Di balik pro kontra Gal Gadot di media sosial, akhirnya saya bisa menonton langsung Wonder Woman di layar lebar. Film ini menghadirkan kisah awal Diana sejak dia besar di Themyscira, dan akhirnya meninggalkan pulau tersembunyi tersebut karena ingin menyelamatkan dunia.
Ini adalah klise klasik, di mana hampir setiap tokoh ‘superhero‘ berawal dari keinginannya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Themyscira dan peradabannya dibuat sederhana, sehingga tidak terlalu menonjol dalam cerita, tampil seakan-akan hanya diperlukan. Namun adegan perang di pantai antara senjata kuno dan modern sungguh memukau.
Bagian selanjutnya perjalanan menuju dan tiba di London dipenuhi unsur humor ringan, seperti cerita yang agak mengambang namun menyenangkan.
Pada bagian menuju ke garis perang depan, ada banyak aksi laga yang ditampilkan memukau. Dan perang di bagian akhir merupakan suguhan CGI yang mewah.
This movie is simple yet live. Menampilkan antara Diana ketika dia masih kanak-kanak, remaja dan dewasa muda, dengan sifat yang masih kekanak-kanakan hingga tumbuh dewasa merupakan sajian psikologis yang mengesankan. Atau ketika menghadirkan suasana desa pasca perang, semuanya sesederhana mungkin, tapi membuat cerita menjadi hidup.
Tentu saja faktor tersebut tidak lepas dari kemampuan akting baik Gal Gadot maupun Chris Pine. Menggelitik, menyenangkan, mengharukan dan menggugah.
Saya percaya, semua penyuka DC akan sepakat bahwa film Wonder Woman adalah karya yang amat memuaskan.
Tinggalkan Balasan