasofaring, tetapi memerlukan waktu lebih lama dan jarang dilakukan dalam praktik rutin.

Di Indonesia, sesuai dengan program surveilans campak nasional, sampel darah dari kasus suspek campak harus dikirim ke laboratorium rujukan untuk konfirmasi. Ini penting tidak hanya untuk diagnosis individual tetapi juga untuk memantau sirkulasi virus dan pola outbreak.

Komplikasi Campak: Dari Ringan hingga Mengancam Jiwa

Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang campak adalah bahwa ini hanya penyakit ringan dengan ruam yang akan sembuh sendiri. Kenyataannya, campak dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada kelompok berisiko tinggi.

Kelompok Berisiko Tinggi

  • Anak di bawah 5 tahun, terutama balita di bawah 1 tahun
  • Dewasa di atas 20 tahun
  • Ibu hamil – risiko komplikasi parah dan persalinan prematur
  • Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (HIV/AIDS, terapi imunosupresan, keganasan)
  • Orang dengan malnutrisi, terutama defisiensi vitamin A
  • Mereka yang belum divaksinasi

Komplikasi Umum (Terjadi pada 10-40% Kasus)

Otitis media (infeksi telinga tengah): Komplikasi paling umum, terjadi pada sekitar 7-9% kasus. Dapat menyebabkan nyeri telinga dan dalam kasus yang jarang, kehilangan pendengaran permanen.

Bronkitis: Peradangan saluran napas besar, menyebabkan batuk yang memburuk.

Laringotrakheobronkitis (croup): Peradangan pada laring dan trakea, menyebabkan batuk menggonggong dan kesulitan bernapas.

Diare: Terjadi pada 6-8% kasus dan dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak kecil.

Konjungtivitis berat: Meskipun konjungtivitis adalah bagian dari gejala campak, pada beberapa kasus dapat menjadi sangat parah.

Komplikasi Serius (Lebih Jarang tetapi Sangat Berbahaya)

Pneumonia (5-10% kasus): Komplikasi paling umum yang menyebabkan kematian akibat campak. Dapat disebabkan oleh virus campak sendiri (pneumonia viral) atau infeksi bakteri sekunder. Gejala meliputi sesak napas, napas cepat, nyeri dada, dan sianosis (kebiruan).

Ensefalitis (1 per 1.000 kasus): Peradangan otak yang dapat terjadi 2 hari hingga 3 minggu setelah onset ruam. Gejala meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, muntah, kejang, gangguan kesadaran, dan defisit neurologis. Tingkat kematian mencapai 10-15%, dan 25-30% yang bertahan hidup mengalami sequelae neurologis permanen seperti kerusakan intelektual, kejang, atau ketulian.

Kejang demam (1 per 200 kasus): Biasanya jinak dan tidak menyebabkan kerusakan jangka panjang, tetapi sangat menakutkan bagi orang tua.

Trombositopenia (penurunan keping darah): Dapat menyebabkan perdarahan, meskipun jarang parah.

Hepatitis: Peradangan hati yang biasanya ringan dan sembuh sendiri.

Keratitis: Infeksi kornea yang dapat menyebabkan ulkus kornea dan, dalam kasus yang jarang, kebutaan. Ini terutama terkait dengan defisiensi vitamin A.

Miokarditis dan perikarditis: Peradangan otot jantung atau selaput jantung, jarang tetapi dapat fatal.

Komplikasi Jangka Panjang yang Jarang

Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): Ini adalah komplikasi campak yang paling mengerikan meskipun sangat jarang (1 per 10.000-100.000 kasus). SSPE adalah penyakit degeneratif fatal pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh infeksi persisten virus campak yang bermutasi di otak. Biasanya muncul 7-10 tahun setelah infeksi campak awal, meskipun dapat terjadi lebih cepat.

SSPE dimulai dengan perubahan perilaku dan penurunan kinerja sekolah, diikuti oleh kejang mioklonik, demensia progresif, dan akhirnya koma dan kematian. Tidak ada pengobatan yang efektif, dan penyakit ini selalu fatal, biasanya dalam 1-3 tahun setelah diagnosis.

Risiko SSPE lebih tinggi pada anak yang terinfeksi campak sebelum usia 2 tahun, dan hampir tidak pernah terjadi pada mereka yang divaksinasi.

Imunosupresi yang Disebabkan Campak

Fakta yang kurang dikenal tetapi sangat penting: virus campak menyebabkan imunosupresi (penurunan kekebalan) yang dapat bertahan selama 2-3 tahun setelah infeksi. Selama periode ini, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi lain seperti pneumonia, gastroenteritis, dan penyakit menular lainnya. Studi menunjukkan bahwa campak dapat “menghapus” memori imunologis, membuat anak rentan terhadap patogen yang sebelumnya mereka kebal.

Inilah mengapa campak tidak hanya berbahaya karena penyakitnya sendiri, tetapi juga karena meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lain dalam jangka waktu yang cukup lama.

Pengobatan Campak: Suportif dan Komprehensif

Tidak ada obat antiviral spesifik yang telah terbukti efektif untuk mengobati campak. Pengobatan bersifat suportif, ditujukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.

Perawatan di Rumah

Hidrasi yang adekuat: Anak harus minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Air putih, jus buah yang diencerkan, oralit, atau ASI (untuk bayi) semuanya baik.

Manajemen demam:

  • Paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri
  • Kompres hangat (bukan dingin) dapat membantu
  • Jaga suhu ruangan tetap nyaman
  • PENTING: Jangan pernah memberikan aspirin pada anak dengan campak karena risiko Sindrom Reye, kondisi langka tetapi serius yang mempengaruhi hati dan otak

Istirahat: Tidur dan istirahat yang cukup sangat penting untuk pemulihan.

Nutrisi: Meskipun nafsu makan berkurang, dorong anak untuk makan makanan bergizi. Makanan lunak dan mudah dicerna mungkin lebih bisa diterima.

Perawatan mata: Bersihkan discharge dari mata dengan kain lembab yang bersih. Jaga ruangan agak gelap jika anak mengalami fotofobia.

Kelembaban: Menggunakan humidifier atau uap dari shower panas dapat membantu meredakan batuk dan iritasi saluran napas.

Suplementasi Vitamin A: Intervensi Kritis

WHO merekomendasikan suplementasi vitamin A untuk semua anak yang didiagnosis campak (WHO). Ini adalah salah satu intervensi paling penting dan berbasis bukti yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas campak secara dramatis.

Mengapa vitamin A?

  • Campak menyebabkan deplesi vitamin A yang parah
  • Defisiensi vitamin A meningkatkan risiko komplikasi serius, terutama kebutaan dan kematian
  • Suplementasi vitamin A mengurangi risiko kematian akibat campak hingga 50%
  • Mengurangi risiko komplikasi seperti pneumonia dan diare

Dosis WHO:

  • Anak <6 bulan: 50.000 IU
  • Anak 6-11 bulan: 100.000 IU
  • Anak ≥12 bulan: 200.000 IU
  • Diberikan segera saat diagnosis dan diulang keesokan harinya
  • Dosis ketiga diberikan 2-4 minggu kemudian jika ada tanda defisiensi vitamin A (xeroftalmia, kebutaan malam, dll.)

Di Indonesia, sebagai negara dengan risiko defisiensi vitamin A yang masih signifikan, pemberian vitamin A untuk semua kasus campak sangat dianjurkan dan merupakan bagian dari protokol penanganan standar.

Antibiotik: Kapan Diperlukan?

Antibiotik TIDAK mengobati campak itu sendiri karena campak adalah infeksi virus. Namun, antibiotik mungkin diperlukan untuk:

  • Mengobati komplikasi bakteri sekunder seperti pneumonia atau otitis media
  • Profilaksis pada anak dengan malnutrisi berat atau imunokompromi yang berisiko tinggi untuk infeksi bakteri sekunder

Kapan Harus Mencari Perawatan Medis Segera?

Segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit jika mengalami:

  • Kesulitan bernapas atau napas yang sangat cepat
  • Sianosis (bibir atau ujung jari membiru)
  • Dehidrasi berat – tidak ada air mata saat menangis, mulut sangat kering, tidak buang air kecil >8 jam, sangat lemas
  • Kejang
  • Perubahan kesadaran – sangat mengantuk, sulit dibangunkan, atau tampak bingung
  • Demam sangat tinggi (>40°C) yang tidak turun dengan antipiretik
  • Sakit kepala parah dengan kaku kuduk
  • Muntah berulang
  • Nyeri telinga yang parah
  • Gejala memburuk setelah tampak mulai membaik

Vaksinasi: Senjata Paling Efektif Melawan Campak

Sejarah Vaksin Campak

Vaksin campak pertama kali dikembangkan pada tahun 1963 oleh Dr. John Enders dan rekannya. Sejak saat itu, vaksinasi campak telah menjadi salah satu kisah sukses kesehatan masyarakat terbesar dalam sejarah.

Sebelum pengenalan vaksin campak pada tahun 1963 dan vaksinasi yang meluas, epidemi besar terjadi kira-kira setiap dua hingga tiga tahun dan menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian setiap tahun (WHO). Kegiatan imunisasi yang dipercepat oleh negara-negara, WHO, Measles & Rubella Partnership, dan mitra internasional lainnya berhasil mencegah sekitar 59 juta kematian antara tahun 2000 dan 2024 (WHO).

Jenis Vaksin

Vaksin Campak Monovalent: Vaksin yang hanya mengandung komponen campak.

Vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella): Vaksin kombinasi yang melindungi terhadap campak, gondongan, dan rubella. Ini adalah vaksin yang paling umum digunakan di banyak negara.

Vaksin MMRV: Menambahkan komponen varicella (cacar air) ke MMR, tersedia di beberapa negara.

Semua vaksin campak mengandung virus hidup yang dilemahkan (live attenuated), yang merangsang respons imun yang kuat dan tahan lama tanpa menyebabkan penyakit pada individu yang sehat.

Jadwal Vaksinasi

WHO merekomendasikan dua dosis vaksin campak untuk semua anak:

  • Dosis pertama: 9-12 bulan (di Indonesia biasanya 9 bulan)
  • Dosis kedua: 15-18 bulan (di Indonesia biasanya 18 bulan melalui program MR)

Dosis kedua penting karena meningkatkan efektivitas vaksin hingga 95%, memberikan sebagian besar individu kekebalan yang tahan lama (CNN).

Mengapa dua dosis? Sekitar 5-15% anak tidak mengembangkan kekebalan setelah dosis pertama (primary vaccine failure). Dosis kedua memberikan kesempatan kedua untuk mereka yang tidak merespons dosis pertama dan memperkuat kekebalan bagi mereka yang merespons.

Efektivitas Vaksin

Vaksin campak adalah salah satu vaksin paling efektif yang tersedia:

  • Setelah 1 dosis: ~93% efektif
  • Setelah 2 dosis: ~97% efektif
  • Durasi kekebalan: Seumur hidup untuk sebagian besar individu

Keamanan Vaksin

Vaksin campak memiliki catatan keamanan yang luar biasa selama lebih dari 60 tahun penggunaan di seluruh dunia. Efek samping yang paling umum adalah:

Ringan dan sementara:

  • Demam ringan hingga sedang (5-15% penerima)
  • Ruam ringan (5%)
  • Nyeri di tempat suntikan
  • Rewel atau tidak enak badan sementara

Jarang:

  • Reaksi alergi parah (anafilaksis): 1 per 1 juta dosis
  • Trombositopenia (penurunan keping darah) sementara: 1 per 30.000 dosis
  • Kejang demam: 1 per 3.000-4.000 dosis (jauh lebih rendah daripada risiko kejang dari campak sendiri)

Mitos yang telah dibantah: Tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan vaksin MMR dengan autisme. Studi yang mengklaim hubungan ini (diterbitkan oleh Andrew Wakefield pada 1998) telah dicabut karena terbukti penipuan, dan ratusan studi besar sejak itu telah secara konsisten tidak menemukan hubungan apa pun.

Kontraindikasi Vaksin

Vaksin campak TIDAK boleh diberikan pada:

  • Imunodefisiensi berat (HIV dengan CD4 yang sangat rendah, terapi imunosupresan)
  • Kehamilan (wanita harus menghindari kehamilan selama 1 bulan setelah vaksinasi)
  • Riwayat reaksi anafilaksis terhadap komponen vaksin
  • Penyakit akut berat dengan demam tinggi (vaksinasi ditunda hingga sembuh)

Namun, vaksin campak AMAN untuk:

  • Anak dengan infeksi HIV yang stabil dengan imunosupresi ringan
  • Anak dengan alergi telur (protein telur dalam vaksin sangat minimal)
  • Anak yang sedang menyusui
  • Anak dengan riwayat kejang demam

Krisis Campak Global: Mengapa Kasus Meningkat?

Meskipun kita memiliki vaksin yang sangat efektif, dunia menghadapi kebangkitan campak yang mengkhawatirkan.

Data Terkini yang Mengkhawatirkan

Di seluruh dunia, terdapat perkiraan 10,3 juta kasus campak pada tahun 2023, meningkat 20% dari tahun 2022 (CDC). Lebih dari 22 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak mereka pada tahun 2023 (CDC).

Proporsi anak-anak yang menerima dosis pertama vaksin campak adalah 84% pada tahun 2024, sedikit di bawah tingkat 2019 sebesar 86% (WHO). Pada tahun 2024, hanya 84% anak-anak menerima dosis pertama dan 76% menerima dosis kedua secara global (CNN).

Akibat kesenjangan global dalam cakupan vaksinasi, 57 negara mengalami outbreak campak yang besar atau mengganggu pada tahun 2023, mempengaruhi semua wilayah kecuali Amerika, dan merupakan peningkatan hampir 60% dari 36 negara pada tahun sebelumnya (CDC).

Mengapa Ini Terjadi?

Dampak pandemi COVID-19: Pandemi menyebabkan gangguan besar pada layanan imunisasi rutin di seluruh dunia. Banyak orang tua menghindari fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19, dan banyak kampanye vaksinasi ditunda atau dibatalkan.

Pemulihan yang lambat: Meskipun pandemi telah mereda, cakupan vaksinasi belum pulih ke tingkat pra-pandemi di banyak negara.

Vaccine hesitancy: Keraguan dan penolakan vaksin telah meningkat, didorong oleh misinformasi di media sosial, teori konspirasi, dan kesalahpahaman tentang keamanan vaksin.

Konflik dan ketidakstabilan: Anak-anak yang tinggal di tempat yang rapuh, rentan, dan terdampak konflik adalah yang paling terpengaruh (CNN). Di daerah konflik, akses ke layanan kesehatan sangat terbatas.

Kesenjangan dalam sistem kesehatan: Banyak negara tidak memiliki sistem imunisasi rutin yang kuat dengan jangkauan dan kualitas yang memadai.

Kantong populasi yang tidak tervaksinasi: Bahkan di negara dengan cakupan nasional yang tinggi, jika ada komunitas dengan tingkat vaksinasi rendah, outbreak dapat terjadi.

Pemotongan dana: Pemotongan dana yang dalam mempengaruhi Global Measles and Rubella Laboratory Network dan program imunisasi negara dikhawatirkan akan memperlebar kesenjangan kekebalan dan mendorong outbreak lebih lanjut pada tahun mendatang (WHO).

Kasus Regional

Kasus campak melonjak 47% di Eropa dan Asia Tengah tahun lalu, sebagian besar karena penurunan tingkat vaksinasi (Euronews).

Kanada, yang sebelumnya telah mencapai status eliminasi campak, kehilangan status eliminasi campak pada awal bulan ini karena kesenjangan dalam tindakan kesehatan masyarakat yang memungkinkan kantong orang yang tidak divaksinasi atau divaksinasi tidak lengkap untuk menularkan strain virus selama 12 bulan berturut-turut (CBC News).

Pencegahan dan Pengendalian: Apa yang Bisa Dilakukan?

Target Global

Campak dapat dicegah ketika tempat mencapai 95% cakupan dengan dua dosis (CNN). Ini adalah ambang kritis untuk mencapai herd immunity dan menghentikan transmisi.

Strategi Komprehensif

Penguatan imunisasi rutin: Memastikan setiap anak menerima dua dosis vaksin campak sesuai jadwal adalah kunci.

Kampanye vaksinasi tambahan: Di daerah dengan cakupan rendah atau selama outbreak, kampanye catch-up dapat menjangkau anak-anak yang terlewat.

Surveilans yang kuat: Deteksi dini kasus dan outbreak memungkinkan respons cepat untuk membatasi penyebaran.

Respons outbreak yang cepat: Ketika outbreak terjadi, vaksinasi ring (vaksinasi kontak dan komunitas di sekitar kasus) dapat membantu menghentikan penyebaran.

Komunikasi risiko dan community engagement: Membangun kepercayaan dan mengatasi keraguan vaksin melalui komunikasi yang efektif dan melibatkan pemimpin komunitas.

Penguatan sistem kesehatan: Infrastruktur, rantai dingin yang andal, tenaga kesehatan yang terlatih, dan sistem informasi kesehatan yang baik.

Peran Individu

Pastikan anak Anda divaksinasi: Periksa kartu vaksinasi anak Anda. Jika mereka melewatkan dosis, tidak pernah terlambat untuk vaksinasi catch-up.

Vaksinasi untuk dewasa: Jika Anda lahir setelah tahun 1957 dan tidak pernah menerima dua dosis vaksin campak atau tidak yakin dengan status vaksinasi Anda, pertimbangkan untuk divaksinasi, terutama jika Anda:

  • Berencana bepergian internasional
  • Bekerja di bidang kesehatan atau pendidikan
  • Mahasiswa atau tinggal di asrama

Isolasi jika sakit: Jika Anda atau anak Anda didiagnosis campak, tetaplah di rumah dan hindari kontak dengan orang lain, terutama bayi, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan lemah.

Cari informasi yang akurat: Dapatkan informasi tentang vaksin dari sumber yang dapat dipercaya seperti WHO, CDC, Kemenkes, atau tenaga kesehatan profesional – bukan dari media sosial atau situs web anti-vaksin.

Jika Terpapar Campak: Profilaksis Pasca-Pajanan

Jika Anda atau anak Anda terpapar seseorang dengan campak dan Anda belum kebal, ada intervensi yang dapat membantu:

Vaksinasi dalam 72 jam setelah paparan: Dapat mencegah atau melemahkan penyakit. Ini adalah pilihan pertama untuk individu sehat yang berusia >6 bulan.

Immunoglobulin (IG) dalam 6 hari setelah paparan: Untuk mereka yang tidak bisa divaksinasi (bayi <6 bulan, ibu hamil, orang dengan imunodefisiensi berat). IG memberikan antibodi pasif yang dapat mencegah atau melemahkan penyakit tetapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang.

Kesimpulan: Campak Dapat Dieliminasi, Tapi Butuh Komitmen Kita Semua

Tujuan eliminasi dunia, sebagaimana yang ditetapkan dalam Immunization Agenda 2030, tetap merupakan tujuan yang jauh WHO . Namun, ini BUKAN karena kekurangan alat atau pengetahuan. Kita memiliki vaksin yang aman, efektif, dan terjangkau. Kita tahu apa yang perlu dilakukan.

Yang kurang adalah komitmen politik yang berkelanjutan, investasi yang memadai, dan yang paling penting, kesadaran dan partisipasi masyarakat.

Setiap kematian akibat campak adalah kematian yang dapat dicegah. Meskipun kematian lebih sedikit, diperkirakan 95.000 orang, sebagian besar anak-anak di bawah usia 5 tahun, meninggal akibat campak pada tahun 2024 (WHO). Di balik setiap angka itu adalah seorang anak dengan nama, keluarga yang mencintai mereka, dan masa depan yang telah direnggut.

Campak tidak harus menjadi ancaman di abad ke-21. Dengan vaksinasi yang luas dan merata, kita dapat – dan harus – membuat campak menjadi penyakit masa lalu. Tapi ini memerlukan tindakan dari kita semua: pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi internasional, dan yang paling penting, orang tua.

Vaksinasi bukan hanya melindungi anak Anda – ini melindungi seluruh komunitas, termasuk bayi yang terlalu muda untuk divaksinasi, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, dan bahkan orang yang divaksinasi tetapi tidak mengembangkan kekebalan penuh.

Campak dapat dikalahkan. Pertanyaannya bukan “bisakah kita?”, tetapi “maukah kita?” Jawabannya ada di tangan kita.


Artikel ini telah ditulis ulang dan dikembangkan dengan data terkini dari WHO, CDC, dan publikasi ilmiah terbaru (2024-2025), mencakup epidemiologi global terkini, pemahaman yang lebih mendalam tentang patogenesis dan komplikasi, serta urgensi situasi campak saat ini.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar