- Beban Global Hepatitis B: Tantangan yang Masih Besar
- Apa Itu Hepatitis B?
- Cara Penularan Hepatitis B
- Hepatitis B dalam Kehamilan: Skrining Universal
- Pedoman Terbaru WHO 2024: Pencegahan Penularan Ibu-ke-Anak
- Dampak Hepatitis B terhadap Kehamilan
- Manajemen Ibu Hamil dengan Hepatitis B
- Menyusui dengan Hepatitis B: Aman dan Disarankan
- Pencegahan dalam Keluarga
- Target Eliminasi Global dan Tantangan
- Pesan Kunci untuk Ibu Hamil dan Keluarga
- Kesimpulan: Harapan untuk Generasi Bebas Hepatitis B
Hepatitis B adalah salah satu infeksi virus yang paling umum di dunia dan menjadi perhatian khusus dalam konteks kehamilan. Meskipun kita memiliki vaksin yang sangat efektif sejak awal 1980-an, hepatitis B tetap menjadi beban kesehatan global yang signifikan, dengan implikasi serius bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Beban Global Hepatitis B: Tantangan yang Masih Besar
Data WHO terbaru menunjukkan skala masalah yang mengkhawatirkan. Infeksi hepatitis B virus (HBV) kronis adalah masalah kesehatan masyarakat utama dan penyebab penyakit hati kronis yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian pada tahun 2022, terutama karena sirosis dan karsinoma hepatoselular (The Lancet) . Pada tahun 2022, WHO memperkirakan bahwa 254 juta orang hidup dengan hepatitis B kronis, di mana 65% berada di wilayah Afrika dan Pasifik Barat (The Lancet) .
Yang sangat penting untuk dipahami: Sebagian besar beban global ini dapat dikaitkan dengan penularan ibu-ke-anak pada saat atau segera setelah kelahiran dan penularan horizontal dalam rumah tangga (The Lancet) . Ini berarti bahwa pencegahan penularan dari ibu ke bayi adalah kunci untuk mengendalikan epidemi hepatitis B global.
Apa Itu Hepatitis B?
Hepatitis berarti peradangan hati. Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Virus ini termasuk dalam famili Hepadnaviridae dan memiliki karakteristik unik:
Viabilitas tinggi: HBV dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7 hari dan masih mampu menyebabkan infeksi jika masuk ke tubuh orang yang tidak terlindungi oleh vaksinasi.
Infektivitas tinggi: HBV 50-100 kali lebih menular daripada HIV. Hanya diperlukan jumlah virus yang sangat kecil untuk menyebabkan infeksi.
Potensi kronisitas: Berbeda dengan hepatitis A yang bersifat akut dan sembuh sendiri, hepatitis B dapat menjadi kronis, terutama jika infeksi terjadi pada masa bayi atau anak-anak awal.
Perjalanan Penyakit Hepatitis B
Infeksi akut: Setelah terpapar virus, terdapat periode inkubasi 45-180 hari (rata-rata 60-90 hari). Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi HBV akan mengalami infeksi akut yang kemudian sembuh dan mengembangkan kekebalan seumur hidup. Sekitar 30-50% akan mengalami gejala (jaundice, kelelahan, mual, nyeri perut), sementara yang lain mungkin asimtomatik.
Infeksi kronis: Inilah yang menjadi perhatian utama. Ketika infeksi HBV tidak dapat dibersihkan oleh sistem kekebalan tubuh, virus tetap bereplikasi di hati dan menyebabkan infeksi kronis. Risiko kronisitas sangat tergantung pada usia saat terinfeksi:
- Bayi yang terinfeksi saat lahir: 90% akan mengembangkan infeksi kronis
- Anak di bawah 5 tahun: 25-50% akan menjadi kronis
- Dewasa: <5% akan menjadi kronis
Inilah mengapa pencegahan infeksi pada bayi sangat krusial.
Konsekuensi jangka panjang: Orang dengan hepatitis B kronis berisiko mengembangkan:
- Sirosis hati (jaringan parut pada hati)
- Gagal hati
- Karsinoma hepatoselular (kanker hati)
- Kematian prematur
Sekitar 15-25% orang dengan hepatitis B kronis akan meninggal akibat komplikasi hati jika tidak diobati.
Cara Penularan Hepatitis B
Memahami cara penularan HBV sangat penting untuk pencegahan:
Penularan Perinatal (Ibu-ke-Anak)
Ini adalah rute penularan paling penting dalam konteks kehamilan. Penularan terjadi:
- Saat persalinan: Paling umum, melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh ibu selama proses kelahiran
- Intrapartum: Melalui mikrotransfusi atau kontak dengan sekresi vagina
- Jarang intrauterin: Penularan transplasental dapat terjadi tetapi jarang, terutama pada ibu dengan viral load sangat tinggi atau jika ada ancaman persalinan prematur
Penting dicatat: penularan dapat terjadi baik pada persalinan normal maupun sesar. Sesar elektif TIDAK mengurangi risiko penularan secara signifikan jika imunoprofilaksis yang tepat tidak diberikan.
Penularan Horizontal
Kontak dengan darah:
- Berbagi jarum suntik (pengguna narkoba)
- Transfusi darah yang tidak disaring (sekarang sangat jarang di negara dengan sistem screening yang baik)
- Penggunaan alat medis atau dental yang tidak disterilkan dengan benar
- Tato atau tindik dengan peralatan yang terkontaminasi
- Berbagi alat cukur, sikat gigi, atau gunting kuku
Transmisi seksual: HBV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Semen dan cairan vagina dapat mengandung virus.
Penularan dalam rumah tangga: Dapat terjadi melalui kontak dengan luka terbuka, berbagi alat pribadi yang dapat terkontaminasi darah, atau cara lain yang melibatkan pajanan dengan darah dalam jumlah kecil.
Cara yang TIDAK Menularkan Hepatitis B
Sangat penting untuk memahami ini untuk mengurangi stigma:
- Melalui makanan atau air
- Melalui berbagi peralatan makan
- Melalui bersin atau batuk
- Melalui pelukan atau ciuman (kecuali ada luka terbuka di mulut)
- Melalui ASI (meskipun virus bisa terdeteksi dalam ASI, risiko penularannya sangat rendah jika bayi menerima imunoprofilaksis yang tepat)
- Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain
Hepatitis B dalam Kehamilan: Skrining Universal
Mengapa Semua Ibu Hamil Harus Diskrining?
Semua ibu hamil harus dites untuk HIV, sifilis, dan antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) setidaknya sekali dan sedini mungkin dalam kehamilan (NCBI) . Ini adalah rekomendasi kuat dari WHO.
Alasan skrining universal:
Banyak yang asimtomatik: Sebagian besar orang dengan hepatitis B kronis tidak memiliki gejala dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Tanpa tes, mereka tidak akan teridentifikasi.
Prevalensi yang signifikan: Prevalensi infeksi hepatitis B kronis pada kehamilan diperkirakan 0,7% hingga 0,9% di Amerika Serikat, dengan lebih dari 25.000 bayi lahir setiap tahun berisiko infeksi kronis karena penularan perinatal (American Journal of Obstetrics & Gynecology) . Di Indonesia dan negara Asia lainnya, prevalensi bisa lebih tinggi.
Intervensi yang sangat efektif tersedia: Jika ibu hamil diketahui positif HBV, tindakan pencegahan dapat mengurangi risiko penularan ke bayi hingga hampir nol.
Identifikasi kebutuhan perawatan maternal: Skrining juga membantu mengidentifikasi ibu yang mungkin memerlukan perawatan untuk kesehatan mereka sendiri.
Panel Pemeriksaan Hepatitis B
Pemeriksaan standar meliputi:
HBsAg (Hepatitis B surface Antigen):
- Ini adalah tes skrining utama
- Positif = infeksi HBV saat ini (akut atau kronis)
- Negatif = tidak ada infeksi saat ini
Anti-HBs (Antibodi terhadap HBsAg):
- Positif = kekebalan terhadap HBV, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya yang telah sembuh
- Negatif = tidak kebal, rentan terhadap infeksi
Anti-HBc (Antibodi terhadap Hepatitis B core antigen):
- Total anti-HBc positif = pernah terpapar HBV
- IgM anti-HBc = infeksi akut atau reaktivasi
Interpretasi hasil:
- HBsAg (+), Anti-HBs (-), Anti-HBc (+) = Infeksi kronis
- HBsAg (-), Anti-HBs (+), Anti-HBc (+/-) = Imun karena vaksinasi atau infeksi lampau yang sembuh
- HBsAg (-), Anti-HBs (-), Anti-HBc (-) = Rentan, belum terpapar
- HBsAg (-), Anti-HBs (-), Anti-HBc (+) = “Isolated anti-HBc” – bisa berarti infeksi lampau dengan waning antibodi, false positive, atau infeksi okult
Pemeriksaan Lanjutan untuk Ibu Hamil HBsAg Positif
Jika HBsAg positif, pemeriksaan tambahan diperlukan:
HBeAg dan Anti-HBe: Menunjukkan tingkat replikasi virus dan infektivitas.
HBV DNA (Viral Load): Ibu hamil yang tes positif infeksi HBV (HBsAg positif) dengan HBV DNA ≥ 5,3 log10 IU/mL (≥ 200.000 IU/mL) harus menerima profilaksis tenofovir dari minggu ke-28 kehamilan hingga setidaknya kelahiran (NCBI) . Ini adalah pemeriksaan kunci untuk menentukan apakah ibu memerlukan terapi antiviral.
Tes fungsi hati (ALT, AST): Untuk menilai aktivitas penyakit hati.
Pemeriksaan lainnya: Tergantung pada kondisi, mungkin diperlukan pemeriksaan untuk sirosis, evaluasi hepatologi lengkap, atau skrining hepatitis D (HDV) yang sering ko-infeksi dengan HBV.
Pedoman Terbaru WHO 2024: Pencegahan Penularan Ibu-ke-Anak
WHO merilis pedoman yang diperbarui pada Maret 2024 dengan beberapa perubahan penting.
Profilaksis Antiviral untuk Ibu Hamil
Rekomendasi yang ada untuk penggunaan profilaksis tenofovir disoproxil fumarate untuk ibu hamil HBsAg-positif dengan tingkat HBV DNA ≥200.000 IU/mL atau HBeAg positif dipertahankan dari pedoman WHO 2020. Namun, untuk mengatasi tantangan berkelanjutan dalam mengakses tes HBV DNA dan serologi HBeAg untuk menentukan kelayakan profilaksis antiviral, rekomendasi kondisional baru ditambahkan ke pedoman 2024 untuk memberikan opsi menggunakan profilaksis antiviral untuk semua ibu hamil HBsAg-positif (HCP Live) .
Rekomendasi Utama:
- Untuk ibu dengan viral load tinggi (HBV DNA ≥200.000 IU/mL atau HBeAg positif):
- Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) 300 mg sekali sehari
- ATAU Tenofovir alafenamide (TAF) 25 mg sekali sehari
- Dimulai dari trimester kedua atau ketiga (idealnya minggu 28) hingga setidaknya persalinan
- Dapat dilanjutkan hingga bayi menyelesaikan seri vaksinasi
- Untuk semua ibu HBsAg-positif (jika tes viral load tidak tersedia):
- Opsi untuk memberikan profilaksis tenofovir untuk semua ibu HBsAg-positif
- Ini adalah rekomendasi kondisional untuk setting di mana akses ke tes viral load terbatas
Mengapa Tenofovir?
- Sangat efektif menekan replikasi virus
- Profil keamanan yang sangat baik selama kehamilan
- Tidak ada bukti efek teratogenik (menyebabkan cacat lahir)
- Hambatan genetik tinggi terhadap resistensi
- Pengalaman ekstensif penggunaan dalam kehamilan untuk HIV dan hepatitis B
Efektivitas: Profilaksis antiviral maternal mengurangi risiko penularan dari sekitar 10-20% menjadi <1-2% ketika dikombinasikan dengan vaksinasi bayi yang tepat waktu.
Imunoprofilaksi Neonatal: Kunci Pencegahan
Imunisasi universal bayi, dengan setidaknya 3 dosis vaksin hepatitis B, saat ini direkomendasikan oleh WHO. Dosis pertama vaksin hepatitis B harus diberikan sesegera mungkin setelah lahir (dalam 24 jam) (WHO ).
Protokol untuk Bayi dari Ibu HBsAg-Positif:
- Dalam 12 jam pertama kehidupan (idealnya dalam 2-4 jam):
- Vaksin hepatitis B dosis pertama: Intramuskular, biasanya di paha anterolateral
- HBIG (Hepatitis B Immune Globulin): Jika tersedia, diberikan di lokasi yang berbeda dari vaksin. HBIG memberikan antibodi pasif untuk perlindungan segera
- Melanjutkan seri vaksinasi:
- Dosis kedua: Usia 1-2 bulan
- Dosis ketiga: Usia 6 bulan
- (Beberapa jadwal menggunakan 4 dosis)
- Tes post-vaksinasi (usia 9-12 bulan atau 1-2 bulan setelah dosis terakhir):
- HBsAg: Untuk memastikan bayi tidak terinfeksi
- Anti-HBs: Untuk mengkonfirmasi respons vaksin yang protektif (titer ≥10 mIU/mL)
Pentingnya Timing: Setiap keterlambatan dalam pemberian vaksin dosis pertama dan HBIG meningkatkan risiko penularan. Ini adalah jendela kritis yang tidak boleh terlewatkan.
Regimen ini 90-95% efektif dalam mencegah infeksi dan mengurangi infeksi baru di antara anak-anak (The Lancet) .
Untuk Ibu yang Tidak Terinfeksi
Jika ibu hamil HBsAg negatif dan tidak memiliki anti-HBs protektif, ini berarti dia rentan terhadap infeksi HBV. WHO merekomendasikan:
- Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan dengan aman selama kehamilan
- Sangat disarankan untuk ibu yang berisiko tinggi (pasangan HBsAg positif, pekerjaan berisiko tinggi, dll.)
- Melindungi ibu juga melindungi bayi di masa depan
Dampak Hepatitis B terhadap Kehamilan
Dalam kebanyakan kasus, hepatitis B kronis tidak menyebabkan komplikasi kehamilan yang signifikan. Namun, ada beberapa pertimbangan:
Risiko reaktivasi: Meskipun jarang, hepatitis B dapat mengalami reaktivasi selama kehamilan atau lebih sering, setelah persalinan. Ini karena perubahan sistem kekebalan selama dan setelah kehamilan.
Hepatitis B akut selama kehamilan: Jika ibu terinfeksi HBV akut selama kehamilan (terutama trimester ketiga), risiko persalinan prematur dan komplikasi maternal meningkat.
Hepatitis B fulminan: Sangat jarang, tetapi hepatitis B akut dapat berkembang menjadi gagal hati fulminan, terutama jika ada ko-infeksi dengan hepatitis D atau E.
Gestational diabetes: Beberapa studi menunjukkan risiko sedikit lebih tinggi pada ibu dengan hepatitis B kronis, meskipun mekanismenya tidak sepenuhnya jelas.
Perdarahan postpartum: Pada ibu dengan penyakit hati lanjut atau disfungsi koagulasi, risiko perdarahan dapat meningkat.
Kebanyakan ibu dengan hepatitis B kronis akan memiliki kehamilan yang normal dan sehat, terutama jika penyakit hati mereka terkontrol dengan baik.
Manajemen Ibu Hamil dengan Hepatitis B
Konsultasi Multidisiplin
Ibu hamil HBsAg-positif sebaiknya dikelola dengan pendekatan multidisiplin:
- Dokter obstetri: Untuk perawatan kehamilan
- Spesialis penyakit dalam/gastroenterologi-hepatologi: Untuk evaluasi dan manajemen hepatitis B
- Dokter anak/neonatologi: Untuk perencanaan perawatan bayi setelah lahir
Monitoring Selama Kehamilan
Trimester pertama: Skrining HBsAg, pemeriksaan baseline fungsi hati dan viral load jika HBsAg positif.
Trimester kedua dan ketiga:
- Monitor fungsi hati secara berkala
- Viral load dapat diulang jika akan memulai profilaksis antiviral
- Evaluasi untuk tanda-tanda penyakit hati yang memburuk
Perencanaan persalinan: Koordinasi dengan tim untuk memastikan vaksin dan HBIG tersedia di kamar bersalin.
Mode Persalinan
Tidak ada indikasi untuk sesar elektif: Sesar tidak mengurangi risiko penularan secara signifikan jika imunoprofilaksis neonatal yang tepat diberikan. Mode persalinan harus ditentukan berdasarkan indikasi obstetrik.
Hindari prosedur invasif yang tidak perlu: Seperti amniosentesis atau sampling vili korionik, kecuali benar-benar diperlukan dan dengan pertimbangan risiko-manfaat yang hati-hati.
Manajemen persalinan:
- Minimalkan lama pecah ketuban
- Hindari penggunaan elektroda kulit kepala janin atau sampling darah janin jika memungkinkan
- Persalinan vacuum atau forceps tidak kontraindikasi
Menyusui dengan Hepatitis B: Aman dan Disarankan
Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan ibu, dan jawabannya jelas: Ya, ibu dengan hepatitis B dapat dan harus menyusui bayinya dengan aman.
Bukti Keamanan
Meskipun HBV DNA dapat terdeteksi dalam ASI, tidak ada bukti yang konsisten bahwa menyusui meningkatkan risiko penularan HBV ketika bayi telah menerima imunoprofilaksis yang tepat.
Studi besar telah menunjukkan bahwa tingkat penularan HBV pada bayi yang disusui tidak berbeda secara signifikan dari mereka yang diberi susu formula, asalkan bayi menerima vaksin dan HBIG yang tepat waktu.
Manfaat ASI Jauh Melampaui Risiko Teoritis
Manfaat menyusui sangat besar:
- Nutrisi optimal untuk bayi
- Antibodi dan faktor kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai infeksi
- Bonding ibu-bayi
- Manfaat kesehatan jangka panjang untuk ibu dan bayi
Pertimbangan Praktis
Puting yang retak atau berdarah: Jika puting sangat retak dan berdarah, mungkin bijaksana untuk sementara menghentikan menyusui dari payudara tersebut sampai sembuh, untuk meminimalkan paparan darah. Namun, ini adalah situasi yang jarang dan harus didiskusikan dengan konsultan laktasi.
Luka di mulut bayi: Jika bayi memiliki luka terbuka yang signifikan di mulut (jarang), mungkin perlu pertimbangan khusus, tetapi ini bukan kontraindikasi absolut.
Dukungan laktasi: Ibu dengan hepatitis B harus menerima dukungan laktasi yang sama seperti ibu lainnya untuk memastikan keberhasilan menyusui.
Pencegahan dalam Keluarga
Jika seorang anggota keluarga memiliki hepatitis B, langkah-langkah pencegahan penting:
Vaksinasi Anggota Keluarga
Sangat penting: Semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan seseorang yang HBsAg-positif harus:
- Dites untuk HBsAg, anti-HBs, dan anti-HBc
- Jika rentan (negatif untuk semua marker), segera divaksinasi
- Tes titer anti-HBs 1-2 bulan setelah seri vaksinasi selesai untuk memastikan respons protektif
Prioritas: Bayi, anak-anak, dan pasangan seksual memiliki prioritas tertinggi karena risiko paparan yang lebih besar.
Tindakan Pencegahan di Rumah
Jangan berbagi:
- Sikat gigi
- Pisau cukur atau alat cukur lainnya
- Gunting kuku
- Alat manicure/pedicure
- Anting-anting atau perhiasan tindik lainnya
- Jarum atau alat suntik (bagi penderita diabetes yang menggunakan insulin)
Penanganan darah:
- Gunakan sarung tangan jika membantu membersihkan luka atau menangani darah
- Bersihkan tumpahan darah dengan larutan pemutih 1:10 (1 bagian pemutih dengan 9 bagian air)
- Buang perban atau pembalut yang berdarah dalam kantong plastik tertutup
Luka terbuka: Tutupi semua luka, goresan, atau lecet dengan perban sampai sembuh sepenuhnya.
Apa yang Aman
Kontak normal sehari-hari sepenuhnya aman:
- Pelukan dan ciuman (kecuali ada luka terbuka di mulut)
- Berbagi makanan dan peralatan makan
- Makan bersama di meja yang sama
- Tinggal di rumah yang sama
- Menggunakan toilet yang sama
- Batuk atau bersin di dekat orang lain
- Sentuhan kasual
Orang dengan hepatitis B tidak perlu diisolasi atau dikucilkan dari keluarga. Dengan vaksinasi dan tindakan pencegahan sederhana, anggota keluarga dapat hidup bersama dengan aman.
Target Eliminasi Global dan Tantangan
Pada Mei 2016, World Health Assembly mengadopsi Global Health Sector Strategy on Viral Hepatitis, yang menyerukan eliminasi hepatitis virus sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.
Target Spesifik
Eliminasi infeksi HBV sebagai ancaman kesehatan masyarakat memerlukan pengurangan prevalensi antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) hingga di bawah 0,1% pada anak-anak usia 5 tahun (WHO) .
Ini dapat dicapai melalui:
- Imunisasi universal bayi terhadap hepatitis B
- Cakupan tinggi (>90%) dosis vaksin lahir tepat waktu (dalam 24 jam)
- Intervensi lain untuk mencegah penularan ibu-ke-anak, termasuk profilaksis antiviral peripartum
Kemajuan dan Tantangan
Kemajuan:
- Cakupan vaksinasi hepatitis B global telah meningkat secara dramatis
- Banyak negara telah mencapai cakupan dosis ketiga vaksin HBV >90%
- Profilaksis antiviral maternal semakin banyak digunakan
Tantangan yang tersisa:
- Cakupan dosis lahir tepat waktu: Masih banyak bayi, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang tidak menerima vaksin dalam 24 jam pertama
- Akses ke tes viral load: Di banyak setting, tes HBV DNA tidak tersedia atau terlalu mahal
- Kesadaran dan skrining: Banyak ibu hamil, bahkan di negara maju, tidak diskrining untuk hepatitis B
- Stigma: Stigma terkait hepatitis B dapat menghalangi testing dan pengobatan
- Integrasi layanan: Integrasi skrining dan pencegahan hepatitis B dengan layanan HIV dan sifilis masih tidak optimal di banyak tempat
Pesan Kunci untuk Ibu Hamil dan Keluarga
- Skrining adalah penting: Setiap ibu hamil harus dites untuk hepatitis B. Ini adalah tes darah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa bayi.
- Penularan dapat dicegah: Dengan vaksinasi bayi yang tepat waktu dan, jika diperlukan, profilaksis antiviral maternal, risiko penularan dapat dikurangi hingga hampir nol.
- Jangan lewatkan jendela kritis: Vaksin dan HBIG harus diberikan dalam 12 jam pertama kehidupan untuk efektivitas maksimal. Beritahu tim medis tentang status HBV Anda sebelum persalinan.
- Menyusui aman: Ibu dengan hepatitis B dapat dan harus menyusui bayi mereka. Manfaat ASI jauh melampaui risiko teoritis penularan, terutama dengan imunoprofilaksis yang tepat.
- Vaksinasi keluarga: Semua anggota keluarga yang rentan harus divaksinasi. Ini melindungi mereka dan membantu mencegah penyebaran dalam rumah tangga.
- Tindak lanjut penting: Bayi dari ibu HBsAg-positif harus menyelesaikan seri vaksinasi lengkap dan dites pada usia 9-12 bulan untuk memastikan mereka terlindungi dan tidak terinfeksi.
- Stigma harus dihilangkan: Hepatitis B adalah kondisi medis yang dapat dikelola, bukan alasan untuk malu atau diskriminasi. Kontak sehari-hari yang normal sepenuhnya aman.
- Perawatan tersedia: Jika Anda memiliki hepatitis B kronis, perawatan efektif tersedia yang dapat mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit hati.
Kesimpulan: Harapan untuk Generasi Bebas Hepatitis B
Kita memiliki alat untuk menghilangkan penularan hepatitis B dari ibu ke anak: vaksin yang sangat efektif, tes skrining yang andal, dan terapi antiviral yang aman dan efektif. Tantangan utama bukan teknologi, tetapi implementasi—memastikan bahwa setiap ibu hamil diskrining, setiap bayi dari ibu yang terinfeksi menerima profilaksis yang tepat waktu, dan setiap keluarga memiliki akses ke vaksinasi.
Kemajuan yang cukup besar telah dicapai menuju eliminasi penularan perinatal HBV melalui imunisasi HBV bayi universal, termasuk vaksinasi dosis lahir hepatitis B tepat waktu yang diberikan dalam 24 jam setelah lahir (The Lancet) .
Dengan komitmen berkelanjutan dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat, kita dapat mencapai visi generasi anak-anak yang bebas dari hepatitis B. Setiap ibu hamil yang diskrining, setiap bayi yang divaksinasi tepat waktu, membawa kita selangkah lebih dekat ke tujuan ini.
Hepatitis B tidak harus menjadi beban untuk generasi berikutnya. Dengan pengetahuan, alat, dan tindakan yang tepat, kita dapat—dan harus—melindungi setiap bayi yang lahir dari ancaman infeksi hepatitis B seumur hidup.
Artikel ini telah ditulis ulang dan dikembangkan dengan pedoman WHO 2024 terbaru, rekomendasi Society for Maternal-Fetal Medicine 2024, dan bukti ilmiah terkini tentang pencegahan penularan hepatitis B ibu-ke-anak, mencakup pendekatan komprehensif dari skrining hingga manajemen jangka panjang.

Tinggalkan komentar