A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

  1. Pendahuluan
  2. Definisi dan Konsep Pemeriksaan Antenatal
  3. Rekomendasi WHO tentang Pemeriksaan Antenatal
    1. Model Kontak Antenatal WHO
    2. Komponen Pemeriksaan Menurut WHO
  4. Standar Pelayanan Antenatal di Indonesia
    1. Standar Minimal Kunjungan
    2. Komponen Pemeriksaan ANC di Indonesia
  5. Jadwal dan Waktu Kunjungan Antenatal
  6. Kualitas dan Cakupan Layanan Antenatal
    1. Komponen Kualitas ANC
    2. Kesenjangan Kualitas di Indonesia
  7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal
    1. Faktor Sosiodemografi
    2. Faktor Sistem Kesehatan
    3. Faktor Pengetahuan dan Sikap
  8. Manfaat Pemeriksaan Antenatal
    1. Manfaat bagi Kesehatan Ibu
    2. Manfaat bagi Kesehatan Janin dan Bayi
    3. Manfaat Psikososial
  9. Tantangan dan Kesenjangan Implementasi
    1. Kesenjangan Kualitas vs Kuantitas
    2. Disparitas Regional dan Sosial
    3. Keterbatasan Sumber Daya
    4. Hambatan Sosial Budaya
    5. Integrasi Layanan
  10. Inovasi dan Strategi Peningkatan
    1. Teknologi Digital dan mHealth
    2. Pendekatan Berbasis Komunitas
    3. Optimalisasi Peran Tenaga Kesehatan
    4. Jaminan Kesehatan Universal
    5. Quality Improvement (QI) Initiatives
  11. Kesimpulan
  12. Daftar Pustaka

Pendahuluan

Kehamilan merupakan periode penting yang menentukan kesehatan ibu dan anak di masa depan. Setiap tahun, ratusan ribu perempuan di seluruh dunia masih mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan yang dapat mengancam jiwa. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2020, sekitar 287.000 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, sementara 2,4 juta bayi meninggal dalam 28 hari pertama kehidupan. Di Indonesia, Angka Kematian Ibu masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang serius, dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2024 sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatal 10 per 1.000 kelahiran hidup.

Pemeriksaan antenatal atau Antenatal Care (ANC) telah terbukti sebagai strategi utama dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi. Melalui pemeriksaan rutin selama kehamilan, berbagai komplikasi dapat dideteksi lebih dini dan ditangani secara tepat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang pemeriksaan antenatal, mulai dari konsep dasar, rekomendasi internasional, standar pelayanan di Indonesia, hingga tantangan implementasinya.

Definisi dan Konsep Pemeriksaan Antenatal

Pemeriksaan antenatal adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil sejak terjadinya konsepsi hingga sebelum dimulainya proses persalinan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021, pelayanan kesehatan masa kehamilan merupakan setiap kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan yang bersifat komprehensif dan berkualitas.

Tujuan utama pemeriksaan antenatal meliputi pemantauan kesehatan dan keselamatan ibu serta janin, deteksi dini komplikasi kehamilan, pemberian intervensi yang diperlukan, persiapan persalinan, dan promosi gaya hidup sehat. Penelitian terbaru dari Kamboja menunjukkan bahwa meskipun cakupan kunjungan ANC minimal empat kali meningkat dari 7,5% pada tahun 2000 menjadi 78,2% pada tahun 2021, kualitas pelayanan yang diberikan masih bervariasi dengan kurang dari setengah perempuan menerima semua layanan ANC yang direkomendasikan (Peng et al., 2025).

Konsep pemeriksaan antenatal telah berkembang dari sekadar kunjungan rutin menjadi kontak aktif antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan. WHO menggunakan istilah “kontak” (contact) bukan “kunjungan” (visit) untuk menekankan pentingnya interaksi bermakna yang memberikan dukungan menyeluruh, bukan sekadar pemeriksaan fisik semata.

Rekomendasi WHO tentang Pemeriksaan Antenatal

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan pedoman komprehensif tentang pemeriksaan antenatal melalui publikasi “WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience” yang pertama kali diterbitkan tahun 2016. Pedoman ini merupakan panduan global berbasis bukti ilmiah untuk pelayanan antenatal rutin yang bertujuan tidak hanya mencegah kematian dan kesakitan, tetapi juga memastikan pengalaman kehamilan yang positif bagi setiap perempuan.

Model Kontak Antenatal WHO

WHO merekomendasikan minimal delapan kontak antenatal selama kehamilan untuk menurunkan mortalitas perinatal dan meningkatkan pengalaman perawatan perempuan. Model kontak ini meningkatkan jumlah dari rekomendasi sebelumnya yang hanya empat kunjungan. Jadwal kontak yang direkomendasikan adalah:

  • Kontak pertama: trimester pertama (hingga 12 minggu kehamilan)
  • Kontak berikutnya: minggu ke-20, 26, 30, 34, 36, 38, dan 40

Model baru ini meningkatkan kesempatan untuk mendeteksi komplikasi, memperbaiki komunikasi antara tenaga kesehatan dan ibu hamil, serta meningkatkan kemungkinan keluaran kehamilan yang positif. Studi komparatif pedoman ANC dari berbagai negara menunjukkan bahwa meskipun terdapat variasi dalam praktik klinis, rekomendasi WHO tetap menjadi acuan utama terutama untuk negara dengan status sosioekonomi menengah ke bawah (Boureka et al., 2024).

Komponen Pemeriksaan Menurut WHO

Pedoman WHO mencakup 49 rekomendasi yang terbagi dalam beberapa kategori:

1. Intervensi Nutrisi: Suplementasi asam folat, zat besi, kalsium, serta konseling diet seimbang dan aktivitas fisik.

2. Penilaian Maternal dan Fetal: Pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan urin untuk deteksi bakteriuria dan proteinuria, tes darah untuk anemia dan golongan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, deteksi denyut jantung janin, serta ultrasonografi untuk estimasi usia kehamilan dan deteksi anomali janin.

3. Tindakan Preventif: Imunisasi tetanus, pencegahan dan pengobatan anemia, profilaksis malaria di daerah endemis, serta tes HIV dengan konseling.

4. Intervensi untuk Gejala Fisiologis: Penanganan mual, muntah, nyeri punggung, konstipasi, varises, dan edema fisiologis.

5. Intervensi Sistem Kesehatan: Mobilisasi komunitas, optimalisasi peran tenaga kesehatan, dan peningkatan kualitas layanan ANC.

Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa intervensi berbasis teknologi seperti pesan teks melalui telepon genggam (mHealth) dapat meningkatkan kontak ANC dan persalinan terampil secara signifikan dibandingkan perawatan standar (Mwaisaka et al., 2025).

Standar Pelayanan Antenatal di Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu tahun 2020 telah menetapkan standar pelayanan antenatal yang komprehensif. Indonesia mengadopsi konsep pelayanan antenatal terpadu yang tidak hanya fokus pada kesehatan maternal dan fetal, tetapi juga mengintegrasikan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, serta penyakit menular dan tidak menular.

Standar Minimal Kunjungan

Indonesia merekomendasikan minimal empat kunjungan ANC selama kehamilan, yang dikenal dengan istilah K1 hingga K4. Target nasional yang ditetapkan adalah 85% cakupan pelayanan antenatal di seluruh Indonesia. Namun, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan cakupan ANC minimal empat kali baru mencapai 77,4%, masih jauh dari target tahun 2024 sebesar 95% (Thamrin et al., 2023).

Penelitian terbaru tentang pemanfaatan layanan kebidanan di Indonesia yang menganalisis data SDKI 2012-2017 menunjukkan bahwa bidan memainkan peran penting sebagai penyedia layanan yang dapat diakses dan dipercaya, dengan beberapa faktor yang secara konsisten memengaruhi pemanfaatan layanan termasuk usia ibu yang lebih muda, pendidikan menengah, status pernikahan, tempat tinggal di pedesaan, dan frekuensi kunjungan ANC yang lebih tinggi (Mulyono et al., 2025).

Komponen Pemeriksaan ANC di Indonesia

Standar pemeriksaan antenatal terpadu di Indonesia mencakup komponen “10T” yang terdiri dari:

  1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan: Untuk menilai status gizi dan memantau pertambahan berat badan selama kehamilan.
  2. Ukur Tekanan Darah: Deteksi dini hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia.
  3. Nilai Status Gizi: Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk skrining Kurang Energi Kronis (KEK).
  4. Ukur Tinggi Fundus Uteri: Untuk memantau pertumbuhan janin.
  5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin: Pemeriksaan Leopold dan auskultasi denyut jantung janin.
  6. Skrining Status Imunisasi Tetanus: Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid sesuai status imunisasi.
  7. Pemberian Tablet Tambah Darah: Minimal 90 tablet selama kehamilan untuk pencegahan anemia.
  8. Test Laboratorium: Pemeriksaan hemoglobin, golongan darah, glukosa darah, protein urin, serta tes HIV dan sifilis.
  9. Tatalaksana Kasus: Penanganan temuan kelainan atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
  10. Temu Wicara: Konseling dan edukasi tentang tanda bahaya kehamilan, nutrisi, persiapan persalinan, ASI eksklusif, KB, dan pencegahan penyakit menular.

Studi di Madagascar menunjukkan bahwa meskipun cakupan layanan ANC tinggi, kualitas layanan masih bervariasi antar wilayah. Analisis menggunakan Generalized Additive Models mengidentifikasi hubungan non-linear yang signifikan antara pemantauan tekanan darah dan tes darah dengan Angka Kematian Ibu, menunjukkan adanya efek ambang batas yang perlu diperhatikan dalam implementasi program (Bemanana et al., 2025).

Jadwal dan Waktu Kunjungan Antenatal

Waktu yang tepat untuk memulai dan melanjutkan pemeriksaan antenatal sangat penting untuk memaksimalkan manfaat deteksi dini komplikasi. Kontak pertama idealnya dilakukan pada trimester pertama, sebaiknya sebelum usia kehamilan 12 minggu. Kontak dini ini memungkinkan penetapan usia kehamilan yang akurat, skrining risiko, dan intervensi preventif seperti suplementasi asam folat yang penting untuk mencegah defek tabung saraf.

Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa waktu kunjungan ANC pertama dan jumlah total kunjungan sangat memengaruhi kelengkapan layanan yang diterima. Faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan kunjungan ANC meliputi pendidikan ibu, status pekerjaan suami, pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, jarak ke fasilitas kesehatan, dan status ekonomi (Thamrin et al., 2023).

Studi tentang disparitas regional dalam pemanfaatan ANC di Indonesia menggunakan data SDKI 2017 menunjukkan bahwa perempuan di wilayah Indonesia Timur, perempuan dengan pendidikan rendah, perempuan dari keluarga miskin, dan perempuan tanpa asuransi kesehatan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk menyelesaikan minimal empat kunjungan ANC (Laksono et al., 2020).

Kualitas dan Cakupan Layanan Antenatal

Kualitas layanan antenatal tidak hanya diukur dari jumlah kunjungan, tetapi juga dari kelengkapan komponen layanan yang diberikan. Konsep effective coverage menekankan pentingnya tidak hanya akses layanan tetapi juga kualitas layanan yang diterima. Penelitian di Kamboja menunjukkan bahwa meskipun 78,2% perempuan menghadiri minimal empat kunjungan ANC pada tahun 2021, hanya 22,7% yang menerima perawatan maternal berkelanjutan yang disesuaikan dengan kualitas (quality-adjusted continuous maternity care) (Peng et al., 2025).

Komponen Kualitas ANC

Kualitas ANC mencakup beberapa dimensi:

  1. Kelengkapan Pemeriksaan: Mencakup semua komponen yang direkomendasikan seperti pengukuran tekanan darah, tes darah dan urin, pemeriksaan abdomen, dan suplementasi zat besi.
  2. Kompetensi Tenaga Kesehatan: Kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan layanan sesuai standar dan mendeteksi komplikasi.
  3. Komunikasi dan Konseling: Pemberian informasi yang adekuat tentang kehamilan, tanda bahaya, nutrisi, dan persiapan persalinan.
  4. Kontinuitas Perawatan: Keterkaitan antara layanan antenatal, intranatal, dan postnatal.
  5. Respect and Dignity: Perlakuan yang menghormati martabat ibu hamil dan memperhatikan preferensi serta kebutuhan mereka.

Studi tentang kualitas layanan antenatal di China menunjukkan bahwa cakupan perawatan maternal, pembiayaan kesehatan, dan urbanisasi merupakan faktor-faktor yang terkait dengan penurunan substansial kematian maternal di China Timur dan Barat selama periode 2004-2020 (Zeng et al., 2025).

Kesenjangan Kualitas di Indonesia

Meskipun cakupan ANC di Indonesia relatif tinggi (96% untuk minimal satu kunjungan), masih terdapat kesenjangan dalam kualitas layanan yang diberikan. Penelitian menunjukkan variasi signifikan dalam penerimaan komponen layanan ANC yang direkomendasikan. Tidak semua ibu hamil menerima pemeriksaan lengkap seperti tes urin, tes darah, atau konseling komprehensif tentang tanda bahaya kehamilan.

Studi tentang disparitas regional menunjukkan bahwa wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat berada dalam posisi kurang menguntungkan dalam akses terhadap layanan ANC dan persalinan aman. Selain perbedaan kekayaan dan pendidikan, perbedaan regional secara signifikan memengaruhi pemanfaatan layanan ANC di tujuh wilayah Indonesia (Suparmi & Pradnyani, 2017).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal

Pemanfaatan layanan antenatal dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling terkait. Model perilaku kesehatan Andersen mengidentifikasi tiga kategori utama faktor yang memengaruhi akses dan pemanfaatan layanan kesehatan: faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor kebutuhan (need factors).

Faktor Sosiodemografi

Pendidikan: Tingkat pendidikan ibu secara konsisten terbukti menjadi prediktor kuat pemanfaatan ANC. Perempuan dengan pendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang pentingnya ANC dan lebih mampu mengakses informasi kesehatan. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan menengah ke atas secara signifikan meningkatkan kemungkinan menyelesaikan minimal empat kunjungan ANC.

Usia: Usia ibu saat hamil memengaruhi pemanfaatan ANC. Studi menunjukkan bahwa ibu muda (nullipara) memiliki peluang lebih rendah untuk memanfaatkan layanan antenatal secara optimal dibandingkan ibu dengan paritas 1-3 anak.

Status Ekonomi: Kemampuan ekonomi keluarga sangat memengaruhi akses terhadap layanan kesehatan. Meskipun Indonesia telah menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), masih terdapat hambatan finansial seperti biaya transportasi, kehilangan pendapatan karena meninggalkan pekerjaan, dan biaya tidak langsung lainnya.

Tempat Tinggal: Disparitas urban-rural tetap menjadi isu penting. Perempuan di daerah pedesaan dan terpencil menghadapi hambatan geografis, keterbatasan fasilitas kesehatan, dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih.

Faktor Sistem Kesehatan

Ketersediaan dan Aksesibilitas Layanan: Jarak ke fasilitas kesehatan, ketersediaan transportasi, dan jam operasional layanan memengaruhi akses ANC. Penelitian menunjukkan bahwa jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan secara signifikan menurunkan kemungkinan kunjungan ANC yang lengkap.

Kualitas Layanan: Persepsi tentang kualitas layanan, termasuk kompetensi tenaga kesehatan, ketersediaan peralatan dan obat-obatan, serta perlakuan yang diterima, memengaruhi keputusan perempuan untuk memanfaatkan layanan ANC.

Kepemilikan Asuransi Kesehatan: Studi menunjukkan bahwa perempuan dengan asuransi kesehatan (JKN/KIS) memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengakses perawatan maternal yang disesuaikan dengan kualitas.

Faktor Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan tentang Tanda Bahaya Kehamilan: Pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan secara signifikan memengaruhi motivasi untuk melakukan ANC. Penelitian di Afghanistan menunjukkan bahwa kesadaran tentang penyakit periodontal dan dampaknya terhadap kehamilan masih sangat rendah di kalangan ibu hamil (Homayoun et al., 2025).

Dukungan Keluarga: Dukungan dari suami dan keluarga, termasuk keterlibatan suami dalam pengambilan keputusan kesehatan, terbukti meningkatkan pemanfaatan layanan maternal. Studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami dan status pekerjaan suami memengaruhi kelengkapan kunjungan ANC istri.

Manfaat Pemeriksaan Antenatal

Pemeriksaan antenatal yang berkualitas memberikan berbagai manfaat penting bagi kesehatan ibu dan bayi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Manfaat bagi Kesehatan Ibu

Deteksi Dini Komplikasi: ANC memungkinkan deteksi dini kondisi berbahaya seperti preeklampsia, eklampsia, diabetes gestasional, anemia berat, dan infeksi. Deteksi dini memungkinkan intervensi tepat waktu yang dapat mencegah morbiditas dan mortalitas maternal.

Pencegahan Penyakit: Melalui imunisasi tetanus, pencegahan malaria di daerah endemis, skrining dan pengobatan HIV, serta deteksi dan pengobatan infeksi saluran kemih, ANC dapat mencegah berbagai penyakit yang mengancam kesehatan ibu dan janin.

Penanganan Anemia: Pemberian tablet tambah darah dan konseling nutrisi dapat mencegah dan mengatasi anemia yang merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.

Persiapan Persalinan: ANC memberikan kesempatan untuk konseling tentang rencana persalinan, termasuk pemilihan tempat persalinan yang aman, persiapan transportasi dan dana darurat, serta pengenalan tanda-tanda persalinan.

Manfaat bagi Kesehatan Janin dan Bayi

Pemantauan Pertumbuhan Janin: Melalui pengukuran tinggi fundus uteri dan ultrasonografi, pertumbuhan janin dapat dipantau dan kelainan pertumbuhan dapat dideteksi lebih awal.

Deteksi Anomali Kongenital: Ultrasonografi antenatal dapat mendeteksi berbagai anomali struktural janin seperti kelainan jantung kongenital, defek tabung saraf, dan kelainan organ lainnya. Penelitian tentang malformasi paru kongenital menunjukkan bahwa penanda prenatal berbasis ultrasonografi dan MRI dapat memprediksi kebutuhan intervensi dini pada neonatus (Lee et al., 2025).

Pencegahan Transmisi Vertikal Infeksi: Skrining dan pengobatan HIV, hepatitis B, dan sifilis dapat mencegah penularan dari ibu ke bayi. WHO merekomendasikan pencegahan paparan pra-pajanan (pre-exposure prophylaxis/PrEP) HIV untuk ibu hamil dengan risiko substansial infeksi HIV.

Optimalisasi Berat Lahir: Intervensi nutrisi melalui ANC dapat meningkatkan berat lahir bayi dan mengurangi risiko bayi berat lahir rendah, meskipun beberapa studi menunjukkan hasil yang paradoksal perlu investigasi lebih lanjut (Mwaisaka et al., 2025).

Manfaat Psikososial

Dukungan Emosional: Kontak rutin dengan tenaga kesehatan memberikan dukungan emosional dan psikologis yang penting selama kehamilan. Penelitian menunjukkan pentingnya memperhatikan kesehatan mental ibu hamil dan rujukan tepat waktu ke spesialis jika diperlukan.

Pendidikan Kesehatan: ANC menjadi platform penting untuk pendidikan kesehatan tentang nutrisi, aktivitas fisik, penghindaran zat berbahaya (alkohol, rokok, narkoba), persiapan menyusui, dan perawatan bayi baru lahir.

Pemberdayaan Perempuan: Melalui konseling dan edukasi, perempuan menjadi lebih berpengetahuan dan berdaya dalam mengambil keputusan tentang kesehatan mereka dan bayinya.

Tantangan dan Kesenjangan Implementasi

Meskipun manfaat ANC telah terbukti secara ilmiah, implementasi layanan ANC yang berkualitas menghadapi berbagai tantangan di Indonesia dan negara berkembang lainnya.

Kesenjangan Kualitas vs Kuantitas

Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan antara cakupan kuantitas dan kualitas layanan. Data menunjukkan bahwa meskipun cakupan ANC minimal satu kali di Indonesia mencapai 96%, kelengkapan empat kunjungan hanya 77,4%, dan lebih penting lagi, proporsi perempuan yang menerima semua komponen layanan yang direkomendasikan masih rendah. Fenomena ini menunjukkan bahwa fokus tidak boleh hanya pada peningkatan cakupan tetapi juga pada peningkatan kualitas layanan.

Disparitas Regional dan Sosial

Kesenjangan signifikan masih terjadi antara wilayah urban dan rural, serta antara kelompok sosial ekonomi berbeda. Wilayah Indonesia Timur secara konsisten menunjukkan cakupan dan kualitas ANC yang lebih rendah dibandingkan Indonesia Barat. Perempuan dari keluarga miskin, perempuan dengan pendidikan rendah, dan perempuan tanpa asuransi kesehatan menghadapi hambatan lebih besar dalam mengakses layanan ANC yang berkualitas.

Penelitian di Somalia menunjukkan situasi yang lebih ekstrem dimana hanya 31% perempuan menghadiri minimal satu kunjungan ANC, dengan penggunaan sulfadoxine-pyrimethamine (SP) untuk pencegahan malaria dalam kehamilan sangat rendah (6,3%). Temuan paradoks menunjukkan penggunaan SP yang lebih rendah pada mereka yang menghadiri lebih banyak kunjungan ANC, menunjukkan masalah serius dalam kualitas layanan dan ketersediaan obat (Ali et al., 2025).

Keterbatasan Sumber Daya

Banyak fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil, menghadapi keterbatasan sumber daya termasuk:

  • Tenaga Kesehatan: Kekurangan dokter spesialis kandungan, bidan terlatih, dan tenaga kesehatan lainnya terutama di daerah rural.
  • Infrastruktur dan Peralatan: Keterbatasan peralatan diagnostik seperti ultrasonografi, laboratorium untuk tes darah dan urin, serta obat-obatan esensial.
  • Sistem Informasi: Lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan yang menghambat monitoring dan evaluasi program.

Hambatan Sosial Budaya

Faktor sosial budaya seperti norma gender, keterlibatan pengambilan keputusan dalam keluarga, stigma terkait kondisi kesehatan tertentu (misalnya HIV), dan kepercayaan tradisional tentang kehamilan masih menjadi hambatan dalam pemanfaatan layanan ANC di beberapa komunitas.

Integrasi Layanan

Meskipun konsep pelayanan antenatal terpadu telah diadopsi di Indonesia, integrasi layanan dalam praktik masih menghadapi tantangan. Koordinasi antara program vertikal (imunisasi, TB, HIV, malaria) dengan layanan ANC rutin memerlukan sistem yang kuat dan pelatihan tenaga kesehatan yang memadai.

Inovasi dan Strategi Peningkatan

Berbagai inovasi dan strategi telah dikembangkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan ANC.

Teknologi Digital dan mHealth

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menunjukkan hasil menjanjikan. Studi di Kenya menunjukkan bahwa intervensi pesan teks melalui telepon genggam secara signifikan meningkatkan kontak ANC dan persalinan terampil (Mwaisaka et al., 2025). Platform SATUSEHAT di Indonesia merupakan upaya integrasi data kesehatan digital yang dapat meningkatkan kontinuitas perawatan dan monitoring program.

Pendekatan Berbasis Komunitas

Mobilisasi komunitas melalui siklus pembelajaran dan aksi partisipatif dengan kelompok perempuan terbukti efektif meningkatkan pemanfaatan layanan maternal. Pendekatan ini memberdayakan perempuan dan komunitas untuk mengidentifikasi masalah dan mengembangkan solusi lokal.

Optimalisasi Peran Tenaga Kesehatan

Model perawatan dengan berbagi tugas (task-sharing) di mana bidan dan perawat terlatih diberikan kewenangan untuk melakukan beberapa prosedur yang sebelumnya hanya dilakukan dokter, dapat meningkatkan aksesibilitas layanan terutama di daerah dengan keterbatasan tenaga dokter.

Jaminan Kesehatan Universal

Program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia bertujuan menghilangkan hambatan finansial dalam akses layanan kesehatan. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan program ini penting untuk memastikan tidak ada ibu hamil yang tertinggal karena alasan ekonomi.

Quality Improvement (QI) Initiatives

Inisiatif peningkatan kualitas menggunakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi kesenjangan dan mengimplementasikan perubahan. Review tentang inisiatif QI dalam nutrisi maternal, bayi, anak, dan remaja di India menunjukkan bahwa metodologi QI dapat diterapkan secara efektif pada berbagai kelompok spesifik, menghasilkan perbaikan signifikan dalam hasil kesehatan dan nutrisi (Singh et al., 2025).

Kesimpulan

Pemeriksaan antenatal merupakan investasi kesehatan yang sangat penting untuk masa depan ibu dan anak. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa ANC yang berkualitas dapat secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal melalui deteksi dini komplikasi, intervensi preventif, dan persiapan persalinan yang memadai.

Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan cakupan layanan ANC, namun tantangan signifikan masih tersisa dalam hal kualitas layanan dan ekuitas akses. Kesenjangan regional dan sosial ekonomi dalam pemanfaatan ANC memerlukan intervensi yang ditargetkan dan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan kelompok rentan.

Rekomendasi WHO untuk minimal delapan kontak antenatal dengan komponen layanan yang komprehensif menyediakan kerangka kerja berbasis bukti yang dapat diadaptasi sesuai konteks lokal. Implementasi efektif memerlukan komitmen politik, alokasi sumber daya yang memadai, penguatan sistem kesehatan, pelatihan tenaga kesehatan, dan pemberdayaan perempuan serta komunitas.

Inovasi seperti teknologi digital (mHealth), pendekatan berbasis komunitas, dan inisiatif peningkatan kualitas menunjukkan hasil menjanjikan dan perlu diperluas. Kunci keberhasilan terletak pada pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada peningkatan cakupan tetapi juga pada kualitas layanan, respek terhadap martabat perempuan, dan pengalaman kehamilan yang positif.

Ke depan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi strategi implementasi yang paling efektif dalam konteks Indonesia, termasuk evaluasi model pelayanan terintegrasi dan dampak jangka panjang dari intervensi ANC terhadap kesehatan ibu dan anak. Kolaborasi multisektoral dan partisipasi aktif masyarakat sipil akan menjadi kunci dalam mewujudkan akses universal terhadap layanan antenatal yang berkualitas sebagai bagian dari upaya mencapai cakupan kesehatan universal dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.


Daftar Pustaka

Ali, A. O., Abdillahi, H. A., Nadarajah, S., Muse, A. H., & Hared, Y. A. (2025). Factors associated with intermittent preventive treatment (IPTp-SP) use for malaria during pregnancy in Somalia: A multilevel analysis of the 2020 demographic and health survey. Malaria Journal, 24. https://doi.org/10.1186/s12936-025-05673-3

Bemanana, H. S., Razafaindraibe, A. F., & Rafamantanantsoa, S. (2025). Quality of antenatal care and maternal mortality in Madagascar: Analysis of regional disparities and non-linear modeling. Journal of Family & Reproductive Health, 19(3), 174-183. https://doi.org/10.18502/jfrh.v19i3.20055

Boureka, E., Tsakiridis, I., Kostakis, N., Giouleka, S., Mamopoulos, A., Kalogiannidis, I., Athanasiadis, A., & Dagklis, T. (2024). Antenatal care: A comparative review of guidelines. Obstetrical & Gynecological Survey, 79(5), 290-303. https://doi.org/10.1097/OGX.0000000000001261

Homayoun, F., Hamayoun, M. J., Hamrah, S., Hamayoun, T., Eshraqi, A. M., Alipour, F., & Hamrah, M. H. (2025). Awareness, attitude, and knowledge regarding periodontal disease among pregnant women in Kunduz, Afghanistan. Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry, 17, 587-593. https://doi.org/10.2147/CCIDE.S559172

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual. Kementerian Kesehatan RI.

Laksono, A. D., Wulandari, R. D., & Soedirham, O. (2020). Regional disparities in antenatal care utilization in Indonesia. PLoS ONE, 15(2), e0224006. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0224006

Lee, J., Joseph, S., Pape, K., Wise, R., Aghajani, F., Hunter, C., Groh, E., Shanks, A., Forbes-Amrhein, M., Brown, B. P., Mustafa, H. J., & Gray, B. (2025). Prenatal imaging predicts need for early intervention in neonates with congenital lung malformations. Journal of Surgical Research, 317, 289-296. https://doi.org/10.1016/j.jss.2025.11.045

Mulyono, S., Thummapol, O., Lin, Y. C., Yunita, N., Rahayu, F., Chung, M. H., & Chen, Y. C. (2025). Trends and determinants of antenatal, intranatal, and postnatal care utilization among Indonesian women (2012-2017): Associated factors in midwifery service utilization between midwives and other health professionals. BMC Pregnancy and Childbirth. https://doi.org/10.1186/s12884-025-07418-8

Mwaisaka, J., Ganle, J., Manu, A., & Torpey, K. (2025). Improving maternal outcomes of young mothers through mobile health (mHealth) and community-based interventions: Evidence from a quasi-experimental trial in Kwale County, Coastal Kenya. PLoS ONE, 20(12), e0320996. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0320996

Peng, H., Zhang, Y., Jia, P., & Long, Q. (2025). Trends and equity in continuous maternity care utilization in Cambodia, 2000-2021. International Journal of Health Planning and Management. https://doi.org/10.1002/hpm.70051

Singh, M., Kaur, R., Pandey, G., Khanam, A., Vohra, K., & Yadav, K. (2025). Quality improvement initiatives in maternal, infant, young child, and adolescent nutrition (MIYCAN) in India: A scoping review. Journal of Family Medicine and Primary Care, 14(11), 4503-4512. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_367_25

Suparmi, & Pradnyani, P. E. (2017). Regional differences in usage of antenatal care and safe delivery services in Indonesia: Findings from a nationally representative survey. BMJ Open, 7(2), e013408. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-013408

Thamrin, N., Baktiar, A. F., Addawiyah, F. A., Husna, M., & Irwati, T. (2023). Determinants of antenatal care visits in Indonesia with Synthetic Minority Over-Sampling Techniques for imbalance data. Indonesian Journal of Statistics and Its Applications, 7(3), 677-692. https://doi.org/10.29244/ijsa.v7i3.998

World Health Organization. (2016). WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. World Health Organization. https://www.who.int/publications/i/item/9789241549912

Zeng, X., Yang, D., Li, S., Hua, X., Wang, Y., Zhang, J., & Liu, Z. (2025). Social and health system factors associated with maternal mortality in Eastern and Western China: Population health estimates using provincial-level data. PLoS Medicine, 22(12), e1004837. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1004837


Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan literatur ilmiah terbaru yang diperoleh dari PubMed, pedoman WHO, dan kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Semua referensi tercantum lengkap dalam format APA untuk memudahkan penelusuran lebih lanjut.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar