- Pendahuluan
- Konsep dan Definisi FORKKIT
- Landasan Regulasi dan Kebijakan
- Tujuan dan Manfaat FORKKIT
- Komposisi dan Struktur Tim FORKKIT
- Mekanisme Pelaksanaan FORKKIT
- Aspek Klinis yang Dibahas dalam FORKKIT
- Integrasi FORKKIT dengan Program Lain
- Indikator Keberhasilan FORKKIT
- Tantangan dalam Implementasi FORKKIT
- Strategi Optimalisasi FORKKIT
- Peran Berbagai Profesi dalam FORKKIT
- Evaluasi dan Pelaporan FORKKIT
- Studi Kasus dan Pengalaman Implementasi
- Kesimpulan
Pendahuluan
Penanganan kasus infeksi di rumah sakit, khususnya infeksi yang sulit dan kompleks, memerlukan pendekatan multidisiplin yang terstruktur dan berbasis bukti ilmiah. Forum Kajian Kasus Infeksi Terintegrasi (FORKKIT) merupakan salah satu komponen penting dalam Program Pengendalian Resistansi Antimikroba (PPRA) di rumah sakit yang bertujuan meningkatkan mutu penanganan tata laksana infeksi melalui kolaborasi berbagai disiplin ilmu.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1596/2024 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit menegaskan bahwa peningkatan mutu penanganan tata laksana infeksi melalui pelaksanaan FORKKIT merupakan salah satu program kerja wajib PPRA di setiap rumah sakit. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsep, tujuan, mekanisme pelaksanaan, manfaat, serta tantangan dalam implementasi FORKKIT di fasilitas pelayanan kesehatan.
Konsep dan Definisi FORKKIT
Forum Kajian Kasus Infeksi Terintegrasi (FORKKIT) adalah forum kajian yang membahas dan berdiskusi tentang penanganan kasus infeksi sulit dan kompleks yang melibatkan multidisiplin profesi kesehatan. FORKKIT merupakan wadah pertemuan terstruktur dan terjadwal yang memfasilitasi diskusi mendalam tentang manajemen pasien dengan infeksi, khususnya kasus-kasus yang memerlukan keputusan terapeutik kompleks.
Forum ini mengintegrasikan keahlian dari berbagai disiplin ilmu, termasuk namun tidak terbatas pada dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis bedah, dokter spesialis patologi klinik, farmasis klinik, mikrobiolog klinik, dan tim pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit (PPIRS). Pendekatan multidisiplin ini memastikan bahwa setiap aspek penanganan pasien infeksi dipertimbangkan secara komprehensif.
Landasan Regulasi dan Kebijakan
Regulasi Nasional
Pelaksanaan FORKKIT di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dalam berbagai peraturan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit menetapkan bahwa indikator mutu PPRA mencakup peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.
Standar PKPO 8 dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit (STARKES) 2023 mewajibkan rumah sakit untuk menyusun program kerja PPRA yang mencakup peningkatan mutu tata laksana infeksi melalui pelaksanaan FORKKIT. Rumah sakit juga diwajibkan membuat laporan pelaksanaan kegiatan program yang mencakup forum kajian penyakit infeksi terintegrasi.
Kewajiban Pelaporan
Kepala atau direktur rumah sakit wajib melaporkan pelaksanaan dan indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba secara periodik setiap tahun kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Tujuan dan Manfaat FORKKIT
Tujuan Utama
Berdasarkan literatur dan praktik terbaik, tujuan dilaksanakannya FORKKIT di rumah sakit meliputi peningkatan perbaikan outcome pasien dengan meningkatkan kesembuhan serta menekan morbiditas, mortalitas, dan kecacatan akibat infeksi; peningkatan keselamatan pasien dengan menurunkan transmisi mikroorganisme resisten antimikroba (AMR); pencegahan munculnya infeksi Clostridioides difficile dan menekan angka readmission pasien; pencegahan berkembangnya Multi Drugs Resistance Organism (MDRO); dan menekan biaya perawatan melalui penggunaan antimikroba yang lebih rasional dan efisien.
Dukungan terhadap Program Penatagunaan Antimikroba
FORKKIT mendukung program Penatagunaan Antimikroba (PGA) melalui berbagai mekanisme, yaitu rasionalisasi dan optimalisasi pemberian antibiotik berdasarkan bukti klinis dan mikrobiologis, tata laksana multidisiplin yang komprehensif untuk kasus infeksi kompleks, penentuan kebutuhan isolasi pasien untuk mencegah transmisi infeksi, evaluasi ketersediaan obat dan alternatif terapi yang tersedia, serta monitoring dan evaluasi kasus secara berkelanjutan.
Manfaat Klinis
Studi menunjukkan bahwa intervensi tim antimicrobial stewardship multidisiplin menghasilkan inisiasi terapi antimikroba aktif dan sesuai yang lebih cepat pada pasien dengan kultur darah positif, dengan proporsi pasien yang menerima terapi aktif pada 48 jam dan terapi sesuai pada 72 jam yang lebih tinggi secara signifikan.
Penggunaan tim multidisiplin di rumah sakit dapat membatasi kejadian adverse events, meningkatkan outcome pasien, dan menambah kepuasan pasien serta karyawan. Tim multidisiplin yang berfungsi dengan baik dapat mengatasi “efek silo” dengan meningkatkan komunikasi antara berbagai tingkat tenaga kesehatan.
Komposisi dan Struktur Tim FORKKIT
Anggota Inti
Tim FORKKIT idealnya terdiri dari berbagai profesi kesehatan yang memiliki kompetensi dan tanggung jawab spesifik:
Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi: Berperan sebagai koordinator klinis yang memimpin diskusi kasus dan memberikan rekomendasi tata laksana infeksi berdasarkan bukti terkini.
Dokter Spesialis Patologi Klinik atau Mikrobiolog Klinik: Menyediakan informasi mikrobiologis, interpretasi hasil kultur dan sensitivitas antibiotik, serta data antibiogram lokal. Memberikan konsultasi klinik terkait hasil laboratorium dan validitas spesimen.
Farmasis Klinik atau Farmakolog Klinik: Memberikan rekomendasi tentang pemilihan antimikroba, dosis optimal berdasarkan fungsi organ, interaksi obat, dan pertimbangan farmakokinetik-farmakodinamik. Menyediakan informasi tentang ketersediaan obat dan alternatif terapi.
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP): Menyampaikan kondisi klinis pasien, riwayat penyakit, dan pertimbangan klinis lainnya yang relevan untuk pengambilan keputusan terapeutik.
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS): Memberikan masukan tentang kebutuhan isolasi, pencegahan transmisi, dan surveilans infeksi terkait layanan kesehatan.
Anggota Tambahan Sesuai Kebutuhan
Tergantung pada kompleksitas kasus, anggota tambahan dapat meliputi dokter spesialis bedah (untuk kasus infeksi bedah atau yang memerlukan intervensi bedah), dokter spesialis radiologi (untuk interpretasi imaging dalam konteks infeksi), ahli gizi klinis (untuk dukungan nutrisi pada pasien infeksi berat), dan tim paliatif (untuk kasus dengan prognosis buruk).
Kehadiran dokter spesialis penyakit infeksi sebagai bagian dari tim multidisiplin merupakan aset utama dalam menginterpretasikan tanda dan gejala klinis, epidemiologi, data laboratorium dan pencitraan, reaksi obat yang merugikan, serta data kultur.
Mekanisme Pelaksanaan FORKKIT
Kriteria Kasus yang Dibahas
Tidak semua kasus infeksi perlu dibahas dalam FORKKIT. Kasus yang diprioritaskan untuk pembahasan meliputi infeksi dengan mikroorganisme Multi Drugs Resistance Organism (MDRO) seperti MRSA, ESBL, CRKP, CRAB, VRE; infeksi dengan respons terapi yang tidak adekuat atau mengalami kegagalan terapi; infeksi yang memerlukan antimikroba dengan spektrum luas atau antibiotik lini kedua dan ketiga; kasus infeksi kompleks dengan komorbiditas multipel atau kondisi imunosupresi; infeksi nosokomial atau Healthcare-Associated Infections (HAIs) yang kompleks; serta kasus yang memerlukan intervensi bedah dan antimikroba secara bersamaan.
Frekuensi dan Jadwal Pertemuan
Berdasarkan praktik terbaik, pertemuan tim multidisiplin untuk kasus infeksi kompleks dapat dilakukan secara terjadwal rutin, dengan frekuensi yang disesuaikan dengan volume kasus dan kebutuhan institusi. Umumnya, FORKKIT dilaksanakan minimal satu kali seminggu, dengan kemungkinan pertemuan tambahan untuk kasus urgent.
Alur Kerja FORKKIT
Tahap Persiapan:
- Identifikasi kasus yang akan dibahas oleh tim PPRA atau DPJP
- Pengumpulan data klinis, laboratorium, mikrobiologi, dan radiologi yang relevan
- Distribusi ringkasan kasus kepada anggota tim sebelum pertemuan
- Penjadwalan pertemuan dengan memastikan kehadiran anggota kunci
Tahap Presentasi Kasus:
- DPJP atau koordinator kasus mempresentasikan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang
- Mikrobiolog menyampaikan hasil kultur, sensitivitas antibiotik, dan interpretasi mikrobiologis
- Farmasis mereview terapi antimikroba yang sedang berjalan, dosis, dan potensi interaksi obat
Tahap Diskusi Multidisiplin:
- Analisis diagnosis infeksi dan diferensial diagnosis
- Evaluasi kesesuaian terapi antimikroba empirik atau definitif
- Pertimbangan kebutuhan de-eskalasi atau eskalasi terapi
- Diskusi durasi terapi yang optimal
- Evaluasi kebutuhan intervensi bedah atau prosedur diagnostik tambahan
- Pertimbangan aspek pencegahan dan pengendalian infeksi
Tahap Pengambilan Keputusan:
- Formulasi rekomendasi konsensus tentang tata laksana pasien
- Penetapan rencana monitoring dan evaluasi
- Dokumentasi keputusan dan rasionalisasi dalam notulen
Tahap Implementasi dan Follow-up:
- Komunikasi rekomendasi kepada DPJP dan tim perawat
- Implementasi keputusan tim
- Monitoring respons terapi dan kepatuhan terhadap rekomendasi
- Evaluasi outcome pasien
Studi tentang intervensi otomatis pada hari ke-2 oleh tim antimicrobial stewardship multidisiplin menunjukkan bahwa konsensus tentang kelanjutan terapi merupakan salah satu tujuan utama, dengan keputusan yang selalu dibuat berdasarkan pedoman lokal dan diskusi antara anggota tim dengan dokter yang merawat.
Dokumentasi
Dokumentasi FORKKIT harus mencakup identitas pasien dan nomor rekam medis, tanggal pembahasan, anggota tim yang hadir, ringkasan kasus, hasil diskusi dan analisis, rekomendasi tim dengan rasionalisasi, serta rencana monitoring dan evaluasi. Dokumentasi ini menjadi bagian dari rekam medis pasien dan laporan kegiatan PPRA.
Aspek Klinis yang Dibahas dalam FORKKIT
Ketepatan Diagnosis
Diskusi mencakup evaluasi kriteria diagnosis infeksi, penilaian validitas spesimen mikrobiologi, interpretasi hasil kultur dan sensitivitas antibiotik dalam konteks klinis, serta pertimbangan diagnosis alternatif atau ko-infeksi.
Optimalisasi Terapi Antimikroba
FORKKIT mengevaluasi kesesuaian pemilihan antimikroba berdasarkan spektrum aktivitas, farmakokinetik-farmakodinamik, penetrasi ke site of infection, ketepatan dosis dan interval pemberian, durasi terapi yang optimal, serta kebutuhan therapeutic drug monitoring untuk antibiotik tertentu.
Strategi De-eskalasi dan Eskalasi
Pada pasien yang dirawat di ICU, penilaian harian terhadap gambaran klinis keseluruhan dan hasil mikrobiologis memungkinkan tim multidisiplin untuk melakukan de-eskalasi terapi antibiotik empirik. FORKKIT memfasilitasi keputusan yang percaya diri untuk melakukan de-eskalasi atau menghentikan terapi antimikroba berdasarkan bukti klinis dan mikrobiologis.
Manajemen Kasus Infeksi Kompleks
Pembahasan mencakup strategi penanganan infeksi dengan MDRO, manajemen infeksi pada pasien imunosupresi, penanganan infeksi polimikrobial, serta strategi terapi untuk infeksi dengan fokus sulit dieradikasi.
Pencegahan Transmisi
Evaluasi kebutuhan isolasi pasien, penerapan kewaspadaan transmisi yang sesuai, strategi dekolonisasi untuk pengidap MDRO, serta pencegahan transmisi nosokomial.
Integrasi FORKKIT dengan Program Lain
Integrasi dengan Antimicrobial Stewardship Program (ASP)
FORKKIT merupakan komponen integral dari ASP yang lebih luas. Penerapan prinsip antimicrobial stewardship di ICU melibatkan elemen, jalur, dan indikator spesifik yang sebagian berbeda dari setting lain, dengan kebutuhan akan pendekatan multidisiplin dan program peningkatan kualitas.
Integrasi dengan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
FORKKIT berkolaborasi erat dengan tim PPIRS dalam identifikasi outbreak potensial, implementasi strategi pencegahan transmisi, serta evaluasi kepatuhan terhadap bundle pencegahan infeksi.
Integrasi dengan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
Hasil FORKKIT berkontribusi pada monitoring indikator mutu layanan, identifikasi area perbaikan dalam proses klinis, serta pengembangan protokol dan panduan klinis.
Indikator Keberhasilan FORKKIT
Indikator Proses
Indikator proses mencakup frekuensi pertemuan FORKKIT sesuai jadwal yang ditetapkan, tingkat kehadiran anggota tim inti dalam pertemuan, ketepatan waktu presentasi kasus (idealnya dalam 48-72 jam setelah identifikasi), kelengkapan dokumentasi dan notulen, serta tingkat implementasi rekomendasi tim oleh DPJP.
Indikator Outcome Klinis
Outcome klinis yang dimonitor meliputi perbaikan outcome pasien yang kasus-nya dibahas dalam FORKKIT, penurunan mortalitas dan morbiditas terkait infeksi, penurunan lama rawat inap (Length of Stay), penurunan angka readmission terkait infeksi, serta peningkatan tingkat kesembuhan klinis dan mikrobiologis.
Indikator Penggunaan Antimikroba
Evaluasi mencakup perbaikan kualitas penggunaan antibiotik berdasarkan audit kualitatif, peningkatan penggunaan antibiotik kategori Access (klasifikasi AWaRe WHO), penurunan penggunaan antibiotik spektrum luas yang tidak sesuai indikasi, optimalisasi durasi terapi antibiotik, serta penurunan biaya terapi antimikroba tanpa mengorbankan outcome.
Indikator Resistensi Antimikroba
Monitoring jangka panjang terhadap pola resistensi antimikroba di rumah sakit, penurunan insiden infeksi MDRO, serta perbaikan pola sensitivitas antibiotik dalam antibiogram lokal.
Tantangan dalam Implementasi FORKKIT
Tantangan Struktural dan Organisasi
Salah satu tantangan utama adalah masih terdapat rumah sakit yang belum melaksanakan FORKKIT meskipun telah membentuk tim PPRA. Rumah sakit hanya menjalankan komponen penilaian PKPO 8 STARKES secara administratif dengan membentuk tim PPRA, namun tugas dan fungsinya belum dilaksanakan, termasuk penyelenggaraan FORKKIT.
Tantangan lain meliputi kesulitan koordinasi jadwal antar berbagai disiplin ilmu, kurangnya komitmen waktu dari anggota tim karena beban kerja klinis, keterbatasan ruang dan fasilitas untuk pertemuan, serta kurangnya dukungan manajemen rumah sakit.
Tantangan Sumber Daya Manusia
Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan untuk program antimicrobial stewardship yang efektif, termasuk personel dan full time equivalent (FTE) mereka, dapat menjadi tantangan dalam membuat business case untuk pendanaan program.
Tantangan SDM meliputi keterbatasan jumlah tenaga ahli, khususnya dokter spesialis penyakit infeksi dan mikrobiolog klinik; kurangnya pelatihan formal tentang antimicrobial stewardship dan pendekatan multidisiplin; tingkat turnover yang tinggi yang mengganggu kontinuitas tim; serta resistensi dari beberapa klinisi terhadap rekomendasi tim.
Tantangan Komunikasi dan Kolaborasi
Antimicrobial stewardship melibatkan upaya terkoordinasi antara tim interprofesional, termasuk klinisi atau prescriber, staf keperawatan, farmasis, mikrobiolog, tim pencegahan infeksi, dan tim keselamatan pasien. Tantangan yang dihadapi meliputi perbedaan perspektif dan prioritas antar disiplin ilmu, hambatan dalam komunikasi efektif antar anggota tim, kesulitan dalam mencapai konsensus untuk kasus kompleks, serta kurangnya mekanisme feedback tentang implementasi rekomendasi.
Tantangan Sistem dan Infrastruktur
Keterbatasan sistem informasi untuk mendukung dokumentasi dan tracking kasus, akses yang tidak optimal terhadap data mikrobiologi dan antibiogram terkini, keterlambatan hasil kultur dan sensitivitas antibiotik, serta keterbatasan ketersediaan antimikroba yang direkomendasikan merupakan tantangan yang sering dihadapi.
Strategi Optimalisasi FORKKIT
Penguatan Komitmen Institusi
Dukungan eksplisit dari pimpinan rumah sakit dalam bentuk kebijakan internal yang mengatur pelaksanaan FORKKIT secara detail, alokasi sumber daya yang memadai (waktu, ruang, teknologi), pengakuan partisipasi dalam FORKKIT sebagai bagian dari tugas klinis, serta insentif untuk anggota tim yang aktif berkontribusi.
Peningkatan Kapasitas SDM
Pelatihan berkelanjutan tentang prinsip antimicrobial stewardship, workshop tentang effective team communication dan collaborative decision-making, rotasi anggota tim untuk membangun redundansi pengetahuan, serta program mentoring untuk anggota baru.
Optimalisasi Proses
Standardisasi format presentasi kasus untuk efisiensi, penggunaan teknologi informasi untuk dokumentasi dan tracking, implementasi sistem reminder untuk jadwal pertemuan dan follow-up kasus, serta penetapan kriteria jelas untuk kasus yang perlu dibahas.
Penguatan Sistem Informasi
Pengembangan electronic health record yang terintegrasi dengan sistem laboratorium mikrobiologi, dashboard real-time untuk monitoring penggunaan antibiotik dan pola resistensi, serta sistem pelaporan yang memfasilitasi evaluasi outcome dan indikator mutu.
Peningkatan Kolaborasi
Pendidikan sebagai strategi implementasi telah terbukti meningkatkan perilaku antimicrobial stewardship seperti mengenali respons yang tepat terhadap terapi, berkomunikasi secara tepat waktu saat menerima hasil laboratorium, dan berkolaborasi dengan tim interprofesional untuk mengoptimalkan terapi antimikroba.
Membangun budaya kolaborasi dan mutual respect antar disiplin, forum diskusi regular untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran, serta peer review berkala untuk meningkatkan kualitas diskusi dan keputusan merupakan strategi penting.
Peran Berbagai Profesi dalam FORKKIT
Peran Perawat
Perawat berpartisipasi dalam antimicrobial stewardship dengan mendukung proses sistem, monitoring keamanan dan penggunaan antibiotik yang optimal, serta edukasi pasien. Dalam konteks FORKKIT, perawat dapat memberikan informasi tentang kondisi klinis pasien, respons terhadap terapi, serta kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.
Peran Farmasis
Farmasis memiliki peran krusial dalam optimalisasi dosis antimikroba, identifikasi potensi interaksi obat, monitoring efek samping, serta memberikan informasi tentang ketersediaan dan alternatif terapi.
Peran Mikrobiolog
Mikrobiolog menyediakan interpretasi ahli tentang hasil mikrobiologi, validasi spesimen, konsultasi tentang pemilihan metode diagnostik, serta data surveilans resistensi antimikroba.
Evaluasi dan Pelaporan FORKKIT
Monitoring Berkala
Evaluasi rutin terhadap pelaksanaan FORKKIT mencakup jumlah kasus yang dibahas per periode, tingkat kehadiran anggota tim, waktu dari identifikasi kasus hingga pembahasan, tingkat implementasi rekomendasi, serta outcome pasien yang kasus-nya dibahas.
Pelaporan Internal dan Eksternal
Rumah sakit membuat laporan pelaksanaan kegiatan program yang mencakup forum kajian penyakit infeksi terintegrasi untuk disampaikan kepada pimpinan rumah sakit secara berkala dan kepada Kementerian Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.
Continuous Quality Improvement
Menggunakan hasil evaluasi untuk identifikasi area perbaikan, implementasi plan-do-study-act (PDSA) cycle untuk perbaikan berkelanjutan, serta benchmarking dengan institusi lain untuk pembelajaran best practices.
Studi Kasus dan Pengalaman Implementasi
Pembelajaran dari Implementasi Global
Studi tentang implementasi keputusan tim multidisiplin untuk manajemen infeksi tulang dan sendi kompleks menunjukkan tingkat implementasi yang tinggi (92,1%), mengkonfirmasi kemampuan tim untuk mencapai konsensus. Tingkat implementasi yang tinggi hanya dapat dicapai ketika semua informasi relevan tersedia selama pertemuan tim dan preferensi pasien serta dokter yang merawat dipertimbangkan.
Dalam konteks kanker, pertemuan tim multidisiplin telah menjadi standar emas manajemen dengan berbagai negara yang mengamanatkan pembahasan hampir semua kasus pasien sebelum pengobatan. Prinsip yang sama dapat diadaptasi untuk FORKKIT dalam manajemen infeksi kompleks.
Kesimpulan
Forum Kajian Kasus Infeksi Terintegrasi (FORKKIT) merupakan komponen esensial dalam Program Pengendalian Resistansi Antimikroba di rumah sakit yang memberikan platform untuk diskusi multidisiplin terstruktur tentang penanganan kasus infeksi kompleks. Melalui kolaborasi berbagai disiplin ilmu, FORKKIT berkontribusi pada peningkatan outcome pasien, optimalisasi penggunaan antimikroba, pencegahan transmisi mikroorganisme resisten, dan peningkatan keselamatan pasien.
Keberhasilan FORKKIT memerlukan komitmen institusi yang kuat, sumber daya manusia yang kompeten, sistem dan infrastruktur yang mendukung, serta budaya kolaborasi interprofesional. Meskipun terdapat berbagai tantangan dalam implementasi, strategi optimalisasi yang terstruktur dapat meningkatkan efektivitas FORKKIT.
Dengan implementasi FORKKIT yang optimal, rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien dengan infeksi kompleks, berkontribusi pada upaya pengendalian resistensi antimikroba di tingkat institusi dan nasional, serta memenuhi standar akreditasi dan regulasi yang berlaku. FORKKIT bukan hanya merupakan kewajiban regulasi, tetapi lebih penting lagi, merupakan manifestasi komitmen terhadap patient safety dan quality of care dalam penanganan penyakit infeksi.
Referensi:
- Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1596/2024 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta; 2024.
- Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta; 2015.
- Kementerian Kesehatan RI. Panduan Penatagunaan Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta; 2021.
- Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. Peranan Dokter Spesialis Patologi Klinik dalam Penerapan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta; 2021.
- Cairns KA, et al. The impact of a multidisciplinary antimicrobial stewardship team on the timeliness of antimicrobial therapy in patients with positive blood cultures: a randomized controlled trial. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2016;71(11):3276-3283.
- Giacobbe DR, et al. Rationale and clinical application of antimicrobial stewardship principles in the intensive care unit: a multidisciplinary statement. Journal of Anesthesia, Analgesia and Critical Care. 2023;3(1):95.
- Doernberg SB, et al. Rationale and development of a business case for antimicrobial stewardship programs in acute care hospital settings. Antimicrobial Resistance & Infection Control. 2018;7:104.
- Lo-Ten-Foe JR, et al. Automatic day-2 intervention by a multidisciplinary antimicrobial stewardship-team leads to multiple positive effects. Frontiers in Microbiology. 2015;6:546.
- Epstein NE. Multidisciplinary in-hospital teams improve patient outcomes: A review. Surgical Neurology International. 2014;5(Suppl 7):S295-S303.
- van den Bosch CMA, et al. Implementation of multidisciplinary team decisions on the management of complex bone and joint infections: an observational study. BMC Musculoskeletal Disorders. 2025;26:329.
- Broom J, et al. A multidisciplinary approach to antimicrobial stewardship: evolution into the 21st century. International Journal of Antimicrobial Agents. 2005;25(1):1-10.
- Centers for Disease Control and Prevention. Core Elements of Hospital Antibiotic Stewardship Programs. Atlanta, GA: US Department of Health and Human Services, CDC; 2019.

Tinggalkan komentar