Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Tantangan Kuliah Kedokteran

Halo, teman-teman! Selamat datang di blog saya yang berisi cerita-cerita seru tentang pengalaman saya sebagai mahasiswa kedokteran. Kali ini, saya akan berbagi tentang apa saja tantangan kuliah kedokteran yang pernah saya hadapi atau mungkin akan saya hadapi di masa depan. Siapa tahu, kalian bisa mendapatkan inspirasi atau motivasi dari tulisan saya ini.

Photo by Zakir Rushanly on Pexels.com

Tantangan pertama yang pasti dialami oleh semua mahasiswa kedokteran adalah masuk ke fakultas kedokteran itu sendiri. Ya, kita semua tahu bahwa persaingan untuk masuk ke fakultas kedokteran sangat ketat dan membutuhkan usaha yang keras dan konsisten.

Kita harus belajar banyak materi, mengikuti tes-tes seleksi, menghadapi wawancara, dan mungkin juga tes kesehatan dan psikologi. Tidak jarang kita merasa stres, lelah, dan putus asa selama proses pendaftaran ini. Tapi, kita tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha untuk mewujudkan mimpi kita menjadi dokter.

Saya ingat di awal tahun dua ribuan, saya menempuh perjalanan hampir lima puluh kilometer untuk les dan persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Pagi berangkat sekolah, malam baru sampai rumah dari les. Sering kali akhir pekan tidak di rumah. Punya waktu bertemu dengan teman-teman lain di lapangan bola adalah kemewahan pada masa itu.

Saya bukan pelajar yang pintar, saya tahu itu. Sehingga pada waktu itu, saya tidak menyadari mengalami apa yang dikenal sebagai burnout. Dampaknya hampir tidak terbayangkan, dan saya termasuk beruntung yang bisa “selamat” dari bencana itu.

Tantangan kedua yang muncul setelah kita berhasil masuk ke fakultas kedokteran adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kita harus beradaptasi dengan teman-teman baru, dosen-dosen baru, kurikulum baru, dan fasilitas-fasilitas baru. Kita juga harus mengatur waktu dengan baik untuk menyeimbangkan antara belajar, berorganisasi, bersosialisasi, dan beristirahat.

Kita harus bisa mengikuti perkuliahan yang padat dan sulit, menghafal banyak istilah medis, melakukan praktikum di laboratorium atau rumah sakit, dan menyelesaikan tugas-tugas yang banyak dan berat. Kita juga harus siap menghadapi ujian-ujian yang sering kali membuat kita deg-degan dan gelisah.

Tantangan ketiga yang akan kita hadapi di akhir masa kuliah kedokteran adalah menjalani koas atau internship. Ini adalah tahap dimana kita akan benar-benar merasakan menjadi dokter di lapangan. Kita akan ditugaskan di berbagai departemen atau spesialisasi di rumah sakit atau puskesmas selama beberapa bulan.

Kita akan bertemu dengan pasien-pasien yang beragam kondisi dan latar belakangnya. Kita akan belajar banyak hal dari dokter-dokter senior yang menjadi pembimbing kita. Kita juga akan mengalami banyak hal yang menantang, menyenangkan, menyedihkan, atau bahkan menakutkan.

Nasihat yang bisa saya berikan pada mereka yang sedang menjalani masa koas atau internship adalah dua, jangan pamer dan jangan menyerah. Yang pertama maksudnya adalah jangan unggah untuk publik di media sosial kegiatan belajar sebagai dokter muda tanpa persetujuan pembimbing, ini berpotensi memberikan banyak masalah dibandingkan manfaat. Yang kedua, kadang masa dokter muda jauh ekstrem dibandingkan masa kuliah di gedung, bisa ekstrem mudah atau ekstrem mengenaskan, tinggal pilih saja; dan jika kebetulan mengenaskan, jangan menyerah, lanjutkan hingga babak belur. As long as you breath, you can pass it.

Tantangan terakhir adalah realita. Menjadi dokter tidak seindah yang dibayangkan, setidaknya oleh generasi saya. Senior saya tidak sedikit yang mengingatkan, menjadi dokter kamu akan cukup dapat uang untuk hidup, tidak lebih. Ya, tidak lebih. Jika mau lebih, ya bisa memilih menjadi dokter ahli, bisa dapat lebih sedikit, atau berniaga bisa dapat lebih banyak. Tapi kita tidak bisa mencampurkan menjadi dokter dan berniaga.

Bagaimana dengan biaya?

Biaya kuliah kedokteran memang tidak murah, apalagi jika kita harus mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan lain seperti buku, alat praktikum, jas putih yang khas itu, dan sebagainya. Belum lagi biaya hidup di kota besar yang bisa membuat dompet kita menjerit.😅

Tapi jangan khawatir, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mengatasi tantangan biaya kuliah kedokteran ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Cari beasiswa. Ini adalah cara paling efektif untuk mengurangi beban biaya kuliah. Ada banyak jenis beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah, universitas, organisasi, atau perusahaan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya dan persiapkan diri untuk mengikuti seleksinya. Jangan lupa untuk menjaga prestasi akademik dan non-akademik agar peluang kita lebih besar.
  • Kerja sampingan. Jika kita punya waktu luang dan kemampuan tertentu, kita bisa mencari kerja sampingan yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Misalnya menjadi tutor, penulis, desainer, atau apapun yang bisa kita lakukan secara online atau offline. Selain mendapatkan penghasilan tambahan, kita juga bisa mengasah keterampilan dan menambah pengalaman.
  • Hemat pengeluaran. Ini adalah hal yang paling penting dan paling sulit dilakukan oleh mahasiswa kedokteran.😂 Kita harus bisa mengatur keuangan kita dengan baik dan bijak. Prioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Kurangi makan di luar, belanja online, atau nongkrong di kafe. Manfaatkan fasilitas kampus seperti perpustakaan, laboratorium, atau wifi gratis. Jika perlu, buatlah anggaran bulanan dan catat setiap pengeluaran kita agar lebih terkontrol.

Nah, itu dia beberapa tantangan kuliah kedokteran yang pernah saya alami. Tentu saja, tantangan-tantangan ini tidak hanya ada di fakultas kedokteran saja, tapi juga di fakultas-fakultas lainnya. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapi tantangan-tantangan ini dengan sikap positif dan semangat tinggi. Kita harus percaya bahwa tantangan-tantangan ini adalah proses pembelajaran yang akan membuat kita menjadi lebih baik dan lebih siap menjadi dokter yang profesional dan bermanfaat bagi masyarakat.

Terima kasih sudah membaca blog saya kali ini. Semoga bermanfaat dan menghibur kalian semua. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Iklan


4 tanggapan untuk “Tantangan Kuliah Kedokteran”

  1. Diatas Rp. 200.000.000,- masuk ke dokter spesialis. Buka gelar dr. sp.

    Suka

  2. Kayaknya secara umum yg tantangannya sama dengan kuliah jurusan lain. Hanya beda yang dipelajari, beda medan tempurnya.

    Suka

    1. Yup, sama bersiap beda ekspektasi. 😁

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: