Setiap tanggal 8 Oktober, dunia memperingati Hari Disleksia Sedunia sebagai bagian dari Bulan Kesadaran Disleksia (Dyslexia Awareness Month). Momen ini menjadi panggilan global untuk meningkatkan pemahaman tentang disleksia—gangguan belajar yang sering kali disalahpahami dan diabaikan.

🧠 Apa Itu Disleksia?
Disleksia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, dan mengeja. Ini bukan karena kurangnya kecerdasan atau motivasi, melainkan karena cara otak memproses informasi tertulis berbeda dari kebanyakan orang.
Gejala umum meliputi:
- Kesulitan mengenali huruf atau kata
- Membaca lambat dan tidak akurat
- Sulit mengeja atau menulis dengan benar
- Kesulitan mengikuti instruksi tertulis
Di Indonesia, diperkirakan 5 juta dari 50 juta anak sekolah mengalami disleksia, dengan sekitar 2 juta kasus baru setiap tahun.
💬 Mengapa Hari Ini Penting?
Banyak anak dengan disleksia tidak terdiagnosis dan justru dicap sebagai “malas” atau “bodoh”. Padahal, mereka hanya membutuhkan pendekatan belajar yang berbeda. Hari Disleksia Sedunia adalah kesempatan untuk:
- 📢 Menghapus stigma dan kesalahpahaman
- 🏫 Mendorong sistem pendidikan yang inklusif
- 🧩 Memberikan dukungan psikologis dan akademik
- 🤝 Merayakan keunikan cara berpikir dan belajar
🌟 Tokoh Dunia yang Menginspirasi
Disleksia bukan penghalang untuk sukses. Banyak tokoh dunia yang hidup dengan disleksia, seperti:
- Albert Einstein
- Leonardo da Vinci
- Steven Spielberg
- Agatha Christie
Mereka membuktikan bahwa cara berpikir yang berbeda bisa menjadi kekuatan luar biasa.
📣 Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- 💡 Edukasi: Bagikan informasi tentang disleksia di sekolah, media sosial, dan komunitas.
- 🎨 Kampanye kreatif: Gunakan ilustrasi, video, atau cerita untuk menyampaikan pesan inklusi.
- 🧑🏫 Dukung guru dan orang tua: Berikan pelatihan tentang metode belajar ramah disleksia.
- 🧠 Gunakan teknologi: Terapkan font disleksia-friendly dan aplikasi bantu baca.
💖 Belajar Itu Hak Semua Orang
Hari Disleksia Sedunia mengingatkan kita bahwa setiap anak berhak belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan berdaya.

Tinggalkan komentar