A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Kecacingan mungkin terdengar seperti masalah kesehatan yang sepele bagi sebagian orang tua. Namun tahukah Anda bahwa infeksi cacing dapat mengancam masa depan si kecil? Mari kita pelajari mengapa kecacingan menjadi ancaman serius bagi kesehatan balita, terutama di Indonesia.

Mengapa Balita Sangat Rentan Kecacingan?

Balita merupakan kelompok yang paling rentan terinfeksi cacing karena beberapa faktor:

Sistem Imun yang Belum Matang Anak-anak di bawah lima tahun sangat rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum matang serta perilaku makan dan eksplorasi yang khas pada usianya. Balita belum memiliki antibodi yang cukup kuat untuk melawan berbagai jenis parasit.

Perilaku Eksplorasi Balita cenderung suka bermain di tanah, memasukkan benda kotor ke mulut, dan belum sepenuhnya memahami pentingnya kebersihan. Anak-anak menjadi terinfeksi dengan menelan telur cacing gelang dan cacing cambuk yang telah matang di tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia, atau dengan berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi di mana telur cacing tambang telah menetas.

Periode Emas Pertumbuhan Meskipun anak-anak di bawah lima tahun rentan terhadap infeksi parasit dan dianggap berada dalam “masa emas” mereka, penelitian tentang infeksi usus pada kelompok usia ini terbatas dibandingkan dengan anak-anak usia sekolah.

Jenis-Jenis Cacing yang Mengancam Balita

1. Soil-Transmitted Helminths (STH) Penyakit yang ditularkan melalui tanah (STH) memiliki kepentingan utama di negara-negara berkembang. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing gelang, cacing tambang, atau cacing cambuk, dan dapat menyebabkan diare, sakit perut, obstruksi usus, anemia, dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan kognitif.

2. Cacing yang Umum di Indonesia Di Indonesia, prevalensi cacingan masih sangat tinggi, yaitu bervariasi antara 2,5% hingga 62%, biasanya ditemukan pada wilayah-wilayah dengan penduduk yang kurang mampu dan sanitasi buruk. Cacing yang paling banyak di Indonesia adalah cacing tambang (Necator americanus).

Dampak Kesehatan yang Mengkhawatirkan

1. Gangguan Pertumbuhan dan Stunting

Hubungan dengan Stunting Infeksi cacing tanah telah dilaporkan sebagai salah satu faktor penyebab kekurangan gizi pada anak-anak prasekolah di seluruh dunia, dengan perkiraan 230 juta (43%) kasus di dunia berkembang.

Askariasis adalah infeksi yang paling banyak dilaporkan, dengan prevalensi berkisar dari 10,77% di Ethiopia hingga 57,14% di Malaysia, dan berkorelasi dengan stunting (OR 2,17).

2. Gangguan Penyerapan Nutrisi

Malnutrisi dan Anemia Beberapa cacing yang ditularkan melalui tanah juga menyebabkan kehilangan nafsu makan dan, oleh karena itu, berkurangnya asupan nutrisi dan kebugaran fisik. Infeksi dengan intensitas ringan (sedikit cacing) biasanya tidak menderita karena infeksi. Infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan berbagai gejala termasuk manifestasi usus (diare dan sakit perut), malnutrisi, malaise umum dan kelemahan, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terganggu.

Pada anak-anak, infeksi cacing yang serius mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka, menyebabkan anemia defisiensi zat besi karena cacing memakan jaringan inang, terutama darah, yang menyebabkan kehilangan zat besi dan protein.

3. Gangguan Perkembangan Kognitif

Dampak pada Otak dan Pembelajaran Infeksi kronis menghambat pertumbuhan yang sehat, perkembangan kognitif, kebugaran fisik. Hal ini menyebabkan kinerja sekolah yang buruk dan absensi.

Infeksi kronis dapat menyebabkan gangguan pada bakteri usus dan merusak sinyal antara saluran pencernaan dan otak. Perubahan komunikasi sumbu usus-otak telah dikaitkan dengan gangguan perilaku, gangguan mood, depresi dan kecemasan, serta masalah dengan pembelajaran dan memori.

4. Gejala yang Perlu Diwaspadai

Tanda-Tanda Kecacingan pada Balita Infeksi cacing pada anak-anak dapat menyebabkan sakit perut di sekitar pusar, perut membuncit, tubuh kurus, dan gejala seperti muntah atau mengeluarkan cacing dalam tinja. Sakit perut akibat cacing sering kambuh berulang kali.

Gejala yang mungkin dialami balita jika terinfeksi kecacingan: kurangnya nafsu makan, mudah lesu, dan perut membuncit.

Anak-anak dengan infeksi cacing biasanya mengalami kesulitan tidur, kadang-kadang mengompol, dan mungkin mudah tersinggung atau menangis karena gatal dubur di malam hari. Mereka sering menderita gangguan pencernaan, dengan tinja yang dapat bervariasi dari padat hingga cair. Cacing kremi mungkin terlihat di sekitar anus atau dalam tinja.

Konteks Indonesia: Tantangan Khusus

Prevalensi Tinggi

Prevalensi cacingan di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu bervariasi antara 2,5% hingga 62%, biasanya ditemukan pada wilayah-wilayah dengan penduduk yang kurang mampu dan sanitasi buruk.

Kaitannya dengan Stunting

Buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat tubuh harus secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.

Dampak Jangka Panjang yang Mengkhawatirkan

Masa Depan yang Terancam

Berdasarkan bukti penelitian, infeksi cacing merupakan kondisi kesehatan anak global yang penting yang menyebabkan kecacatan kronis yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

Selain dampak kesehatannya, infeksi cacing juga menghambat pertumbuhan fisik dan mental pada masa kanak-kanak, menghambat kemajuan pendidikan, dan menghalangi pembangunan ekonomi.

Pencegahan: Langkah Vital untuk Melindungi Balita

1. Kebersihan Pribadi

Salah satu cara terpenting untuk membantu mencegah penyakit parasit ini adalah dengan mengajarkan anak-anak pentingnya mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air hangat yang mengalir, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan.

2. Sanitasi Lingkungan

Akses ke air bersih dan fasilitas limbah adalah solusi terbaik untuk mencegah sebagian besar infeksi parasit usus.

3. Program Pemberian Obat Cacing

Pemberian obat cacing (pengobatan massal) menggunakan albendazole, mebendazole, dan ivermectin adalah penyembuhan parasitologi yang efektif yang menyebabkan pengurangan signifikan dalam pengeluaran telur dan efektif terhadap infeksi Ascaris lumbricoides. Obat-obatan ini aman untuk mengobati anak-anak dan orang dewasa.

Kesimpulan

Kecacingan bukan sekadar masalah kesehatan ringan yang bisa diabaikan. Bagi balita, infeksi cacing dapat mengancam tumbuh kembang optimal, menyebabkan stunting, mengganggu perkembangan kognitif, dan berdampak pada masa depan mereka.

Meskipun infeksi kecacingan tidak mengakibatkan kematian secara langsung, tetapi terdapat beberapa kerugian terhadap kebutuhan gizi dan efek kehilangan darah pada anak. Dampak tersebut selanjutnya akan menghambat perkembangan fisik si kecil (terkena stunting) dan mengurangi produktivitas atau kualitas hidup.

Dengan prevalensi yang masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah dengan sanitasi buruk, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk lebih serius dalam pencegahan dan penanganan kecacingan pada balita. Investasi dalam kebersihan, sanitasi, dan program pemberian obat cacing tidak hanya melindungi kesehatan anak saat ini, tetapi juga masa depan bangsa.

Mari kita lindungi generasi penerus Indonesia dari ancaman tersembunyi ini. Karena anak yang sehat hari ini adalah pemimpin yang kuat di masa depan.


Artikel ini disusun berdasarkan literatur ilmiah dari berbagai sumber terpercaya termasuk CDC, WHO, jurnal kedokteran, dan penelitian parasitologi terkini.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar