A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Angina Pektoris Stabil: Panduan Praktik Klinis untuk Dokter Indonesia

Angina pektoris stabil (APS) adalah salah satu bentuk penyakit jantung koroner (PJK) yang ditandai oleh nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang dipicu oleh aktivitas fisik atau stres emosional dan berkurang dengan istirahat atau nitrat. APS merupakan kondisi yang sering dijumpai di praktik klinis dan berisiko berkembang menjadi sindrom koroner akut (SKA), yang dapat menyebabkan kematian mendadak atau infark miokard.

Angina, source: www.fatiguetalk.com

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan penanganan APS di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerbitkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Angina Pektoris Stabil pada tahun 2023. PNPK ini disusun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dengan mengacu pada panduan internasional dan nasional, serta hasil penelitian terkini yang relevan dengan kondisi di Indonesia.

PNPK ini ditujukan untuk semua tenaga medis yang terlibat dalam proses penanganan APS, mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan primer sampai tersier, serta pembuat kebijakan di lingkungan rumah sakit, institusi pendidikan, dan kelompok profesi terkait. PNPK ini berisi tentang definisi, klasifikasi, diagnosis, stratifikasi risiko, tata laksana medikamentosa, revaskularisasi, dan pencegahan sekunder APS.

Beberapa poin penting yang terdapat dalam PNPK ini antara lain:

  • Diagnosis APS didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dasar jantung, dan pemeriksaan non-invasif atau invasif untuk menilai iskemia dan anatomi arteri koroner.
  • Stratifikasi risiko APS dilakukan dengan menggunakan pre-test probability (PTP), coronary artery calcium score (CACS), coronary computed tomography angiography (CCTA), dan uji beban dengan modalitas elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi (echo), single photon emission computed tomography (SPECT), atau cardiac magnetic resonance (CMR).
  • Tata laksana medikamentosa APS meliputi penggunaan antiplatelet, statin, beta blocker, calcium channel blocker, nitrat, inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE), inhibitor angiotensin receptor (ARB), atau ranolazine, sesuai dengan indikasi dan toleransi pasien.
  • Revaskularisasi APS dapat dilakukan dengan metode percutaneous coronary intervention (PCI) atau coronary artery bypass grafting (CABG), berdasarkan hasil evaluasi anatomik dan fungsional, serta preferensi pasien.
  • Pencegahan sekunder APS melibatkan modifikasi gaya hidup, seperti berhenti merokok, mengontrol tekanan darah, gula darah, dan kolesterol, menjaga berat badan ideal, dan berolahraga secara teratur.

PNPK ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional (SPO) di setiap fasilitas pelayanan kesehatan, serta membantu dokter dan perawat dalam mengambil keputusan klinis yang bermutu, bermanfaat, dan aman bagi pasien APS. PNPK ini juga dapat dijadikan bahan pembelajaran dan penelitian bagi tenaga kesehatan dan akademisi di bidang kardiovaskular. PNPK ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan di masa depan.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar