Saat menyusun sebuah daftar “pasien dengan kegawatdaruratan” dan “pasien dengan risiko tinggi” ada beberapa hal yang membuat saya kesulitan. Untuk pasien dengan kegawatdaruratan, daftar bisa diadaptasi seperti yang dipublikasikan oleh BPJS Kesehatan, daftar ini berlaku baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas atau klinik, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yaitu rumah sakit.
Penyusunan daftar “pasien dengan kegawatdaruratan” pada umumnya tidak memerlukan terlalu banyak perhatian, kecuali disesuaikan dengan tempat masing-masing.
Sedangkan daftar pasien dengan risiko tinggi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, karena istilah ini belum umum diterapkan. Apa yang dimaksud dengan pasien dengan risiko tinggi?
Di banyak kesempatan, pasien risiko tinggi (high-risk patient) sering dihubungkan dengan pasien dengan pembiayaan yang tinggi (high-cost patient). Pasien-pasien seperti ini memiliki risiko dari kondisi kesehatan (fisik dan mental) yang jika dibiarkan tanpa penanganan yang mencukupi akan berkembang menjadi kondisi kesehatan yang fatal atau memburuk, di mana biaya kesehatan yang akan digunakan untuk mengatasi kondisi selanjutnya atau komplikasi kesehatan yang muncul akan menjadi begitu besar.
Jika pasien dengan kegawatdaruratan biasanya diidentifikasi dengan “jika tidak ditangani segera maka kondisi pasien akan memburuk dengan cepat, dan bisa berakibat fatal“, maka pasien dengan risiko tinggi bisa dinyatakan dengan “jika dibiarkan tanpa tata laksana yang tepat, maka kondisi pasien lambat laun akan memburuk dan seperti membawa bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak.”
Bagaimana kita bisa melakukan identifikasi terhadap pasien atau penyakit yang bisa menjadi kategori risiko tinggi di area kerja kita? Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan, tentunya survei terhadap masing-masing pasien dan penyakit harus bisa terpenuhi.
Pertama dengan melihat bagaimana pasien memanfaatkan layanan kesehatan:
- Apakah pembiayaan total/akhir dari kunjungan besar karena kondisinya tersebut?
- Apakah pasien sering harus dirujuk ke rumah sakit, atau sering menjalani rawat inap karena kondisinya tersebut?
- Apakah pasien sering harus mendapatkan perawatan kegawatdaruratan karena kondisinya tersebut?
- Apakah data farmasi menunjukkan pengguna obat yang banyak ragam dan/atau dalam jumlah besar untuk kondisinya tersebut?
- Apakah pasien harus menggunakan alat bantu kesehatan yang tahan lama (seperti kursi roda) untuk kondisinya tersebut?
Untuk pertanyaan tersebut, atau pertanyaan yang sejenis, jika semua jawaban mengandung unsur “YA”, maka potensi dimasukkan ke dalam kondisi risiko tinggi akan semakin memungkinkan.
Informasi demografi seperti usia dan jenis kelamin bisa memengaruhi penilaian dan penggolongan pasien risiko tinggi. Bayi memiliki risiko tinggi karena daya tahan tubuh yang tidak sebaik orang dewasa, sedangkan manula bisa memiliki risiko karena menderita pelbagai kondisi degeneratif, atau rawan jatuh.
Data-data kesehatan yang ditemukan dalam rekam medis juga bisa menjadi patokan. Pasien dengan obesitas, gangguan psikiatri berulang, kanker, penyakit paru menahun, penyakit ginjal tahap akhir, gangguan imunitas, hipertensi kronis, diabetes dan sebagainya merupakan pasien-pasien yang jika dibiarkan memburuk akan berdampak ‘sangat buruk’ di masa mendatang.
Beberapa kondisi risiko tinggi sudah masuk ke dalam Program Rujuk Balik (PRB) dari BPJS Kesehatan, dan bisa ditambahkan pada daftar yang hendak dibuat.
Saya menyusun sebuah Daftar Pasien dengan Kegawatdaruratan dan Risiko Tinggi yang bisa diunduh dan disunting sesuai keperluan masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan. Jika Anda memiliki masukan untuk daftar ini, silakan disampaikan pada kolom komentar.
Berikut adalah tampilan awal daftar tersebut:
No. |
Kondisi |
Gawat Darurat |
Risiko Tinggi |
Bagian Anak |
|||
Anemia sedang/berat |
√ |
||
Anuria (tidak buang air kecil) > 8 jam |
√ |
||
Apnea |
√ |
||
Bayi baru lahir |
√ |
||
Bayi prematur |
√ |
||
Dehidrasi berat |
√ |
||
Dehidrasi ringan |
√ |
||
Demam ≥ 40º Celcius |
√ |
||
Demam tifoid (tifus abdominalis) dengan komplikasi |
√ |
||
Diabetes tipe 1 |
√ |
||
Diare profus ( > 10 hari ) |
√ |
||
Difteri |
√ |
||
Dispnea (sesak), gelisah, penurunan kesadaran, sianosis dengan adanya retraksi otot-otot pernapasan. |
√ |
||
Dispnea (sesak) dengan kesadaran dan kondisi umum baik |
√ |
||
Edema (bengkak di seluruh tubuh) |
√ |
||
Epistaksis (mimisan) atau tanda perdarahan lain dengan demam |
√ |
||
Gagal ginjal akut |
√ |
||
Gangguan kesadaran |
√ |
||
Gangguan jantung pembuluh (bising jantung, aritmia, serangan jantung) |
√ |
||
Hematuria |
√ |
||
Hipertensi berat |
√ |
||
Hipotensi (syok ringan s/d sedang) |
√ |
||
Kejang demam |
√ |
||
Kejang dengan penurunan kesadaran |
√ |
||
Keracunan (minyak tanah, insektisida) pada kondisi umum yang masih baik. |
√ |
||
Keracunan (minyak tanah, insektisida) dengan gangguan fungsi vital |
√ |
||
Muntah profus ( > 6 hari ) |
√ |
||
Syok berat (nadi tidak terba dan tekanan darah sulit terukur), misal pada sindrom rejatan dengue (DSS) |
√ |
||
Tetanus |
√ |
||
Bagian Bedah |
|||
Abses serebri |
√ |
||
Abses submandibula |
√ |
||
Amputasi penis |
√ |
||
Amputasi traumatik |
√ |
||
Anuria |
√ |
||
Appendiksitis (radang usus buntu) akut |
√ |
||
Atresia ani (tidak dapat buang air besar sama sekali) |
√ |
||
Benda asing (korpus alienum) pada:
|
√ |
||
Cedera pada banyak tempat (multipel trauma) |
√ |
||
Cedera kepala berat |
√ |
||
Cedera kepala sedang |
√ |
||
Cedera vertebra (tulang belakang) |
√ |
||
Cedera wajah dengan gangguan jalan napas |
√ |
||
Cedera wajah tanpa gangguan jalan napas:
|
√ |
||
Dislokasi persendian |
√ |
||
Fistula trakeoesofagus |
√ |
||
Flail chest |
√ |
||
Flegmon pada dasar mulut |
√ |
||
Gastroskisis |
√ |
||
Gigitan hewan/manusia |
√ |
||
Hematotoraks |
√ |
||
Hematuria |
√ |
||
Hemoroid tingkat IV dengan tanda strangulasi |
√ |
||
Hernia inkaserata |
√ |
||
Hidrosefalus dengan peningkatan tekanan intrakranial |
√ |
||
Hiperplasi prostat jinak (BPH) dengan retensi urin |
√ |
||
Ileus obstruktif |
√ |
||
Infiltrat periappendikulatta |
√ |
||
Kolesistitis akut |
√ |
||
Luka bakar |
√ |
||
Luka terbuka di area abdomen |
√ |
||
Luka terbuka di area kepala |
√ |
||
Luka terbuka di area toraks |
√ |
||
Meningokel / myelokel yang pecah |
√ |
||
Omfalokel yang pecah |
√ |
||
Patah tulang dengan dugaan cedera pumbuluh darah |
√ |
||
Patah tulang iga jamak (multipel) |
√ |
||
Patah tulang leher |
√ |
||
Patah tulang terbuka |
√ |
||
Patah tulang tertutup |
√ |
||
Pelvis tak stabil |
√ |
||
Perdarahan internal |
√ |
||
Perdarahan rektal |
√ |
||
Pneumotoraks tipe tekanan |
√ |
||
Peritonitis generalisata |
√ |
||
Priapismus |
√ |
||
Ruptur otot dan tendon |
√ |
||
Torsio testis |
√ |
||
Trauma tajam dan tumpul pada area leher |
√ |
||
Trauma tumpul abdomen |
√ |
||
Tumor otak dengan penurunan kesadaran |
√ |
||
Urosepsi |
√ |
||
Bagian Jantung Pembuluh |
|||
Aritmia dan syok kardiogenik |
√ |
||
Cor pulmonale dekompensata yang akut |
√ |
||
Gagal jantung kongestif (CHF) |
√ |
||
Edema paru akut |
√ |
||
Henti / serangan jantung |
√ |
||
Infark miokardium dengan komplikasi (syok) |
√ |
||
Kelainan jantung bawaan dengan gangguan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (ABC) |
√ |
||
Kelainan katup jantung dengan gangguan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi (ABC) |
√ |
||
Krisis hipertensi |
√ |
||
Miokarditis dengan syok |
√ |
||
Nyeri dada (angina pectoris) |
√ |
||
Pingsan karena penyakit jantung |
√ |
||
Sesak napas karena payah jantung |
√ |
||
Bagian Kandungan dan Kebidanan |
|||
Abortus |
√ |
||
Anemia defisiensi besi |
√ |
||
Demam puerperalis |
√ |
||
Distosia |
√ |
||
Eklamsia |
√ |
||
Hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi |
√ |
||
Hipertensi gestasional |
√ |
||
Inversio uteri |
√ |
||
Kehamilan ektopik |
√ |
||
Kehamilan ektopik terganggu |
√ |
||
Kehamilan kembar |
√ |
||
Ketuban pecah dini (KPD) |
√ |
||
Letak lintang |
√ |
||
Perdarahan antepartum |
√ |
||
Perdarahan postpartum |
√ |
||
Persalinan pada kehamilan risiko tinggi dan/atau persalinan dengan penyulit |
√ |
||
Plasenta previa |
√ |
||
Presentasi bokong |
√ |
||
TORCH (Toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks) |
√ |
||
Bagian Mata |
|||
Benda asing pada area kornea mata / kelopak mata |
√ |
||
Blennorrhea / Gonoblennorrhea |
√ |
||
Dakriosistitis akut |
√ |
||
Endoftalmitis / panoftamitis |
√ |
||
Glaukoma akut / glaukoma sekunder |
√ |
||
Katarak senilis bilateral |
√ |
||
Kelainan kornea mata (erosi, ulkus/abses, descematolis) |
√ |
||
Miopia maligna |
√ |
||
Penurunan tajam pandang akut (ablatio retina, CRAO, perdarahan viterus) |
√ |
||
Retinoblastoma |
√ |
||
Selulitis orbita |
√ |
||
Trauma (tumpul, fotoelektrik/radiasi, tajam/tembus) |
√ |
||
Trombosis sinus kavernosus |
√ |
||
Tumor orbita dengan perdarahan |
√ |
||
Tuna netra (buta) |
√ |
||
Uveitis / skleritis / iritasi |
√ |
||
Bagian Paru |
|||
Asma bronkial sedang s/d parah |
√ |
||
Asma dalam serangan (status asmatikus) |
√ |
||
Asma menahun |
√ |
||
Aspirasi pneumonia |
√ |
||
Batuk darah (hemoptisis) |
√ |
||
Batuk darah (hemoptisis) yang berat/banyak |
√ |
||
Batuk darah (hemoptisis) kambuhan |
√ |
||
Cedera paru (kontusio pulmoner) |
√ |
||
Edema paru non-kardiogenik |
√ |
||
Efusi pleura yang berat |
√ |
||
Emboli paru |
√ |
||
Gagal napas (apnea) |
√ |
||
Penyakit paru obtruktif kronik/menahun |
√ |
||
Penyakit paru obstruktif menahun ekserbasi akut |
√ |
||
Pneumonia sepsis |
√ |
||
Pneumotoraks terbuka/tertutup/ventil |
√ |
||
Tenggelam |
√ |
||
Bagian Penyakit Dalam |
|||
Demam berdarah dengue |
√ |
||
Diabetes mellitus |
√ |
||
Difteri |
√ |
||
Disequilibreium pasca hemodialisa |
√ |
||
Gagal ginjal akut |
√ |
||
Gastroenteritis akut dan dehidrasi |
√ |
||
Hematochezia |
√ |
||
Hemofilia dan gangguan pembekuan darah lainnya |
√ |
||
Hepatitis B dan C |
√ |
||
Hipertensi tingkat I dan II |
√ |
||
Hipertensi maligna |
√ |
||
Keracunan makanan |
√ |
||
Keracunan obat |
√ |
||
Keganasan / kanker |
√ |
||
Koma metabolik |
√ |
||
Leptospirosis |
√ |
||
Malaria |
√ |
||
Manula dengan gangguan gaya berjalan (gait) |
√ |
||
Obesitas |
√ |
||
Penyakit ginjal kronis |
√ |
||
Penyakit ginjal tahap akhir |
√ |
||
Rejatan/syok |
√ |
||
Sindrom imunodefisieni yang didapat (AIDS) |
√ |
||
Tuberkulosis (termasuk MDR / kebal terhadap banyak obat) |
√ |
||
Bagian Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) |
|||
Abses pada area telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher |
√ |
||
Benda asing pada laring/trakea/bronkus |
√ |
||
Benda asing pada tenggorok |
√ |
||
Benda asing pada hidung |
√ |
||
Benda asing pada telinga |
√ |
||
Disfagia (tidak dapat menelan) |
√ |
||
Halangan / obstruksi jalan napas tingkat II/III Jackson |
√ |
||
Halangan / obstruksi jalan napas tingkat IV Jackson |
√ |
||
Otalgia (nyeri telinga) akut |
√ |
||
Parese / kelumpuhan fasialis akut |
√ |
||
Perdarahan pada area THT |
√ |
||
Rejatan/syok oleh penyebab terkait area THT |
√ |
||
Tuli mendadak |
√ |
||
Tuna rungu (tuli) |
√ |
||
Tuna wicara (bisu) |
√ |
||
Vertigo |
√ |
||
Bagian Saraf |
|||
Epilepsi |
√ |
||
Kejang dan status epileptikus |
√ |
||
Stroke (Cardiovascular accident) |
√ |
||
Meningoensefalitis |
√ |
||
Bagian Kejiwaan/Psikiatri |
|||
Depresi |
√ |
||
Gangguan cemas |
√ |
||
Skisofrenia |
√ |
sumber ada gak dok?
SukaSuka
Sementara masih menggunakan peraturan Kadinkes yang mungkin akan berbeda bagi masing-masing wilayah/daerah.
SukaSuka