Saya tidak memiliki televisi, tidak juga aktif membaca surat kabar, namun kabar pertikaian antara dua ormas (pemuda?) di Bali masih tetap bisa sampai pada saya. Melalui lini masa pada situs jejaring sosial yang membludak, mau tidak mau informasi ini saya terima juga. Ini juga menunjukkan betapa pedulinya masyarakat Bali akan situasi ini.
Kecamuk yang terjadi di Teuku Umar (menurut kabar) merupakan salah satu letupan bom waktu dari keberadaan pihak-pihak yang tidak memiliki kemampuan untuk duduk bersama, menyelesaikan masalah dengan diskusi. Tentu saja ini hanya sekadar opini saya, tapi seandainya mereka bisa duduk berdiskusi – apakah akan ada nyawa yang meregang?
Organisasi masyarakat kepemudaan bukanlah sebuah ide buruk, namun ketika – seperti banyak keluhan di media sosial – kemudian menuju pada arah premanisme berjamaah dan terorganisir, maka ini akan sangat disayangkan.
Pemuda selayaknya membangun negeri, berada di tengah sebagai mesin penggerak. Namun ketika pemuda justru menjadi sumber belenggu dan memberikan rasa ngeri pada masyarakat di sekitarnya – maka layak-kah masyarakat masih menaruh harapan pada pemuda-pemuda seperti ini?
Maka ketika banyak suara yang kemudian – seakan menyatu – menyatakan penolakan terhadap premanisme berjamaah ini di sekitar mereka, maka saya rasa itu adalah sebentuk kewajaran yang bisa diterima oleh norma sosial kita. Selayaknya tidak ada kelompok-kelompok yang menimbulkan keresahan dan ketakutan di tengah masyarakat yang telah berdaulat di negaranya sendiri.
Bahkan ada petisi pembubaran ormas ini, jika ada masyarakat yang setuju – saya rasa akan sangat baik menyatukan suara di sini. Karena, ketika pelaksanaan kegiatan sebuah organisasi tidak memberikan nilai positif bagi lingkungan, dan bisa dibilang justru pagar makana tanaman, maka tiadakan saja organisasi tersebut.
Lalu bagaimana ke depannya?
Organisasi kepemudaan di Bali bisa ada, namun sesuatu yang memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan lingkungannya. Lihat saja contohnya – yang saat ini saya nilai cukup baik, yaitu Gerakan Pemuda ANSOR. Dan saya rasa pemuda Bali memiliki banyak potensi untuk ini dibandingkan untuk menumpahkan darah sesama saudara.
Tinggalkan Balasan