Saat itu saya baru menyelesaikan konsultasi dengan sejumlah pasien poliklinik umum di Pukesmas Imigrasi 1. Waktu bahkan belum menunjukkan pukul 18.00 sebelum pesan masuk ke dalam telepon saya. Pesan ini menanyakan apakah saya bisa mengisi promkes (promosi kesehatan) malam nantinya.
Rupanya dokter yang lain pada berhalangan. Padahal acara sudah disiapkan dan warga sudah diundang.
Saya mengiyakan bahwa saya bisa mengisi. Padahal kalau dadakan berbicara di hadapan warga, saya tentu saja kelabakan, memang saya harus bilang apa?
Ternyata materi adalah mengenai bahaya merokok, dalam rangka menekankan terdapatnya kawasan bebas asap rokok di Yogyakarta.
Lha, saya malah jadi bertanya-tanya, bukannya di bungkus rokok sudah ada peringatan bahaya merokok bagi kesehatan. Mesti dijelaskan apalagi toh?
Tapi lebih dari itu, saya bukanlah tipe pembicara publik, alias mudah kena demam panggung. Hanya saja saya merasa, inilah adalah kesempatan, karena sudah lama saya tidak berbicara langsung pada kelompok masyarakat, biasanya saya hanya berbagi pemikiran lewat tulisan saja di dunia maya.
Uniknya, tim promkes yang sudah siap membayangkan di tempat warga sudah dipenuhi dengan kepulan asap rokok dan asbak berdebu. Ternyata malam itu bersih dari asap rokok. Entah karena kader terlebih dahulu mengingatkan bahwa akan ada acara temu kesehatan mengenai masalah rokok?
Dan yang lebih menyenangkan lagi. Warga ternyata antusias bertanya masalah kesehatan, serta berbagi pengalaman mereka dalam berjuang melawan nikmatnya rokok.
Pokoknya, acara dua jam yang berakhir pukul 10.00 malam sebelum saya kembali merayap pulang dalam kegelapan perbukitan dan pedesaan menjadi sesuatu yang bermakna.
Tinggalkan Balasan