Suka Duka Belajar Daring

Belajar/sekolah/kuliah daring (online learning/study) menjadi tren di tengah pandemi COVID-19. Termasuk bagi saya yang sedang mengambil program pascasarjana. Aktivitas kampus dikurangi, dan hanya diperuntukan bagi praktikum yang tidak bisa diadakan secara daring.

Sudah sejak awal kasus pertama di Yogyakarta, kampus memutuskan untuk melakukan belajar online. Selama belajar jarak jauh ini, ada beberapa suka dan duka yang saya rasakan.

Belajar jarak jauh berarti berkomunikasi dengan teman kuliah dan para pengajar juga dari jarak jauh. Kuliah kebanyakan menggunakan fasilitas telekonferensi, dan tugas-tugas diunggah secara daring juga.

Anotasi 2020-04-30 150351
Tampilan Layar saat Telekonferensi dengan WebEx.

Komputer saya jadi terpasang banyak aplikasi pendukung telekonferensi, misalnya saja Zoom, WebEx, hingga Microsoft Teams. Yang kesemuanya memerlukan ‘perawatan’ dan ‘peningkatan’ secara berkala demi menjamin kelancaran dan keamanan berkirim data.

Kegiatan telekonferensi sangat menguras paketan data seluler. Saya bahkan sudah memesan pemasangan internet kabel Indihome, tapi ya tahu sendirilah proses Telkom seperti apa. Biaya internet menjadi mebludak, karena kegiatan online juga bertambah.

Belum lagi, karena saya tinggal di puncak bukit yang krisis sinyal. Sering kali saya kehilangan banyak percakapan saat kuliah daring. “Apa yang dibilang dosen tadi?” Dan ada saat-saat tertentu, misalnya sore hingga malam, kecepatan internet anjlok, hingga tidak memungkinkan sama sekali untuk telekonferensi.

Jika tidak pandemi, mungkin saya bisa kabur ke warnet atau area dengan sinyal yang lebih baik, termasuk ke kantor. Namun karena situasi pandemi, dan mengingat posisi saya sebagai tenaga kesehatan, saya tidak bisa begitu saja meninggalkan rumah kecuali saat bertugas. Saya bahkan tidak bisa memastikan apakah saya sehat atau orang tak bergejala.

Hal lain yang menarik adalah, saya harus membeli sejumlah lisensi perangkat lunak untuk mengerjakan tugas kampus. Kalau dulu mungkin bisa pergi ke ahli pemrograman atau ahli grafis untuk beberapa tugas, tapi sekarang di rumah saja. Kalau bisa semuanya tugas dikerjakan secara mandiri. Sayangnya, lisensi perangkat lunak ini tidak murah. Tapi saya mencari yang paling hemat, demi legalitas dalam bekerja.

Kuliah jarak jauh tidak selalu lebih fleksibel, karena waktu kuliah bisa datang tiba-tiba, dan ternyata bagi saya yang bekerja, tidak bisa menghadirinya.

Kabar baiknya, banyak kuliah yang bisa direkam, dan didengarkan kembali di lain waktu. Bisa berdiskusi lebih panjang sedikit, karena tidak terlalu dibatasi oleh jam kerja kampus. Tapi semua itu tergantung keburuntungan.

Kuliah jarak jauh bisa jauh lebih santai dibandingkan ruang kuliah, kadang bisa ketiduran sebentar di sela-sela kerja yang padat. Kadang bisa pindah lokasi dengan bebas. Dan mungkin dengan mematikan video dan suara keluar, bisa ke tempat yang privasi untuk sesaat tanpa ketinggalan isi kuliah.

 

Diterbitkan oleh Cahya

A writer, a tea & poet lover, a xanxia addict, an accidental photographer, - a medical doctor.

Satu pendapat untuk “Suka Duka Belajar Daring

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: