A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Di Indonesia, kanker serviks adalah pembunuh perempuan nomor dua setelah kanker payudara. Setiap hari, puluhan perempuan Indonesia meninggal dunia karenanya.

Angka ini memilukan, terutama karena kita tahu satu fakta penting: kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah dan dieliminasi.

Ini bukan mimpi. Ini adalah target global yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bertepatan dengan Hari Eliminasi Kanker Serviks Sedunia (World Cervical Cancer Elimination Day) yang diperingati setiap 17 November, ini adalah momentum untuk menyatukan suara kita.

Eliminasi bukan berarti nol kasus, tapi menekan angka kasus hingga sangat rendah sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan publik. Dan untuk mencapainya, ada tiga pilar utama yang harus kita kejar bersama.


Mengenal Kanker Serviks: Si Pembunuh Senyap

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh di leher rahim (serviks). Penyebab utamanya (lebih dari 99% kasus) adalah infeksi Human Papillomavirus (HPV) risiko tinggi yang menular lewat kontak seksual.

Fakta Kunci:

  • Infeksi HPV sangat umum, namun kebanyakan orang tidak sadar telah terinfeksi.
  • Dibutuhkan waktu 10–20 tahun bagi infeksi HPV untuk berkembang menjadi kanker.
  • Karena gejalanya (seperti pendarahan abnormal, keputihan tidak wajar, atau nyeri panggul) sering kali baru muncul pada stadium lanjut, ia dijuluki silent killer.
  • Inilah mengapa pencegahan dan deteksi dini adalah segalanya.

Tiga Pilar Eliminasi Kanker Serviks (Strategi WHO 90-70-90)

Untuk mencapai eliminasi, WHO menargetkan strategi “90-70-90” pada tahun 2030. Inilah cara kita menerjemahkannya di Indonesia:

1. (90%) Vaksinasi HPV

  • Target: 90% anak perempuan divaksinasi HPV lengkap pada usia 15 tahun.
  • Mengapa? Vaksinasi adalah perisai utama. Vaksin ini mencegah infeksi HPV tipe risiko tinggi (terutama Tipe 16 dan 18) yang menyebabkan mayoritas kanker serviks.
  • Di Indonesia: Kabar baiknya, vaksin HPV kini telah menjadi bagian dari program imunisasi nasional (BIAS) dan diberikan gratis bagi siswi SD. Pastikan putri Anda mendapatkannya!

2. (70%) Skrining Berkualitas

  • Target: 70% perempuan diskrining menggunakan tes performa tinggi pada usia 35 tahun dan 45 tahun.
  • Mengapa? Skrining menemukan perubahan sel (lesi pra-kanker) sebelum menjadi kanker.
  • Metode Skrining di Indonesia:
    • Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat): Cepat, murah, dan tersedia di banyak Puskesmas.
    • Pap Smear: Mengambil sampel sel serviks untuk diperiksa di laboratorium.
    • Tes HPV DNA (Gold Standard): Metode paling akurat yang direkomendasikan WHO. Tes ini mendeteksi keberadaan virus HPV risiko tinggi secara langsung. Ketersediaannya di Indonesia semakin meningkat.

Perempuan yang sudah aktif secara seksual disarankan melakukan skrining rutin (3-5 tahun sekali, tergantung metode dan hasil sebelumnya).

3. (90%) Pengobatan dan Perawatan

  • Target: 90% perempuan yang teridentifikasi memiliki lesi pra-kanker atau kanker serviks mendapatkan penanganan dan pengobatan yang memadai.
  • Mengapa? Menemukan lesi pra-kanker tidak ada artinya jika tidak ditindaklanjuti.
  • Faktanya: Penanganan lesi pra-kanker (misalnya dengan metode cryotherapy atau LEEP) sangat efektif, sederhana, dan dapat mencegah kanker sepenuhnya.

Tantangan Kita di Indonesia: Bukan Sekadar Tahu, Tapi Mau

Strategi sudah ada, teknologi pun tersedia. Namun, tantangan kita masih besar:

  • Rendahnya Kesadaran & Literasi: Masih banyak yang percaya mitos (vaksin HPV bikin mandul, skrining itu sakit/mahal).
  • Akses dan Pemerataan: Layanan skrining dan vaksinasi belum merata, terutama di daerah-daerah terpencil.
  • Stigma Kultural: Rasa malu (“tabu”) untuk memeriksakan organ intim masih menjadi penghalang besar bagi banyak perempuan.
  • Implementasi Program: Memastikan program vaksinasi nasional berjalan lancar dan menjangkau semua target bukanlah hal mudah.

Kisah Harapan: “Saya Berani Skrining, Saya Selamat”

(Penyempurnaan dari kisah “Ibu Sari” agar lebih berdampak)

Sebut saja Ibu Sari (38 tahun, Bandung). Ia rutin melakukan skrining IVA di Puskesmas setiap 3 tahun sekali. Pada pemeriksaan terakhir, bidan menemukan “bercak putih” yang mencurigakan—tanda adanya lesi pra-kanker.

“Awalnya shock dan takut,” ceritanya. “Tapi dokter bilang saya beruntung karena ketahuan sangat dini.”

Ibu Sari segera dirujuk untuk mendapatkan tindakan terapi sederhana. Prosedurnya cepat dan ia bisa pulih dalam hitungan hari. Kini, ia terbebas dari ancaman kanker serviks.

“Jangan tunggu gejala. Skrining itu bukan cari penyakit, tapi menyelamatkan masa depan kita. Cuma 15 menit, tapi nilainya seumur hidup,” pesan Ibu Sari.


Ayo Berpartisipasi! Tiga Langkah Nyata Anda

Eliminasi kanker serviks dimulai dari kita:

  1. Jika Anda Ibu/Ayah: Pastikan putri Anda (dan juga putra Anda, untuk memutus rantai penularan) mendapatkan vaksinasi HPV lengkap. Dukung program BIAS di sekolah.
  2. Jika Anda Perempuan (di atas 25 tahun & aktif seksual): Jadwalkan skrining (IVA, Pap Smear, atau HPV DNA) secara rutin. Ajak teman, kakak, atau ibu Anda untuk periksa bersama.
  3. Siapapun Anda: Sebarkan informasi valid. Lawan mitos dan stigma. Bagikan artikel ini dan edukasi orang-orang di sekitar Anda.

Penutup: Generasi Bebas Kanker Serviks adalah Misi Kita

Kita memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk mengakhiri penderitaan akibat kanker serviks. Vaksinasi, skrining, dan pengobatan yang efektif adalah kuncinya.

Di Hari Eliminasi Kanker Serviks Sedunia ini, mari perbarui komitmen kita. Mari wujudkan satu generasi perempuan Indonesia yang tumbuh sehat, berdaya, dan terbebas dari bayang-bayang kanker serviks.


Call to Action (CTA) yang Diperkuat:

“Aksi Anda Hari Ini, Menyelamatkan Nyawa Esok Hari.”

  • Perempuan Indonesia: Jadwalkan skrining Anda sekarang. Hubungi Puskesmas atau RS terdekat!
  • Para Orang Tua: Pastikan putri Anda terlindungi. Tanyakan vaksin HPV pada guru atau petugas kesehatan.
  • Sebarkan Pesan Ini dengan tagar:#EliminasiKankerServiks#IndonesiaBebasKankerServiks#VaksinHPV#SkriningServiks#EndCervicalCancer

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Satu tanggapan

Tinggalkan komentar