Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Film Sakra (2023)

Apakah kalian sudah menonton film Sakra yang dibintangi oleh Donnie Yen? Jika belum, kalian harus segera menyaksikan film aksi yang satu ini. Film Sakra adalah film wuxia (pahlawan bela diri) yang diadaptasi dari novel Demi-Gods and Semi-Devils karya Jin Yong. Film ini disutradarai oleh Donnie Yen sendiri, yang juga berperan sebagai Qiao Feng, pemimpin geng Pengemis yang dituduh sebagai pembunuh dan pengkhianat. Film ini rilis di bioskop Indonesia pada 18 Januari 2023, menjelang libur Imlek.

Film Sakra berkisah tentang Qiao Feng (Donnie Yen), pemimpin geng Pengemis yang dihormati dan disegani di dunia persilatan. Suatu hari, ia dituduh telah membunuh wakil ketua gengnya sendiri dan menjadi mata-mata dari bangsa Khitan. Qiao Feng tidak terima dengan tuduhan tersebut dan berusaha mencari tahu siapa dalang di balik fitnah itu. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan A Zhu (Chen Yuqi), seorang gadis cantik yang menyimpan rahasia besar tentang asal-usul Qiao Feng. Qiao Feng juga harus menghadapi berbagai musuh dan tantangan yang mengancam nyawanya.

Film Sakra memiliki alur cerita yang padat dan cepat. Dalam waktu 132 menit, film ini mencoba memasukkan banyak elemen dari novel aslinya, seperti karakter, konflik, dan latar belakang. Hal ini membuat film ini terasa terburu-buru dan kurang mendalam. Beberapa adegan terasa dipotong atau dilewatkan tanpa penjelasan yang memadai. Misalnya, bagaimana Qiao Feng bisa bertemu dengan A Zhu di sebuah desa? Bagaimana hubungan Qiao Feng dan A Zhu berkembang dari sekadar teman menjadi kekasih? Bagaimana Qiao Feng bisa mengetahui bahwa ia adalah putra dari raja Khitan? Semua pertanyaan ini memiliki jawaban yang tidak dijawab dengan baik di film ini.

Selain itu, film ini juga memiliki beberapa plot hole dan inkonsistensi yang mengganggu logika cerita. Misalnya, bagaimana Qiao Feng bisa lolos dari pengejaran para pendekar setelah ia dituduh sebagai pembunuh? Bagaimana Qiao Feng bisa bertarung dengan begitu hebat tanpa mengalami luka atau lelah? Bagaimana Qiao Feng bisa mengalahkan musuh-musuhnya yang lebih kuat dan berpengalaman darinya? Semua hal ini tidak dijelaskan dengan alasan yang masuk akal di film ini. Tapi bukankah hampir seluruh karya Jin Yong seperti itu?

Jika alur cerita film Sakra kurang memuaskan, maka aksi film ini adalah hal yang bisa menyelamatkannya. Sebagai film wuxia yang dibintangi oleh Donnie Yen, sudah pasti film ini menampilkan banyak adegan pertarungan yang seru dan spektakuler. Donnie Yen memamerkan kemampuan bela dirinya yang luar biasa dalam berbagai gaya kung fu. Ia juga menggunakan berbagai senjata tradisional Tiongkok, seperti pedang, tongkat, sumpit, dan bahkan rantai. Adegan-adegan aksinya sangat dinamis dan intens, dengan koreografi yang apik dan efek visual yang memukau.

Sakra bukan film pertama yang mengadaptasi novel Demi-Gods and Semi-Devils. Tahun 1994 juga ada film The Dragon Chronicles – The Maidens of Heavenly Mountains, yang melihat judulnya, dibintangi oleh sejumlah aktris legendaris seperti Bridgette Lin, Gong Li, dan Sharla Cheung. Film tersebut lebih menekankan pada kisah salah Xuzhu, salah satu dari tiga protagonis. Sementara menekankan kisah Qiao Feng.

Mungkin jika dibuat film, karya Jin Yong yang terkenal panjang hanya bisa ditampilkan sepotong-potong. Misalnya film Royal Tramp I dan II yang merupakan adaptasi novel The Deer and The Cauldron (Pangeran Menjangan), atau Kung Fu Cult Master yang merupakan separuh adaptasi dari The Heaven Sword and Dragon Saber (Golok Pembunuh Naga). Setidaknya ada beberapa serial wuxia yang bisa menambal sisi yang membingungkan dari film-film tersebut.

Jika kalian penggemar wuxia terutama karya klasik oleh Jin Yong, Sakra akan menambah cita rasa wuxia menjadi lebih kental dan gurih, tentunya dengan banyak tragedi di dalamnya. Saya tidak membaca semua karya Jin Yong, tapi saya rasa di antara semua ya saya temui, tidak lepas dari tragedi (kecuali The Deer and the Cauldrons), dan Demi-Gods and Semi-Devils mungkin yang paling penuh tragedi. Jika kalian bukan penggemar wuxia atau kenal dengan karya Jin Yong, kalian mungkin masih bisa menikmati film ini, tapi bisa terjebak dalam sindrom “who am I, where am I, what do I do?

Saya mungkin masih menunggu adaptasi The Smiling, Proud Wanderer di layar lebar yang terakhir ada tiga dekade yang lalu. It is one of my favorite’s.

Iklan


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: