A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Manajemen risiko merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di fasilitas layanan kesehatan. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) telah terbukti sebagai metode proaktif yang efektif untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Panduan ini disusun untuk membantu fasilitas layanan kesehatan dalam menerapkan FMEA dengan pendekatan 5W1H (What, Who, When, Where, Why, How) yang sistematis. Penerapan FMEA secara terstruktur dapat meminimalisir risiko, meningkatkan kualitas pelayanan, dan memastikan kepatuhan terhadap standar kesehatan yang berlaku.

Pengertian dan Tujuan FMEA dalam Layanan Kesehatan

FMEA adalah suatu pendekatan sistematis yang membantu mengidentifikasi dan menganalisis potensi kegagalan dalam proses, produk, atau sistem, serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan oleh pelayanan kesehatan1. Metode ini awalnya dikembangkan di luar bidang pelayanan kesehatan namun kini digunakan secara luas untuk menilai risiko kegagalan dan kesalahan pada berbagai proses pelayanan kesehatan4.

Tujuan Utama FMEA

FMEA memiliki beberapa tujuan penting dalam implementasinya di fasilitas layanan kesehatan:

  1. Meningkatkan Keselamatan Pasien: Mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko tersebut1.
  2. Memperbaiki Proses Pelayanan: Mengoptimalkan prosedur untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi operasional dalam pelayanan kesehatan1.
  3. Meningkatkan Kepatuhan terhadap Standar: Memastikan bahwa semua proses sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku baik nasional maupun internasional1.
  4. Mencegah Permasalahan: Sebagai teknik proaktif, FMEA berupaya mencegah permasalahan dari proses atau produk sebelum permasalahan tersebut muncul/terjadi4.

Manfaat Penerapan FMEA

Penerapan FMEA di fasilitas layanan kesehatan memberikan berbagai manfaat signifikan. Metode ini tidak hanya mengidentifikasi potensi masalah, tetapi juga membantu menentukan tingkat keparahan dari akibat yang mungkin ditimbulkan. Program perbaikan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui perbaikan sistem yang menyeluruh, dan FMEA merupakan salah satu teknik yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan4.

Di Amerika Serikat, Joint Commission on Accreditation of Health Organization (JCAHO) bahkan mewajibkan rumah sakit untuk melakukan setidaknya satu FMEA setiap tahun untuk mengidentifikasi berbagai upaya pencegahan risiko4. Praktik ini juga diadopsi dalam standar akreditasi fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk dalam program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)3.

Langkah-Langkah Pelaksanaan FMEA

Berikut adalah delapan langkah sistematis dalam pelaksanaan FMEA menurut Joint Commission Resources:

1. Menentukan Proses Berisiko Tinggi dan Membentuk Tim

Langkah pertama dalam FMEA adalah memilih proses atau layanan yang memiliki dampak signifikan terhadap keselamatan dan kualitas pelayanan pasien1. Proses berisiko tinggi perlu diprioritaskan untuk dianalisis menggunakan HFMEA Decision Tree4.

Tim FMEA harus terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam operasi sehari-hari, termasuk dokter, perawat, staf administrasi, dan tenaga teknis. Tim multidisiplin ini akan bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada dalam proses pelayanan1.

2. Menyusun Diagram Proses

Tim FMEA perlu membuat diagram alur proses untuk memahami setiap langkah dari proses yang dianalisis. Pemetaan ini membantu mengidentifikasi titik-titik kritis di mana potensi kegagalan dapat terjadi14.

Diagram proses yang detail memberikan gambaran visual dari seluruh rangkaian proses, sehingga memudahkan tim untuk memahami kompleksitas dan keterkaitan antar langkah dalam proses tersebut.

3. Brainstorming untuk Mengidentifikasi Potential Failure Modes dan Efeknya

Pada tahap ini, tim melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi semua kemungkinan mode kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi pada setiap langkah proses. Setiap langkah dalam proses harus dianalisis secara cermat untuk mengidentifikasi mode kegagalan yang mungkin terjadi14.

Selain mengidentifikasi mode kegagalan, tim juga perlu mendefinisikan efek atau dampak yang mungkin ditimbulkan dari setiap mode kegagalan tersebut.

4. Menentukan Prioritas Failure Modes

Tidak semua mode kegagalan memiliki risiko yang sama. Oleh karena itu, tim perlu memprioritaskan mode kegagalan berdasarkan tingkat risikonya. Hal ini dilakukan dengan menghitung Risk Priority Number (RPN)45.

RPN dihitung dengan mengalikan tiga faktor:

  • Severity (S): Tingkat keparahan dampak
  • Occurrence (O): Frekuensi kejadian
  • Detection (D): Kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum berdampak5

Rumus perhitungan RPN adalah: RPN = S × O × D

Mode kegagalan dengan nilai RPN tertinggi menjadi prioritas untuk ditindaklanjuti45.

5. Mengidentifikasi Akar Penyebab dari Failure Modes

Setelah menentukan prioritas, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi akar penyebab dari mode kegagalan yang diprioritaskan. Analisis akar penyebab (root cause analysis) membantu tim memahami faktor-faktor mendasar yang berkontribusi terhadap mode kegagalan tertentu4.

Pemahaman mendalam terhadap akar penyebab sangat penting untuk merancang solusi yang efektif dan berkelanjutan.

6. Merancang Ulang Proses

Berdasarkan akar penyebab yang telah diidentifikasi, tim kemudian merancang ulang proses untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Rancangan ulang proses harus fokus pada eliminasi akar penyebab atau pengurangan kemungkinan terjadinya kegagalan4.

Pada tahap ini, metode 5W1H dapat digunakan untuk menyusun rencana perbaikan yang komprehensif2.

7. Analisis dan Pengujian Proses Baru

Sebelum diimplementasikan secara penuh, proses baru yang dirancang perlu dianalisis dan diuji untuk memastikan bahwa perubahan tersebut efektif dalam mengurangi risiko dan tidak menciptakan risiko baru4.

Pengujian ini dapat dilakukan melalui simulasi, proyek percontohan, atau implementasi terbatas yang dilanjutkan dengan evaluasi hasil.

8. Implementasi dan Monitoring Proses Baru

Langkah terakhir adalah mengimplementasikan proses baru yang telah diuji dan memantau efektivitasnya secara berkelanjutan. Monitoring berkelanjutan memungkinkan tim untuk mendeteksi masalah baru yang mungkin muncul dan melakukan penyesuaian yang diperlukan4.

Penerapan 5W1H dalam Analisis FMEA

Metode 5W1H merupakan alat bantu yang efektif dalam penyusunan rencana perbaikan berdasarkan hasil analisis FMEA. Pendekatan ini memastikan bahwa rencana perbaikan komprehensif dan mencakup semua aspek penting2.

What (Apa)

Apa yang perlu diperbaiki?
Tentukan dengan jelas permasalahan spesifik yang perlu diatasi berdasarkan failure modes yang telah diprioritaskan. Definisikan secara spesifik tujuan perbaikan yang ingin dicapai dan langkah-langkah yang perlu diambil2.

Contoh: Apa yang harus diperbaiki dalam proses pemberian obat untuk mengurangi risiko kesalahan dosis?

Who (Siapa)

Siapa yang bertanggung jawab?
Tentukan individu atau tim yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan perbaikan. Pastikan tanggung jawab didistribusikan dengan jelas dan semua pihak memahami peran mereka2.

Contoh: Siapa yang akan bertanggung jawab untuk memperbarui prosedur operasional standar dan melakukan pelatihan kepada staf?

When (Kapan)

Kapan tindakan perbaikan akan dilaksanakan?
Tetapkan jadwal dan timeline yang jelas untuk implementasi tindakan perbaikan. Pastikan timeline realistis dan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya2.

Contoh: Kapan pelatihan untuk prosedur baru akan dilaksanakan dan kapan implementasi penuh harus selesai?

Where (Dimana)

Dimana tindakan perbaikan akan diimplementasikan?
Tentukan lokasi atau unit spesifik dimana tindakan perbaikan akan diterapkan. Hal ini penting terutama untuk organisasi besar dengan banyak unit atau departemen2.

Contoh: Dimana sistem baru akan diuji terlebih dahulu sebelum diterapkan di seluruh fasilitas?

Why (Mengapa)

Mengapa tindakan perbaikan ini penting?
Jelaskan rasional dan urgensi dari tindakan perbaikan. Pemahaman tentang alasan di balik perubahan akan membantu mendapatkan dukungan dari semua stakeholder2.

Contoh: Mengapa pengubahan proses pemberian obat ini penting untuk keselamatan pasien?

How (Bagaimana)

Bagaimana tindakan perbaikan akan dilaksanakan?
Jelaskan metode, pendekatan, atau strategi spesifik yang akan digunakan untuk mengimplementasikan tindakan perbaikan. Termasuk detail tentang sumber daya yang dibutuhkan dan langkah-langkah yang harus diambil2.

Contoh: Bagaimana prosedur baru akan didokumentasikan, dikomunikasikan, dan dilaksanakan oleh tim?

Perhitungan RPN dan Penetapan Prioritas Risiko

Risk Priority Number (RPN) merupakan komponen kunci dalam FMEA untuk menetapkan prioritas risiko yang perlu ditangani terlebih dahulu. Berikut adalah penjelasan detail tentang komponen RPN dan cara perhitungannya:

Komponen RPN

  1. Severity (S): Penilaian tingkat keparahan dampak yang mungkin terjadi jika mode kegagalan terjadi. Skala biasanya 1-10, dengan 10 berarti dampak paling parah (misalnya kematian)45.
  2. Occurrence (O): Penilaian frekuensi atau kemungkinan terjadinya mode kegagalan. Skala biasanya 1-10, dengan 10 berarti sangat sering terjadi45.
  3. Detection (D): Penilaian kemampuan untuk mendeteksi mode kegagalan sebelum mencapai pasien. Skala biasanya 1-10, dengan 10 berarti sangat sulit dideteksi45.

Perhitungan RPN

RPN dihitung dengan rumus:
RPN = Severity (S) × Occurrence (O) × Detection (D)

Nilai RPN berkisar antara 1 hingga 1000, dimana nilai yang lebih tinggi menunjukkan risiko yang lebih besar dan perlu mendapat prioritas penanganan5.

Penetapan Prioritas

Setelah menghitung RPN untuk setiap mode kegagalan, tim FMEA dapat menetapkan prioritas penanganan. Mode kegagalan dengan nilai RPN tertinggi harus menjadi prioritas utama untuk tindakan korektif. Namun, selain mempertimbangkan nilai RPN, tim juga perlu mempertimbangkan:

  1. Mode kegagalan dengan nilai Severity tinggi (misalnya ≥ 8), meskipun RPN totalnya mungkin tidak tertinggi
  2. Mode kegagalan yang terkait dengan proses kritis terhadap keselamatan pasien
  3. Mode kegagalan yang memiliki dampak pada banyak pasien4

Studi Kasus Penerapan FMEA

Implementasi FMEA dalam konteks nyata dapat dilihat dari studi kasus di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik, khususnya pada unit penjaminan terhadap pending klaim.

Berdasarkan penelitian, ditemukan berbagai permasalahan dengan berkas klaim yang dikembalikan oleh BPJS Kesehatan. Data menunjukkan bahwa sekitar 8-12% berkas klaim rawat inap dikembalikan oleh BPJS Kesehatan setiap bulannya5.

Tim peneliti melakukan analisis FMEA dengan mengidentifikasi faktor risiko yang menyebabkan pending klaim, penyebab dan dampaknya, serta menyusun usulan perbaikan. Proses ini melibatkan 7 informan dalam pengisian nilai SOD (Severity, Occurrence, Detection) untuk menghitung RPN5.

Hasil analisis menunjukkan bahwa “Readmission” merupakan risiko prioritas dengan nilai RPN tertinggi (75). Untuk mengatasi masalah ini, tim menyusun rencana perbaikan menggunakan metode 5W1H, yang meliputi koordinasi, sosialisasi, dan edukasi kepada unit terkait2.

Studi kasus ini menunjukkan bagaimana FMEA dapat diterapkan secara efektif untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko dalam proses pelayanan kesehatan, khususnya dalam aspek administratif yang berdampak pada efisiensi dan keuangan rumah sakit.

Penutup dan Rekomendasi

Penerapan FMEA merupakan langkah proaktif yang penting dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di fasilitas layanan kesehatan. Pendekatan sistematis ini memungkinkan fasilitas kesehatan untuk mengidentifikasi risiko potensial sebelum terjadi, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan yang tepat.

Rekomendasi untuk Fasilitas Layanan Kesehatan

  1. Lakukan FMEA secara berkala: Sesuai standar akreditasi, lakukan FMEA setidaknya setahun sekali untuk proses berisiko tinggi34.
  2. Bentuk tim multidisiplin: Pastikan tim FMEA terdiri dari berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan perspektif yang komprehensif1.
  3. Gunakan pendekatan 5W1H: Implementasikan 5W1H dalam penyusunan rencana perbaikan untuk memastikan rencana tersebut komprehensif dan dapat diimplementasikan2.
  4. Prioritaskan berdasarkan RPN: Gunakan perhitungan RPN untuk memprioritaskan risiko, namun tetap mempertimbangkan faktor Severity secara khusus45.
  5. Monitoring berkelanjutan: Lakukan monitoring berkelanjutan terhadap implementasi tindakan perbaikan dan evaluasi efektivitasnya secara periodik4.
  6. Dokumentasikan proses dan hasil: Dokumentasikan semua tahapan FMEA dan hasilnya sebagai bagian dari sistem manajemen risiko fasilitas kesehatan3.
  7. Integrasikan dengan program PMKP: Integrasikan FMEA dengan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) secara keseluruhan3.

Dengan menerapkan FMEA secara sistematis dan konsisten, fasilitas layanan kesehatan dapat meningkatkan keselamatan pasien, memperbaiki kualitas pelayanan, dan memenuhi standar akreditasi yang berlaku. Pendekatan proaktif ini pada akhirnya akan berkontribusi pada pelayanan kesehatan yang lebih aman dan berkualitas bagi masyarakat.

Bacaan:

  1. https://spinsinergi.com/panduan-fmea-puskesmas-meminimalisir-risiko-meningkatkan-keselamatan-pasien/
  2. https://archive.umsida.ac.id/index.php/archive/preprint/download/1568/11096/12481
  3. https://mars.umy.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/PEDOMAN-PMKP-RSPH.docx
  4. http://mutupelayanankesehatan.net/publikasi/artikel/19-headline/575-langkah-langkah-failure-mode-and-effect-analysis-fmea
  5. https://archive.umsida.ac.id/index.php/archive/preprint/download/1568/11092/12477
  6. https://rsprespira.jogjaprov.go.id/wp-content/uploads/2021/08/PERDIR-PMKP-2021.pdf
  7. https://dinkes.gunungkidulkab.go.id/keselamatan-pasien-dan-failure-mode-and-effect-analysis-fmea/
  8. https://jurnal.usahid.ac.id/index.php/jamr/article/view/1118/0
  9. https://mutupelayanankesehatan.net/3342-failure-mode-and-effect-analysis-dalam-manajemen-risiko-di-rumah-sakit
  10. https://rsud.rejanglebongkab.go.id/panduan-pelaksanaan-failure-mode-and-effect-analysis-fmea-keselamatan-pasien-rumah-sakit-umum-curup/
  11. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/download/22688/10482
  12. https://mutupelayanankesehatan.net/3993-reportase-dari-konferensi-internasional-siqua-di-seoul-korea-selatan
  13. https://www.persi.or.id/workshop-implementasi-rca-dan-fmea-untuk-meningkatkan-keselamatan-pasien-di-fasilitas-pelayanan-kesehatan-advance-hybrid/
  14. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/50170/19522210.pdf?sequence=1&isAll
  15. http://repository.crmsindonesia.org/bitstream/123456789/89/1/RASNI%20ISO%20IEC%2031010%202016%20Bilingual.pdf
  16. https://mutupelayanankesehatan.net/images/modul/pelatihan-fmea.pdf
  17. https://jdih.kemkes.go.id/common/dokumen/PMK%20No.%201691%20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf
  18. https://rsudmzein.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/PDF_QNR4LoafOB_18452.pdf
  19. https://apps-rsunhas.com/mypolicyportal/public/files/berkas/04-05-2023-PMKP-1%20EP.A-3%20Perdir%20Pedoman%20PMKP%20RS%202023.pdf?%242y%2410%24%2F3zuPDslk6AwCgor%2FE4jn.yw3hsEFE9FUghKAvEne4xyTXvHivf0q

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar