Pendahuluan
Keselamatan pasien merupakan prinsip fundamental dalam pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai tantangan kesehatan masyarakat global yang semakin besar 1. Setiap tahun, sejumlah besar pasien mengalami cedera atau bahkan meninggal akibat pelayanan kesehatan yang tidak aman dan berkualitas buruk, dan sebagian besar kejadian ini dapat dicegah 1. Oleh karena itu, membangun dan mengembangkan budaya keselamatan pasien yang kuat di fasilitas layanan kesehatan, baik rumah sakit maupun klinik, menjadi prioritas utama. Budaya keselamatan pasien adalah hasil dari keyakinan, nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen organisasi terhadap kualitas dan keselamatan pasien 3. Pedoman ini bertujuan untuk menyajikan langkah-langkah sistematis berdasarkan pedoman nasional dan internasional, buku teks terkait, serta jurnal-jurnal terbaru mengenai keselamatan pasien dan manajemen layanan kesehatan.
Kerangka Regulasi dan Standar Keselamatan Pasien
Di Indonesia, keselamatan pasien di fasilitas layanan kesehatan diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien menjadi landasan utama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan manajemen risiko 4. Peraturan-peraturan ini mencakup organisasi, standar keselamatan pasien, sasaran keselamatan pasien, penyelenggaraan keselamatan pasien, pelaporan insiden, analisis dan solusi, serta pembinaan dan pengawasan 4. Standar keselamatan pasien wajib diterapkan dan penilaiannya dilakukan melalui instrumen akreditasi rumah sakit 4. Standar ini meliputi hak pasien, mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan, penggunaan metode peningkatan kinerja, peran kepemimpinan, mendidik staf, dan komunikasi 4.
Secara internasional, Joint Commission International (JCI) telah mengembangkan International Patient Safety Goals (IPSGs) sejak tahun 2006 untuk membantu organisasi terakreditasi mengatasi masalah spesifik di area keselamatan pasien yang paling bermasalah 9. IPSGs ini mencakup identifikasi pasien yang benar, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat-obatan, memastikan operasi yang tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, serta pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan risiko pasien jatuh 8. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga aktif dalam mempromosikan keselamatan pasien melalui berbagai inisiatif global, termasuk Global Patient Safety Action Plan 2021-2030 dan kampanye seperti “Medication Without Harm” 1.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadopsi “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit” sebagai panduan praktis bagi fasilitas layanan kesehatan 4. Langkah-langkah ini, yang juga sejalan dengan prinsip-prinsip internasional, adalah sebagai berikut:
- Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien: Langkah ini menekankan pentingnya menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka serta adil terkait keselamatan pasien. Fasilitas harus memiliki kebijakan yang jelas bagi staf setelah terjadi insiden, mendorong budaya pelaporan dan pembelajaran dari insiden, serta melakukan penilaian keselamatan secara berkala 13.
- Memimpin dan mendukung staf: Komitmen dan fokus yang jelas pada keselamatan pasien harus dibangun di seluruh organisasi. Ini termasuk menunjuk anggota dewan direksi atau pimpinan yang bertanggung jawab atas keselamatan pasien, mengidentifikasi individu di berbagai unit untuk menjadi penggerak keselamatan pasien, memprioritaskan keselamatan pasien dalam rapat, dan memasukkannya ke dalam program pelatihan staf 13.
- Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko: Pengembangan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta identifikasi dan penilaian potensi masalah, merupakan hal krusial. Fasilitas perlu meninjau struktur pengelolaan risiko yang ada, mengembangkan indikator kinerja untuk pengelolaan risiko, dan menggunakan informasi dari laporan insiden dan penilaian risiko untuk meningkatkan pelayanan pasien secara proaktif 13.
- Mengembangkan sistem pelaporan: Memudahkan staf untuk melaporkan insiden dan memastikan fasilitas melaporkan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) sangat penting. Pelaporan aktif semua insiden, termasuk kejadian nyaris cedera, harus didorong karena mengandung peluang pembelajaran yang berharga 7. Tujuan pelaporan insiden adalah untuk menurunkan insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu pelayanan, mengidentifikasi penyebab insiden, dan mendapatkan pembelajaran untuk perbaikan asuhan pasien 7.
- Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien: Pengembangan komunikasi yang terbuka dengan pasien sangat ditekankan. Fasilitas harus memiliki kebijakan untuk komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien dan keluarga, memberikan informasi yang akurat saat insiden terjadi, dan mendukung staf untuk terbuka dengan pasien dan keluarga 13.
- Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: Staf didorong untuk melakukan analisis akar masalah (Root Cause Analysis/RCA) untuk memahami penyebab insiden. Pelatihan staf yang relevan untuk meninjau insiden dan mengembangkan kebijakan untuk melakukan RCA dan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses berisiko tinggi sangat penting 13.
- Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien: Informasi yang tersedia tentang insiden dan masalah harus digunakan untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Ini termasuk menggunakan informasi dari sistem pelaporan, penilaian risiko, tinjauan insiden, dan audit untuk menentukan solusi lokal, yang mungkin melibatkan revisi sistem, penyesuaian pelatihan staf, atau penggunaan instrumen yang memastikan keselamatan pasien 13.
Implementasi tujuh langkah ini bersifat komprehensif dan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan prioritas dan kemampuan fasilitas 13.
Sasaran Keselamatan Pasien
Selain tujuh langkah, sasaran keselamatan pasien yang spesifik juga perlu diterapkan untuk mendorong peningkatan keselamatan pasien secara terukur 4. Sasaran-sasaran ini umumnya mencakup enam area utama:
- Ketepatan identifikasi pasien: Pasien harus diidentifikasi dengan benar menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medis) sebelum pemberian obat, darah, pengambilan spesimen, atau tindakan medis lainnya 8.
- Peningkatan komunikasi yang efektif: Komunikasi yang jelas, akurat, lengkap, dan tepat waktu antar tenaga kesehatan, serta dengan pasien dan keluarga, sangat penting untuk mencegah kesalahan. Ini termasuk konsultasi, pelaporan nilai kritis, dan serah terima pasien 8.
- Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert): Obat-obatan dengan risiko tinggi menyebabkan bahaya signifikan jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Protokol khusus perlu diterapkan untuk penyimpanan, peresepan, dan pemberian obat-obatan ini, termasuk verifikasi ganda 8.
- Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi: Kesalahan dalam prosedur bedah dapat dicegah dengan memastikan lokasi operasi, prosedur yang akan dilakukan, dan identitas pasien benar sebelum tindakan dimulai. Ini melibatkan proses verifikasi pra-operasi (sign in), time out sebelum insisi, dan sign out setelah operasi 8.
- Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan: Infeksi nosokomial merupakan masalah serius. Langkah-langkah pencegahan seperti kebersihan tangan yang benar, penggunaan alat pelindung diri, dan pengelolaan lingkungan yang aman harus diterapkan secara konsisten 8.
- Pengurangan risiko pasien jatuh: Pasien yang berisiko jatuh perlu diidentifikasi dan tindakan pencegahan yang sesuai harus diterapkan, seperti penilaian risiko jatuh, pemasangan tanda peringatan, dan bantuan saat mobilisasi 8.
Membangun Budaya Keselamatan Pasien yang Positif
Membangun budaya keselamatan pasien yang kuat memerlukan pendekatan multidimensi yang melibatkan seluruh staf fasilitas layanan kesehatan 3. Beberapa komponen kunci meliputi:
- Komitmen Kepemimpinan: Pimpinan fasilitas harus menunjukkan komitmen yang kuat terhadap keselamatan pasien melalui tindakan nyata, alokasi sumber daya yang memadai, dan partisipasi aktif dalam inisiatif keselamatan 3. Kepemimpinan harus menciptakan visi yang jelas, menginspirasi tindakan, dan membangun lingkungan di mana keselamatan menjadi bagian integral dari misi organisasi 3.
- Komunikasi Terbuka: Mendorong staf untuk menyampaikan kekhawatiran dan melaporkan insiden tanpa rasa takut akan hukuman sangat penting 3. Komunikasi yang transparan dan efektif antar tim, antar unit, dan dengan pasien serta keluarga harus dipastikan 15. Pertemuan keselamatan rutin, saluran umpan balik, dan debriefing dapat mempromosikan dialog dan pembelajaran 3.
- Pembelajaran dan Peningkatan Berkelanjutan: Budaya keselamatan adalah budaya pembelajaran. Fasilitas harus secara teratur mengevaluasi kinerja keselamatan menggunakan data dan umpan balik, mengidentifikasi area untuk perbaikan, dan menerapkan strategi berbasis bukti untuk meningkatkan keselamatan pasien 3. Pelatihan keselamatan yang berkelanjutan dan peluang pembelajaran antar staf juga penting 15.
- Kerja Tim dan Kolaborasi: Kerja tim yang efektif dan kolaborasi antar departemen sangat penting untuk menjaga lingkungan yang aman 3. Tim kesehatan harus bekerja secara kohesif, memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan yang beragam untuk mengatasi tantangan keselamatan. Program pelatihan dan kegiatan membangun tim dapat memperkuat hubungan interprofesional dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bersama 3.
- Keterlibatan Pasien: Melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan adalah cara yang ampuh untuk meningkatkan keselamatan 3. Pasien yang terinformasi dan terlibat lebih mungkin untuk memperhatikan dan melaporkan ketidaksesuaian dalam perawatan mereka. Memberikan edukasi, mendorong pertanyaan, dan memasukkan umpan balik pasien ke dalam rencana perawatan adalah praktik penting 3.
- Respon Non-Punitif terhadap Kesalahan: Menerapkan pendekatan yang adil dan tidak menyalahkan ketika terjadi kesalahan sangat penting untuk mendorong pelaporan insiden 3. Fokus harus pada pembelajaran dari kesalahan dan perbaikan sistem, bukan pada penghukuman individu kecuali dalam kasus kelalaian yang berat atau berulang 15.
Implementasi dan Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien
Implementasi budaya keselamatan pasien memerlukan perencanaan yang matang dan keterlibatan seluruh staf. Beberapa langkah praktis yang dapat diambil meliputi:
- Penilaian Budaya Keselamatan: Langkah awal adalah mengukur budaya keselamatan yang ada di fasilitas menggunakan alat asesmen yang valid dan reliabel. Beberapa alat yang umum digunakan termasuk Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) dari Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) dan Safety Attitudes Questionnaire (SAQ) 19. Hasil asesmen akan membantu mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan 21.
- Pembentukan Tim Keselamatan Pasien: Pembentukan tim multidisiplin yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengimplementasikan program keselamatan pasien sangat penting 4. Tim ini bertugas menyusun program dan pedoman keselamatan pasien, melakukan sosialisasi, membantu implementasi tujuh langkah keselamatan pasien, menerima dan menginvestigasi laporan insiden, serta melakukan analisis akar masalah 6.
- Pengembangan Program dan Kebijakan: Berdasarkan hasil asesmen dan pedoman yang ada, fasilitas perlu mengembangkan program dan kebijakan keselamatan pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal 6. Kebijakan ini harus mencakup prosedur standar untuk berbagai aspek pelayanan, termasuk identifikasi pasien, komunikasi, penggunaan obat, tindakan bedah, pencegahan infeksi, dan pencegahan jatuh.
- Pelatihan dan Edukasi Staf: Program pelatihan dan edukasi yang komprehensif tentang keselamatan pasien harus diberikan kepada seluruh staf, termasuk staf klinis dan non-klinis 4. Pelatihan harus mencakup prinsip-prinsip keselamatan pasien, prosedur pelaporan insiden, teknik komunikasi efektif, kerja tim, dan penggunaan alat keselamatan.
- Implementasi Sistem Pelaporan Insiden: Sistem pelaporan insiden yang mudah diakses dan non-punitif harus diterapkan untuk mendorong staf melaporkan semua kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan kondisi berbahaya 6. Laporan insiden harus dianalisis untuk mengidentifikasi akar masalah dan mengembangkan solusi perbaikan 5.
- Monitoring dan Evaluasi: Pelaksanaan program keselamatan pasien harus dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitasnya dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut 6. Indikator kinerja keselamatan pasien (IKKP) perlu ditetapkan dan dipantau secara rutin.
- Keterlibatan Pasien dan Keluarga: Mekanisme untuk melibatkan pasien dan keluarga dalam upaya peningkatan keselamatan pasien perlu dikembangkan. Ini dapat dilakukan melalui edukasi pasien, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan umpan balik dari pengalaman pasien 3.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Membangun dan mengembangkan budaya keselamatan pasien adalah perjalanan berkelanjutan yang membutuhkan komitmen dan partisipasi aktif dari seluruh elemen fasilitas layanan kesehatan. Dengan mengacu pada pedoman nasional dan internasional, serta memanfaatkan pembelajaran dari insiden dan praktik terbaik, fasilitas dapat menciptakan lingkungan pelayanan yang lebih aman dan berkualitas bagi pasien dan staf.
Beberapa rekomendasi untuk fasilitas layanan kesehatan meliputi:
- Memprioritaskan keselamatan pasien sebagai tujuan strategis utama organisasi.
- Membentuk dan memberdayakan tim keselamatan pasien dengan sumber daya yang memadai.
- Melakukan asesmen budaya keselamatan secara berkala dan menggunakan hasilnya untuk merencanakan perbaikan.
- Mengimplementasikan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien” secara sistematis.
- Memastikan pemenuhan “Sasaran Keselamatan Pasien” yang berlaku.
- Membangun sistem pelaporan insiden yang efektif dan non-punitif.
- Melakukan analisis akar masalah terhadap insiden dan menerapkan tindakan korektif serta preventif.
- Memberikan pelatihan dan edukasi berkelanjutan kepada seluruh staf tentang keselamatan pasien.
- Mendorong komunikasi terbuka dan kerja tim yang efektif antar profesional kesehatan.
- Melibatkan pasien dan keluarga sebagai mitra dalam upaya keselamatan pasien.
- Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap program keselamatan pasien dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Dengan implementasi pedoman ini secara komprehensif, diharapkan fasilitas layanan kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan mewujudkan lingkungan yang aman bagi setiap pasien.
Daftar Pustaka
1. Patient safety – World Health Organization (WHO), diakses Maret 17, 2025, https://www.who.int/health-topics/patient-safety
2. Patient safety – World Health Organization (WHO), diakses Maret 17, 2025, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/patient-safety
3. Five key components of a strong patient safety culture – DataGen’s Healthcare Blog, diakses Maret 17, 2025, https://news.datagen.info/2024/09/five-key-components-patient-safety-culture.html
4. jdih.kemkes.go.id, diakses Maret 17, 2025, https://jdih.kemkes.go.id/common/dokumen/PMK%20No.%201691%20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf
5. jdih.baliprov.go.id, diakses Maret 17, 2025, https://jdih.baliprov.go.id/uploads/produk-hukum/peraturan/2017/PERMENKES/permenkes-11-2017.pdf
6. Pedoman Keselamatan Pasien 2022 | PDF – Scribd, diakses Maret 17, 2025, https://id.scribd.com/document/592993160/PEDOMAN-KESELAMATAN-PASIEN-2022
7. rsutjokronegoro.purworejokab.go.id, diakses Maret 17, 2025, https://rsutjokronegoro.purworejokab.go.id/download/file/PEDOMAN-PELAPORAN-INSIDEN-KESELAMATAN-PASIEN-IKP-PATIENT-SAFETY-INCIDENT-REPORT-1.pdf
8. 7 Standar, 7 Langkah dan 6 Sasaran Keselamatan Pasien – RSIA SamMarie Basra, diakses Maret 17, 2025, https://www.sammariebasra-hospital.com/7-standar-7-langkah-6-sasaran.html
9. International Patient Safety Goals, diakses Maret 17, 2025, https://www.jointcommissioninternational.org/standards/international-patient-safety-goals/
10. International Patient Safety Goals – Wikipedia, diakses Maret 17, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/International_Patient_Safety_Goals
11. Inilah 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Yang Perlu Diketahui | RSUD dr.Iskak Tulungagung, diakses Maret 17, 2025, https://rsud.tulungagung.go.id/inilah-6-sasaran-keselamatan-pasien-di-rumah-sakit-yang-perlu-diketahui/
12. Patient safety – World Health Organization (WHO), diakses Maret 17, 2025, https://www.who.int/teams/integrated-health-services/patient-safety
13. rspmanguharjo.jatimprov.go.id, diakses Maret 17, 2025, https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/2.-kupdf.net_panduan-nasional-keselamatan-pasien-depkes-2008pdf.pdf
14. Patients for patient safety – World Health Organization (WHO), diakses Maret 17, 2025, https://www.who.int/initiatives/patients-for-patient-safety
15. Patient Safety Culture: A Guide to Improvement | ADN – American Data Network, diakses Maret 17, 2025, https://www.americandatanetwork.com/patient-safety/patient-safety-culture-a-comprehensive-guide-to-implementation-and-improvement/
16. How to Promote a Culture of Safety in Healthcare & Nursing: 4 Tips, diakses Maret 17, 2025, https://peacefulleadersacademy.com/blog/how-to-promote-a-culture-of-safety-healthcare-nursing/
17. Creating a Culture of Safety in Nursing | ANA – American Nurses Association, diakses Maret 17, 2025, https://www.nursingworld.org/content-hub/resources/nursing-leadership/safety-in-nursing/
18. Ensuring Patient and Workforce Safety Culture in Healthcare – AHRQ PSNet, diakses Maret 17, 2025, https://psnet.ahrq.gov/perspective/ensuring-patient-and-workforce-safety-culture-healthcare
19. Measures of patient safety culture, diakses Maret 17, 2025, https://www.safetyandquality.gov.au/our-work/indicators-measurement-and-reporting/patient-safety-culture/measures-patient-safety-culture
20. The AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture: A Tool to Plan and Evaluate Patient Safety Programs – NCBI, diakses Maret 17, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK43699/
21. Surveys on Patient Safety Culture (SOPS) | Agency for Healthcare Research and Quality, diakses Maret 17, 2025, https://www.ahrq.gov/sops/index.html
22. Culture Check-Up Tool | Agency for Healthcare Research and Quality, diakses Maret 17, 2025, https://www.ahrq.gov/hai/cusp/toolkit/culture-checkup.html
23. Textbook of Patient Safety and Clinical Risk Management by Liam Donaldson, Paperback, diakses Maret 17, 2025, https://www.barnesandnoble.com/w/textbook-of-patient-safety-and-clinical-risk-management-liam-donaldson/1137498907
24. Patient Safety Culture – Healthcare Excellence Canada, diakses Maret 17, 2025, https://www.healthcareexcellence.ca/en/resources/patient-safety-and-incident-management-toolkit/patient-safety-management/patient-safety-culture/

Tinggalkan komentar