Salah satu karya menarik dari Lí tiān (Bajak Langit) adalah Sānjiè dú zūn (Penguasa Tiga Loka) atau dalam terjemahan bebas bahasa Inggris yang populer di kalangan penggemar sering disebut dengan judul Sovereign of the Three Realms (SOTR). Novel SOTR menurut saya adalah salah satu xanxia yang paling renyah untuk dibaca sehari-hari.
SOTR berkisah tentang tokoh utama Jiang Chen, putra dari Kaisar Langit – Maharaja Kahyangan. Tanpa sengaja bereinkarnasi ke dalam raga seorang putra bangsawan yang tidak disukai banyak orang. Dari sini dia memulai perjalanan hidupnya yang keras untuk menghadapi semua rintangan dan tantangan.
Tidak ada orang, pendekar, tabib yang bisa mengatakan diri mereka jenius di hadapan Jiang Chen, oleh karena tidak ada yang lebih memahami isi serta misteri langit dibandingkan putra kaisar langit. Slogannya, “Jenius? Siapa yang mendampingiku akan kutinggikan, dan mereka yang menghalangiku akan menemukan tempat di neraka.”
Novel berseri sebanyak 24 buku ini cukup memikat saya. Dan ketika saya merencanakannya hanya untuk mengisi waktu luang, ternyata justru cukup asyik dibaca dalam beberapa bulan terakhir.
Tokoh utama memang ditampilkan ekstrem jenius dalam novel ini. Hampir setiap strateginya cukup matang, walau kadang keterbatasannya sangat kentara. Bagi seseorang yang hidup hampir satu juta tahun di kahyangan dengan menghabiskan waktu belajar pelbagai gulungan mistik dan pengetahuan rahasia, menjadikan otaknya sebagai senjata pamungkas untuk melawan musuh-musuhnya yang jauh lebih hebat.
Penampilan tokoh utama sebagai ahli strategi jauh lebih memikat dibandingkan ketika ia ditampilkan sebagai ahli obat atau sebagai pendekar.
Jika bukan karena ‘plot armor’ yang terlalu kental, saya mungkin akan mengacungi sepuluh jempol untuk karya sastra ini. Sebagaimana kebanyakan xanxia yang terlalu panjang, kadang ada unsur-unsur pengulangan yang bisa menjemukan dalam novel ini. Apalagi novel terakhir sepertinya hanya sekadar sebagai pemanis saja, sedemikian hingga berakhir dengan sempurna ekstra bahagia.
Adanya unsur tragedi dalam novel ini tidak terlalu menyentuh, sehingga tidak terasa seperti ada tragedi yang ditampilkan. Unsur romantis dan percintaan cukup kental di pertengahan novel, namun kemudian hambar pada bagian-bagian selanjutnya, bagaikan tebu yang dikunyah terlalu lama. Sedangkan komedi, kadang ada kadang hilang, tidak berlebihan tidak juga kurang.
Novel SOTR merupakan fantasi klasik dalam bungkus modern, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Versi terjemahan bebas juga cukup baik, hanya saja belum sampai pada akhir cerita.
Jika Anda tidak memiliki pilihan xanxia atau wuxia lain, mungkin novel ini bisa menjadi pertimbangan.
Tinggalkan Balasan