Akhir pekan yang lalu, saya dan istri menyempatkan sedikit waktu untuk menyaksikan pertunjukan sendratari Ramayana di Panggung Terbuka Trimurti Prambanan. Sudah lama sebenarnya kami ingin menyaksikan pertunjukan ini, namun baru kali ini bisa terwujud.
Area Candi Prambanan dari tempat kami tinggal kami, sekitar 30 – 45 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sebelumnya kami sudah memesan tiket daring dari salah satu penyedia jasa wisata lokal, sehingga di sana kami hanya tinggal mengganti dengan tiket sebelum masuk ke area penonton.
Pertunjukan dimulai sekitar pukul 19.30 dengan pengantar dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Kami bisa membawa kudapan sendiri, walau dengan tiket kelas khusus yang kami beli, ada kupon untuk mendapatkan minuman.
Yang kami saksikan adalah pertunjukan seri penuh, dimulai dari sayembara oleh Raja Janaka demi mendapatkan pendamping bagi putrinya Dewi Sita. Cerita yang ditampilkan melompat-lompat, hanya sebagai cuplikan dari masing-masing tujuh kitab, sehingga saya bisa menemukan sedikit penampilan dari bagian Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda, Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda, dan sebagian kecil dari Uttarakanda.
Sehingga bagi yang tidak pernah membaca Ramayana sebelumnya, mereka akan kehilangan cerita utuh. Tapi toh intinya bukan tentang cerita, sehingga lebih tepat dikatakan pertunjukan ini sebagai Ramayana Ballet, bukan sendratari, karena aspek dramanya termasuk minim.
Suguhan tarian dari para seniman menunjukkan betapa indah & kayanya bentuk tarian tradisional kita. Ditambah dengan sedikit bumbu humor yang membuat banyak penonton tertawa riuh. Dengan tarian, kisah disampaikan seperti bingkai seni yang merangkul seluruh bahasa – baik wisatawan domestik maupun asing akan paham maksud dari pertunjukan.
Namun jika seseorang ingin tahu lebih dalam tentang kisah Ramayana, bisa membaca novel Ramayana yang bisa didapatkan dari toko-toko buku terdekat. Atau salah satu kesukaan saya adalah versi kisah Hanuman dalam novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Romo Sindu (DR. Gabriel Possenti Sindhunata, SJ.)
Pertunjukan terdiri dari dua babak, dan ada jeda istirahat sekitar sepuluh menit di antara kedua babak tersebut. Pertunjukan kemudian berakhir sekitar pukul 22.00.
Untuk mendapatkan tiket, Anda bisa datang langsung ke tempat, di mana ticket box dibuka mulai pukul 17.00 dan gerbang dibuka pukul 18.00. Anda juga memesan melalui pihak Borobudur Park via email: teater@borobudurpark.co.id atau WhatsApp: +6285803525354. Sertakan data pemesan (atas nama), kelas yang dipilih dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Saya sendiri memesan tiket melalui RoziTour karena tersedia pembayaran melalui transfer bank ke sejumlah rekening bank bersama. Ada juga situs lain seperti liburanjogja.co.id – tapi sayangnya hanya menyediakan pembayaran melalui rekening BCA.
Bagi yang memiliki kendaraan pribadi atau sudah dalam rombongan wisata, lokasi tidak sulit diakses. Menggunakan Google Maps sudah bisa menunjukkan tempatnya, layanan Gojek dan Grab juga dapat digunakan. Untuk kembali pulang, pihak teater menyediakan pemanggilan jasa transportasi yang bisa dipesan sebelum pertunjukan dimulai.
Untuk pemandangan terbaik, kelas VIP dan Khusus direkomendasikan. Tentunya juga bagi yang ingin mendapatkan gambar terbaik jika ingin memotret. Sayangnya, untuk kamera ponsel atau saku biasa, pengambilan gambar di malam hari bisa jadi tidak memuaskan (seperti yang saya alami). Disarankan juga memesan tiket, jauh-jauh hari sebelumnya. Dan memastikan jika jadwal yang tersedia memang sesuai dengan jenis pertunjukan yang Anda inginkan, baik itu panggung terbuka maupun tertutup, cerita penuh maupun serial.
Jika Anda berkunjung Jogja atau Klaten, maka tidak ada salahnya untuk datang sejenak ke Prambanan menikmati karya seni tari nusantara yang satu ini.
Tinggalkan Balasan