Pengantar: Mari Kita Mulai dengan Refleksi
Sebelum kita memulai pembelajaran ini, mari kita renungkan bersama beberapa pertanyaan:
- Bayangkan: Besok terjadi gempa 7 SR saat rumah sakit Anda penuh pasien. Apa yang akan Anda lakukan dalam 5 menit pertama?
- Pikirkan: Apakah Anda tahu di mana titik kumpul darurat di rumah sakit Anda?
- Tanyakan pada diri sendiri: Jika listrik padam total selama 3 hari, apakah rumah sakit Anda bisa tetap beroperasi?
Jika ada keraguan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka modul pembelajaran ini akan sangat bermanfaat untuk Anda.
Mengapa Kesiapsiagaan Bencana Itu Krusial?
Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan kebakaran adalah ancaman nyata.
Fakta yang perlu kita pahami: Rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang sangat dibutuhkan saat situasi bencana, berfungsi sebagai sumber utama untuk melakukan penyaringan korban (triage), penyedia layanan medis, evakuasi, dan penanganan para korban (Tanjung et al., 2024).
Namun realitanya mengkhawatirkan: Antara 2020-2023, sekitar 84% rumah sakit di seluruh dunia melaporkan gangguan signifikan dalam penyampaian layanan selama berbagai bencana (Mishra et al., 2025). Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan kacau yang bisa mengganggu proses penanganan pasien dan mengakibatkan hasil yang tidak optimal (RSUD KRMT Wongsonegoro, 2021).
Pertanyaan untuk Anda: Menurut pengalaman Anda, apa tantangan terbesar yang mungkin dihadapi rumah sakit saat bencana?
BAGIAN 1: MEMBANGUN PEMAHAMAN DASAR
Langkah 1.1: Mengenal Kerangka Kerja dan Regulasi
Mari kita mulai dengan fondasi hukum yang mengatur kesiapsiagaan bencana di Indonesia.
Landasan Hukum di Indonesia
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mewajibkan rumah sakit memiliki sistem penanggulangan bencana. Lebih spesifik lagi, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit memasukkan kesiapan menghadapi bencana sebagai salah satu elemen penilaian pada Standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) (Kabuhung & Kamaluddin, 2020).
Standar MFK 6 menyatakan: “Rumah Sakit membuat rencana manajemen kedaruratan dan program penanganan kedaruratan komunitas, wabah dan bencana baik bencana alam atau bencana lainnya.”
Checkpoint Pemahaman: Coba jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri mengapa regulasi ini penting bagi rumah sakit Anda.
Dokumen Inti: Rencana Penanggulangan Bencana Rumah Sakit
Istilah yang sering kita dengar adalah Hospital Disaster Plan (HDP). Dalam bahasa Indonesia, kita sebut sebagai Rencana Penanggulangan Bencana Rumah Sakit (RPBRS).
Definisi: RPBRS adalah dokumen yang memuat pedoman khusus tentang pengorganisasian sumber daya manusia, logistik, dan strategi yang akan dilaksanakan jika terjadi bencana di lingkungan rumah sakit (Tanjung et al., 2024).
Analogi sederhana: Bayangkan RPBRS seperti peta jalan saat Anda bepergian ke tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Tanpa peta, Anda akan tersesat. Dengan peta yang jelas, Anda tahu kemana harus pergi dan apa yang harus dilakukan di setiap titik.
Komponen Utama RPBRS (RSUP Sanglah, n.d.):
- Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
- Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca keadaan darurat
- Peta institusi pelayanan kesehatan wilayah
- Kartu instruksi kerja
- Kartu identitas
- Perlengkapan bencana (disaster kit)
- Buku pedoman
Latihan Refleksi: Apakah rumah sakit Anda sudah memiliki RPBRS? Jika ya, apakah Anda pernah membacanya? Jika belum, apa langkah pertama yang bisa Anda lakukan?
Langkah 1.2: Alat Penilaian Global – Indeks Keselamatan Rumah Sakit WHO
Sekarang mari kita pelajari alat standar global untuk mengukur kesiapsiagaan rumah sakit.
Indeks Keselamatan Rumah Sakit (Hospital Safety Index/HSI) adalah alat yang dikembangkan WHO untuk menilai keselamatan dan kerentanan rumah sakit, membuat rekomendasi tindakan yang diperlukan, dan mempromosikan langkah-langkah berbiaya rendah namun berdampak tinggi untuk meningkatkan keselamatan (World Health Organization, 2015).
Memahami Struktur HSI
HSI terdiri dari 4 Modul:
Modul 1: Identifikasi Bahaya
- Apa saja bahaya yang mengancam rumah sakit?
- Apa peran rumah sakit dalam penanganan darurat?
Modul 2: Keselamatan Struktural
- Apakah bangunan rumah sakit kuat terhadap gempa, angin topan?
- Bagaimana kondisi fondasi dan struktur utama?
Modul 3: Keselamatan Non-Struktural
- Apakah peralatan medis diamankan dengan baik?
- Bagaimana sistem utilitas (listrik, air, gas)?
Modul 4: Manajemen Kondisi Darurat dan Bencana (FOKUS UTAMA)
- Apakah ada rencana tanggap darurat?
- Apakah staf terlatih?
- Apakah ada sistem komando insiden?
Kategori Penilaian HSI
Setelah penilaian, rumah sakit akan mendapat skor yang dikategorikan:
| Kategori | Skor | Makna | Tindakan yang Diperlukan |
|---|---|---|---|
| C (Rendah) | 0-0,35 | Rumah sakit berisiko tinggi tidak dapat berfungsi saat bencana | Perbaikan mendesak dan menyeluruh diperlukan |
| B (Sedang) | 0,36-0,65 | Rumah sakit mungkin dapat berfungsi terbatas saat bencana | Perbaikan substansial diperlukan |
| A (Tinggi) | 0,66-1,00 | Rumah sakit dapat berfungsi pada kondisi kedaruratan | Pertahankan dan tingkatkan terus |
(Lukas et al., 2025; Mishra et al., 2025)
Pertanyaan Reflektif: Menurut Anda, kira-kira rumah sakit Anda masuk kategori apa? Apa alasan Anda berpikir demikian?
Latihan Praktis: Jika Anda ingin melakukan penilaian awal, mulailah dengan pertanyaan sederhana:
- Apakah ada generator cadangan?
- Apakah peralatan berat (X-ray, ventilator) diamankan ke dinding/lantai?
- Apakah ada tim khusus penanggulangan bencana?
- Apakah pernah ada simulasi bencana dalam 1 tahun terakhir?
Jika jawaban “tidak” lebih banyak dari “ya”, mungkin rumah sakit Anda memerlukan perbaikan mendesak.
BAGIAN 2: EMPAT FASE MANAJEMEN BENCANA – Pendekatan Langkah demi Langkah
Sebelum kita mendalami setiap fase, mari kita pahami gambaran besarnya terlebih dahulu.
Pertanyaan Pemandu: Pernahkah Anda berpikir bahwa manajemen bencana bukan hanya tentang “apa yang dilakukan saat bencana terjadi”? Sebenarnya, ada 4 fase yang saling terkait.
Dalam Rencana Penanggulangan Bencana terdapat empat fase dalam manajemen kedaruratan: Mitigasi, Kesiapsiagaan, Respons, dan Pemulihan (RSUD KRMT Wongsonegoro, 2021).
Analogi siklus: Bayangkan seperti musim dalam setahun:
- Mitigasi = Musim Kemarau (persiapan tanah)
- Kesiapsiagaan = Musim Hujan (menanam benih)
- Respons = Masa Panen (tindakan aktif)
- Pemulihan = Pasca Panen (evaluasi dan persiapan siklus berikutnya)
Mari kita pelajari setiap fase secara mendalam.
FASE 1: MITIGASI (Pencegahan) – “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati”
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bagian ini, Anda akan dapat mengidentifikasi risiko bencana di rumah sakit dan merencanakan langkah pencegahan.
Apa itu Mitigasi?
Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana, atau jika bencana tetap terjadi, mengurangi dampaknya.
Analogi sederhana: Seperti kita memasang palang pintu di rumah untuk mencegah maling, atau seperti kita rajin olahraga untuk mencegah penyakit jantung.
Pertanyaan Refleksi: Apa perbedaan antara “mencegah bencana terjadi” vs “mengurangi dampak bencana”? (Petunjuk: Kita tidak bisa mencegah gempa, tapi kita bisa membuat bangunan tahan gempa)
Langkah A: Identifikasi dan Penilaian Risiko
Langkah 1: Lakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Kerentanan
Dalam bahasa Inggris disebut Hazard Identification and Vulnerability Assessment (HIVA). Mari kita pahami istilah-istilahnya:
- Bahaya (Hazard): Peristiwa atau kondisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan
- Kerentanan (Vulnerability): Seberapa rentan/lemah kita terhadap bahaya tersebut
- Risiko (Risk): Kombinasi dari bahaya dan kerentanan (Risiko = Bahaya × Kerentanan)
Contoh Praktis:
- Bahaya: Rumah sakit di dekat gunung berapi aktif (bahaya erupsi)
- Kerentanan: Bangunan rumah sakit tidak memiliki sistem filtrasi udara untuk abu vulkanik
- Risiko: TINGGI – jika gunung meletus, abu akan masuk dan mengganggu sistem ventilasi
Aktivitas: Identifikasi bahaya di rumah sakit Anda
| Jenis Bencana | Internal atau Eksternal? | Kemungkinan (Rendah/Sedang/Tinggi) | Dampak Potensial |
|---|---|---|---|
| Gempa bumi | Eksternal | _ | _ |
| Kebakaran | Internal | _ | _ |
| Banjir | Eksternal | _ | _ |
| Wabah penyakit | Internal/Eksternal | _ | _ |
Langkah 2: Gunakan Indeks Keselamatan Rumah Sakit untuk Penilaian Mandiri
Anda bisa melakukan penilaian awal sendiri dengan mengisi kuesioner HSI. Fokus pada 3 aspek:
- Keselamatan Struktural: Apakah bangunan kuat terhadap bahaya yang teridentifikasi?
- Keselamatan Non-Struktural: Apakah peralatan dan sistem utilitas aman?
- Kapasitas Manajemen Darurat: Apakah ada rencana, pelatihan, dan sistem komando?
Pertanyaan Pemandu: Dari ketiga aspek di atas, mana yang menurut Anda paling mudah diperbaiki dengan biaya rendah? (Petunjuk: Biasanya kapasitas manajemen darurat lebih murah daripada memperbaiki struktur bangunan)
Langkah 3: Analisis Kerentanan Spesifik
Aktivitas Pemetaan: Ambil denah rumah sakit Anda, lalu identifikasi:
Area Kritis (harus dilindungi maksimal):
- ⚕️ Instalasi Gawat Darurat (IGD)
- 🏥 Unit Perawatan Intensif (ICU)
- 💊 Farmasi
- 🔬 Laboratorium
- ⚡ Ruang Genset/Listrik
- 💧 Tangki Air
Jalur Vital (harus selalu aksesibel):
- 🚪 Jalur evakuasi
- 🚑 Jalur ambulans
- 🚶 Koridor utama
Titik Berkumpul (Assembly Point):
- 📍 Area terbuka, jauh dari bangunan
- 📍 Tidak di jalur utilitas (pipa gas, kabel listrik)
- 📍 Mudah diakses dari semua bangunan
Checkpoint Pemahaman: Gambarkan jalur evakuasi dari ruang kerja Anda ke titik berkumpul. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Apakah ada hambatan di jalur tersebut?
Langkah B: Mitigasi Struktural dan Non-Struktural
Sekarang setelah kita tahu risikonya, mari kita pelajari cara menguranginya.
Konsep Penting: Untuk negara dengan sumber daya terbatas, kita harus prioritaskan strategi berdampak tinggi, berbiaya rendah (high-impact, low-cost strategies).
Mitigasi Struktural (Bangunan)
Apa yang dimaksud Struktural?
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kerangka dan konstruksi bangunan: fondasi, kolom, balok, dinding, atap.
Strategi Berbiaya Rendah:
- Audit Struktural: Minta ahli struktur menilai kekuatan bangunan (sekali audit lebih murah daripada perbaikan setelah roboh)
- Perkuatan Sederhana (Retrofitting):
- Pasang bracing (penopang diagonal) di dinding yang lemah
- Perbaiki atap yang bocor atau rapuh
- Tutup retakan di dinding (bukan hanya estetika, tapi juga mengurangi risiko roboh)
- Prioritas Area Kritis:
- Tidak perlu memperkuat semua bangunan sekaligus
- Mulai dari ICU, IGD, ruang operasi
Pertanyaan Refleksi: Jika budget Anda terbatas, area mana yang akan Anda perkuat terlebih dahulu? Mengapa?
Mitigasi Non-Struktural (Peralatan & Sistem)
Apa yang dimaksud Non-Struktural?
Segala sesuatu di dalam bangunan yang bukan bagian dari struktur utama: peralatan medis, mebel, sistem listrik, pipa air, dll.
Fakta Penting: Peralatan medis harus dalam kondisi kerja baik dan terlindung dari kerusakan (World Health Organization, n.d.).
Strategi Berbiaya Rendah:
1. Pengamanan Peralatan Berat
Bayangkan saat gempa: mesin X-ray seberat 500 kg bisa bergeser dan menimpa orang.
Solusi murah:
- Gunakan L-bracket (siku besi) untuk mengikat peralatan ke dinding
- Gunakan tali pengikat (straps) untuk ventilator, monitor
- Pasang Velcro untuk alat-alat kecil
Estimasi biaya: Rp 50.000 – 200.000 per alat (jauh lebih murah daripada mengganti alat yang rusak/membayar kompensasi korban)
2. Pengamanan Rak dan Lemari
Masalah: Rak obat/file yang jatuh bisa:
- Melukai staf/pasien
- Merusak obat/dokumen penting
- Menghalangi jalur evakuasi
Solusi murah:
- Pasang bibir pengaman (lip) di tepi rak
- Ikat lemari ke dinding dengan tali kawat baja
- Simpan barang berat di rak bawah, barang ringan di rak atas
3. Perlindungan Data dan Sistem IT
Pertanyaan: Apa yang akan terjadi jika semua rekam medis elektronik hilang saat bencana?
Solusi:
- Backup rutin (minimal mingguan)
- Penyimpanan cadangan (offsite backup): Simpan salinan data di lokasi terpisah (bisa menggunakan cloud storage gratis seperti Google Drive untuk data non-sensitif, atau external hard drive yang disimpan di rumah kepala IT)
- UPS (Uninterruptible Power Supply): Untuk melindungi dari pemadaman listrik mendadak
4. Sistem Utilitas Cadangan
Prinsip: Jangan bergantung pada satu sistem saja (redundancy principle).
Listrik:
- ⚡ Generator cadangan (minimal untuk 72 jam operasi)
- 🔋 UPS untuk peralatan kritis
- 💡 Lampu emergency bertenaga baterai
Air:
- 💧 Tangki air cadangan (minimal 3 hari kebutuhan)
- 🚰 Sumur bor sebagai alternatif (jika memungkinkan)
Komunikasi:
- 📻 Radio HT (Handy Talky) – tidak bergantung pada jaringan seluler
- 📞 Telepon satelit (untuk komunikasi darurat)
- 📱 Power bank untuk handphone staf kunci
Pertanyaan Aplikasi: Hitung kebutuhan air rumah sakit Anda per hari. Berapa liter tangki yang dibutuhkan untuk 3 hari? (Petunjuk: Rata-rata rumah sakit butuh 400-500 liter per tempat tidur per hari)
Checkpoint Pemahaman: Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri perbedaan antara mitigasi struktural dan non-struktural. Berikan contoh masing-masing 2.
FASE 2: KESIAPSIAGAAN (Preparedness) – “Bersiap Sebelum Badai Datang”
Pertanyaan Pembuka: Apa bedanya “mitigasi” dengan “kesiapsiagaan”?
Jawaban:
- Mitigasi: Mencegah/mengurangi BAHAYA dan KERUSAKAN
- Kesiapsiagaan: Memastikan kita SIAP MERESPONS saat bencana terjadi
Analogi: Mitigasi seperti memperkuat rumah agar tidak roboh saat gempa. Kesiapsiagaan seperti menyiapkan tas darurat, melatih keluarga cara evakuasi, dan tahu kemana harus lari.
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari fase ini, Anda akan dapat:
- Membentuk struktur tim penanggulangan bencana
- Merancang program pelatihan yang efektif
- Mengelola logistik dan persediaan darurat
- Membangun sistem komunikasi yang handal
Langkah 2.1: Membangun Struktur Organisasi Tim
Mari kita mulai dengan pertanyaan fundamental: Siapa yang bertanggung jawab saat bencana?
Jawaban yang salah: “Semua orang bertanggung jawab” (Ini sama dengan mengatakan tidak ada yang bertanggung jawab)
Jawaban yang benar: “Ada struktur komando yang jelas dengan peran dan tanggung jawab spesifik untuk setiap orang”
Konsep Kunci: Sistem Komando Insiden Rumah Sakit
Dalam bahasa Inggris disebut Hospital Incident Command System (HICS). Mari kita terjemahkan menjadi Sistem Komando Insiden Rumah Sakit (SKIRS).
Mengapa butuh SKIRS?
Struktur organisasi harus mencakup: Pos Komando, Pos Pengolahan Data, Pos Informasi, Pos Logistik dan Donasi, Pos Penanganan Jenazah, dan Pos Relawan (RSUP Sanglah, n.d.).
Fakta penting: Jika sistem komando tidak berjalan, prosedur tidak akan jalan juga (Seminar Hospital Safety, 2017).
Struktur SKIRS – Versi Sederhana untuk Rumah Sakit Kecil-Menengah
Mari kita pelajari struktur dari atas ke bawah:
TINGKAT 1: KEPEMIMPINAN
├── Komandan Insiden (Direktur/Wakil Direktur)
├── Petugas Keselamatan (Ka. K3RS)
├── Petugas Informasi Publik (Ka. Humas)
└── Petugas Penghubung (Koordinator Eksternal)
TINGKAT 2: EMPAT SEKSI UTAMA
├── Seksi Operasional (Ka. Medis/Ka. IGD)
├── Seksi Perencanaan (Ka. Diklat/QI)
├── Seksi Logistik (Ka. Logistik/Farmasi)
└── Seksi Keuangan/Administrasi (Ka. Keuangan)
Latihan Pemahaman: Mari kita konkretkan dengan contoh kasus.
Skenario: Gempa 6,5 SR terjadi pukul 14.00, 50 korban datang dalam 1 jam.
Pertanyaan:
- Siapa yang pertama kali mengaktifkan sistem komando?
- Apa tugas pertama Komandan Insiden?
- Seksi mana yang mengatur alokasi tempat tidur tambahan?
- Siapa yang berbicara dengan media?
Klik untuk melihat jawaban
- Petugas jaga IGD atau Manajer jaga melaporkan ke Direktur/Wakil Direktur → Direktur mengaktifkan sebagai Komandan Insiden
- Tugas pertama: Mengaktifkan SKIRS, memanggil Kepala Seksi, dan melakukan briefing singkat (5-10 menit)
- Seksi Perencanaan (menganalisis kebutuhan) bekerja sama dengan Seksi Logistik (menyediakan resources)
- Petugas Informasi Publik (Ka. Humas) – HANYA dia yang boleh bicara ke media untuk menghindari info simpang siur
Penjelasan Detail Setiap Peran:
1. Komandan Insiden (Incident Commander)
Siapa: Direktur RS atau yang ditunjuk
Tugas Utama:
- Mengaktifkan sistem komando
- Membuat keputusan strategis
- Mengalokasikan resources
- Menyetujui komunikasi keluar
Kartu Instruksi Kerja (harus dibawa Komandan):
☑ Verifikasi jenis dan skala bencana
☑ Aktivasi SKIRS (umumkan CODE ORANGE)
☑ Tetapkan Pos Komando
☑ Panggil Kepala Seksi
☑ Lakukan briefing awal (Situation-Mission-Execution)
☑ Tetapkan periode operasional (biasanya 12 jam)
☑ Buat log keputusan penting
2. Petugas Keselamatan (Safety Officer)
Siapa: Kepala K3RS
Tugas: Memastikan keselamatan staf dan pasien selama operasi
Contoh:
- Menilai keamanan struktural bangunan pasca gempa
- Menghentikan operasi jika ada bahaya sekunder (kebakaran, longsor)
- Memastikan staf pakai APD
3. Petugas Informasi Publik (Public Information Officer)
Siapa: Kepala Humas
Tugas: Memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Komando Rumah Sakit (RSUP Sanglah, n.d.)
Prinsip Komunikasi Krisis:
- Satu suara: Hanya PIO yang bicara ke media
- Cepat, Akurat, Konsisten: Update setiap 2-4 jam
- Empati: Akui kesulitan, tunjukkan kepedulian
- Transparansi: Jangan sembunyikan informasi penting
4. Seksi Operasional (Operations Section)
Siapa: Kepala Medis/IGD
Tugas: Melaksanakan respons medis langsung
Sub-unit:
- Tim Triase
- Tim Resusitasi
- Tim Ruang Operasi Darurat
- Tim Rawat Inap Sementara
5. Seksi Perencanaan (Planning Section)
Siapa: Kepala Diklat/QI
Tugas:
- Mengumpulkan dan menganalisis informasi
- Memprediksi kebutuhan 12-24 jam ke depan
- Mendokumentasikan (penting untuk evaluasi!)
6. Seksi Logistik (Logistics Section)
Siapa: Kepala Logistik/Farmasi
Tugas:
- Menyediakan obat, alkes, APD
- Mengatur makanan untuk pasien dan staf
- Mengkoordinasi transportasi
- Memastikan listrik, air, komunikasi
7. Seksi Keuangan/Administrasi (Finance/Admin Section)
Siapa: Kepala Keuangan
Tugas:
- Melacak biaya
- Mengurus klaim asuransi
- Mengelola donasi
- Dokumentasi untuk reimbursement
Aktivitas Praktis: Buat kartu identitas SKIRS untuk diri Anda
┌─────────────────────────────────┐
│ SISTEM KOMANDO INSIDEN RS │
├─────────────────────────────────┤
│ NAMA: _____________________ │
│ JABATAN NORMAL: ____________ │
│ PERAN SAAT BENCANA: _________ │
│ SEKSI: ____________________ │
│ NO. HP: ___________________ │
│ │
│ ATASAN LANGSUNG: ____________ │
│ HP ATASAN: _________________ │
└─────────────────────────────────┘
Checkpoint: Jelaskan mengapa penting memiliki struktur komando yang jelas. Apa yang terjadi jika tidak ada struktur?
Langkah 2.2: Merancang Program Pelatihan Berkelanjutan
Pertanyaan Refleksi: Pernahkah Anda ikut simulasi bencana? Jika ya, apa yang Anda pelajari? Jika tidak, mengapa menurut Anda simulasi itu penting?
Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa:
- Orang dewasa belajar paling baik dari PENGALAMAN
- Simulasi memberikan “pengalaman aman” untuk berlatih
- “Practice makes perfect” – latihan membuat sempurna
Salah satu kendala yang ditemukan adalah kurangnya frekuensi simulasi bencana (Lukas et al., 2025).
Program Pelatihan Berlapis – Pendekatan Piramida
Bayangkan piramida terbalik:
┌─────────────────────────┐
│ SEMUA STAF (100%) │ ← Level 1: Awareness
│ Pengenalan Dasar │
└─────────────────────────┘
┌─────────────────┐
│ TIM KHUSUS (30%)│ ← Level 2: Functional
│ Keterampilan │
└─────────────────┘
┌─────────┐
│ PEMIMPIN│ ← Level 3: Leadership
│ (10%) │
└─────────┘
Level 1: Kesadaran Dasar (Basic Disaster Awareness) – SEMUA STAF
Tujuan: Setiap orang tahu dasar-dasar
Durasi: 2-3 jam
Isi Materi:
- Pengenalan RPBRS rumah sakit
- Lokasi titik berkumpul dan jalur evakuasi
- Sistem alarm dan kode darurat
- “Stop-Drop-Cover” untuk gempa
- Evakuasi untuk kebakaran
Metode: Ceramah + video + simulasi evakuasi ringan
Frekuensi:
- Tahunan (annual refresher) untuk staf lama
- Wajib saat orientasi untuk staf baru
Aktivitas: Buat poster sederhana untuk ditempel di setiap ruangan:
┌──────────────────────────────┐
│ JIKA TERJADI GEMPA: │
├──────────────────────────────┤
│ 1. STOP apa yang Anda lakukan│
│ 2. DROP ke lantai │
│ 3. COVER kepala di bawah meja│
│ 4. HOLD sampai getaran berhenti│
│ │
│ Setelah aman: │
│ → Ke TITIK KUMPUL: _______ │
│ → Jangan gunakan lift! │
└──────────────────────────────┘
Level 2: Pelatihan Fungsional (Functional Training) – TIM KHUSUS
Siapa: Tim Tanggap Darurat, dokter jaga, perawat IGD/ICU
Keterampilan yang Diajarkan:
A. Triase START (Simple Triage and Rapid Treatment)
Mari kita pelajari secara detail karena ini SANGAT PENTING.
Apa itu Triase?
Triase = Penyaringan/pengelompokan korban berdasarkan tingkat kegawatan untuk menentukan prioritas penanganan.
Mengapa perlu Triase?
- Saat bencana: korban banyak, resources terbatas
- Tujuan: “Menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa”
- Bukan “First Come First Served” ❌
- Tapi “Most Critical Get Priority” ✅
Sistem START Triage – 4 Warna, 4 Prioritas
| Warna | Prioritas | Kondisi | Tindakan | Contoh |
|---|---|---|---|---|
| 🔴 MERAH | P1 – Immediate | Cedera mengancam nyawa TAPI bisa diselamatkan | Stabilisasi dan transport SEGERA | Perdarahan hebat, tension pneumothorax, syok |
| 🟡 KUNING | P2 – Delayed | Cedera serius TAPI stabil | Observasi, penanganan tertunda | Fraktur tertutup, luka bakar <20% |
| 🟢 HIJAU | P3 – Minor | Cedera ringan, bisa jalan | Pertolongan minimal | Luka lecet, memar, fraktur jari |
| ⚫ HITAM | P0 – Expectant/Deceased | Sudah meninggal ATAU cedera tidak kompatibel dengan kehidupan | Comfort care/nyatakan meninggal | Tidak bernapas setelah buka jalan napas, cedera masif |
Algoritma START – Maks 60 detik per korban

CRT: Capillary Refill Time – Waktu Pengisian Kapiler (tekan kuku 5 detik, lepas, hitung waktu sampai warna kembali normal; normal <2 detik)
Latihan Kasus Triase:
Kasus 1: Perempuan, 30 tahun, menangis keras, memegang lengan kanan yang berdarah. Bisa berjalan sendiri. Luka terbuka di lengan, perdarahan tidak masif.
Pertanyaan: Warna apa? Jawaban🟢 HIJAU – bisa jalan = minor (meskipun berdarah, tapi tidak life-threatening)
Kasus 2: Laki-laki, 50 tahun, tergeletak, tidak sadar, napas 35×/menit, nadi radial tidak teraba.
Pertanyaan: Warna apa? Jawaban🔴 MERAH – napas >30/min DAN perfusi buruk = immediate
Kasus 3: Anak laki-laki, 8 tahun, tidak bernapas, buka jalan napas tetap tidak napas.
Pertanyaan: Warna apa? Jawaban⚫ HITAM – tidak napas setelah buka jalan napas = deceased (keputusan yang sulit tapi perlu)
B. Bantuan Hidup Dasar dan Lanjut (BHD/BHLD – Basic/Advanced Life Support)
C. Dekontaminasi untuk Bahaya CBRN
CBRN = Chemical, Biological, Radiological, Nuclear (Kimia, Biologi, Radiologi, Nuklir)
Contoh skenario: Kecelakaan truk tangki bahan kimia, korban terkontaminasi.
Prinsip: Dekontaminasi SEBELUM masuk RS (zona kotor → zona bersih)
D. Manajemen Mayat Massal (Mass Fatality Management)
Pos Penanganan Jenazah terpisah dari area perawatan (RSUP Sanglah, n.d.)
E. Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First Aid – PFA)
Bukan konseling mendalam, tapi:
- Dengarkan tanpa menghakimi
- Tenangkan
- Hubungkan dengan support system
- Berikan informasi praktis
Frekuensi Pelatihan Level 2: Setiap 6 bulan (skills decay jika tidak dilatih rutin)
Level 3: Pelatihan Kepemimpinan – MANAJER & KOMANDAN
Siapa: Direktur, Wakil Direktur, Kepala Seksi SKIRS
Topik Khusus:
- Pengambilan keputusan di bawah tekanan
- Komunikasi krisis
- Alokasi resources yang terbatas (ethical decision-making)
- Koordinasi multi-agensi
Frekuensi: Tahunan
Simulasi dan Latihan Bencana (Drills)
Mari kita pahami perbedaan jenis simulasi:
1. Latihan Meja (Tabletop Exercise) – TERMUDAH & TERMURAH
Apa: Diskusi skenario bencana, tidak ada mobilisasi fisik
Peserta: Duduk di meja meeting, diskusi “what if”
Skenario: “Jika gempa 7 SR terjadi jam 2 pagi, apa yang akan Anda lakukan?”
Kelebihan:
- Murah (hanya butuh ruangan & snack)
- Fokus pada decision-making
- Bisa sering dilakukan
Frekuensi: Setiap 3 bulan (quarterly)
2. Latihan Fungsional (Functional Exercise) – SEDANG
Apa: Aktivasi sistem komando dan komunikasi tanpa pasien simulasi
Contoh:
- Komandan Insiden dipanggil
- Pos Komando dibentuk
- Komunikasi diuji (apakah HT berfungsi?)
- Alur pelaporan dijalankan
Tidak dilakukan: Pasien simulasi, triase fisik
Frekuensi: Setiap 6 bulan (semi-annual)
3. Latihan Skala Penuh (Full-Scale Drill) – PALING LENGKAP
Apa: Simulasi penuh dengan pasien simulasi
Melibatkan:
- Semua staf RS
- BPBD, Polisi, PMI, Rumah Sakit jejaring
- Pasien simulasi dengan moulage (makeup luka realistis)
Evaluasi: Komprehensif dari deteksi sampai recovery
Frekuensi: Minimal setahun sekali (annual)
Tips Berbiaya Rendah untuk Simulasi:
💡 Kolaborasi: Ajak 3-4 RS tetangga simulasi bareng → bagi biaya
💡 Mahasiswa: Mahasiswa keperawatan/kedokteran jadi pasien simulasi → gratis, mereka juga belajar
💡 Skenario Lokal: Gunakan bencana yang pernah terjadi di daerah → lebih realistis
💡 Donasi: Minta sponsor dari perusahaan lokal (CSR)
Checkpoint Pemahaman:
- Jelaskan perbedaan pelatihan Level 1, 2, dan 3
- Mengapa triase START penting saat bencana massal?
- Jenis simulasi mana yang paling cocok untuk RS dengan budget terbatas? Mengapa?
[Karena panjangnya konten, saya akan melanjutkan dengan struktur yang sama untuk Langkah 2.3 (Logistik), 2.4 (Komunikasi), Fase 3 (Respons), Fase 4 (Pemulihan), dan bagian sisanya dengan gaya pembelajaran interaktif yang sama. Apakah Anda ingin saya lanjutkan dengan bagian-bagian tersebut, atau ada bagian spesifik yang ingin Anda fokuskan terlebih dahulu?]
REFERENSI
Kabuhung, M., & Kamaluddin, R. (2020). Hubungan hospital disaster plan simulation dengan kesiapsiagaan bencana perawat di RSUD Prambanan Kabupaten Sleman. Jurnal of Bionursing, 2(2), 128-137.
Lukas, D. C., Andriani, R., & Widjaja, Y. R. (2025). Evaluasi tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana berdasarkan hospital safety index di RSUD Lebong Provinsi Bengkulu. J-CEKI: Jurnal Cendekia Ilmiah. https://doi.org/10.xxx
Mishra, K. G., Patnaik, N., Pradhan, N. R., Mohapatra, A., & Saleem, S. M. (2025). Comparative descriptive analysis of hospital disaster preparedness using WHO safety index: A multi-center study from Eastern India. BMC Emergency Medicine, 25, 201. https://doi.org/10.1186/s12873-025-01248-2
RSUD KRMT Wongsonegoro. (2021). Hospital disaster plan pandemi COVID-19. https://ppid.rsud.semarangkota.go.id/
RSUP Sanglah. (n.d.). Pedoman penanganan bencana rumah sakit (Hospital disaster plan). https://adoc.pub/pedoman-penanganan-bencana-rumah-sakit-hospital-disaster-pla.html
Seminar Hospital Safety. (2017, April 21). Seminar hospital safety: Progress dan tantangannya. Kanal Pengetahuan FKKMK UGM. https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/seminar-hospital-safety-progress-dan-tantangannya/
Tanjung, S. Z., Desputri, S., Aulia, A., & Hasibuan, A. (2024). Analisis kesiapsiagaan di rumah sakit dalam menghadapi bencana. Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(5). https://gudangjurnal.com/index.php/gjmi/article/view/468
World Health Organization. (2015). Hospital safety index: Guide for evaluators (2nd ed.). WHO Press. https://www.who.int/publications/i/item/9789241548984
World Health Organization. (n.d.). Making hospitals safe in emergencies. https://www.who.int/activities/making-health-facilities-safe-in-emergencies-and-disasters

Tinggalkan komentar