Kita hidup berdampingan dengan jutaan mikroorganisme setiap hari. Salah satunya adalah jamur. Meskipun seringkali kita mengasosiasikan jamur dengan makanan (seperti tempe atau jamur kancing) atau masalah kulit ringan (panu), ada jenis jamur tertentu yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, terutama pada organ pernapasan. Salah satu infeksi jamur yang paling signifikan secara medis adalah Aspergillosis.
Mungkin istilah ini terdengar asing bagi sebagian orang, namun di dunia medis—terutama di negara tropis dengan kelembapan tinggi seperti Indonesia—kasus ini bukanlah hal yang langka. Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu Aspergillosis, siapa yang berisiko, dan bagaimana penanganannya berdasarkan pedoman medis terkini.
- Apa Itu Aspergillosis?
- Jenis-Jenis Aspergillosis
- Faktor Risiko: Siapa yang Harus Waspada?
- Gejala dan Tanda Peringatan
- Bagaimana Dokter Mendiagnosis?
- Penatalaksanaan dan Pengobatan
- Pencegahan: Bisakah Kita Menghindarinya?
- Kesimpulan
Apa Itu Aspergillosis?
Aspergillosis adalah infeksi, reaksi alergi, atau pertumbuhan jamur yang disebabkan oleh jamur dari genus Aspergillus. Jamur ini sebenarnya ada di mana-mana; di tanah, tumpukan kompos, daun yang membusuk, debu rumah, hingga di udara yang kita hirup sehari-hari.
Ada sekitar 180 spesies Aspergillus, namun yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia adalah Aspergillus fumigatus. Bagi kebanyakan orang dengan sistem kekebalan tubuh (imun) yang sehat, menghirup spora Aspergillus tidak berbahaya. Sistem kekebalan tubuh kita secara alami akan memusnahkan spora tersebut sebelum mereka berkembang biak.
Namun, ceritanya berbeda bagi individu dengan sistem imun yang lemah atau memiliki penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya. Pada kelompok ini, spora jamur dapat “hinggap”, tumbuh, dan menyebabkan kerusakan.

Jenis-Jenis Aspergillosis
Manifestasi klinis dari Aspergillosis sangat bervariasi, tergantung pada bagaimana sistem imun tubuh bereaksi terhadap jamur tersebut. Secara umum, penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori utama:
1. Aspergillosis Bronkopulmoner Alergi (ABPA)
Ini adalah reaksi alergi tubuh terhadap spora jamur Aspergillus. Sistem imun bereaksi berlebihan, menyebabkan peradangan pada saluran napas.
- Siapa yang terkena? Sering terjadi pada penderita asma atau Cystic Fibrosis.
- Gejala: Mengi (napas berbunyi), sesak napas, batuk, dan demam ringan.
2. Aspergillosis Paru Kronis (CPA) & Aspergiloma
Kondisi ini terjadi ketika jamur tumbuh di dalam rongga paru-paru yang sudah terbentuk sebelumnya akibat penyakit lain, seperti Tuberkulosis (TBC) atau Sarkoidosis.
- Aspergiloma: Sering disebut sebagai “bola jamur” (fungal ball). Jamur tumbuh menggumpal membentuk bola di dalam rongga paru bekas TBC. Ini sangat relevan di Indonesia mengingat tingginya angka kasus TBC.
- Gejala: Batuk kronis, penurunan berat badan, lelah, dan yang paling khas adalah hemoptisis (batuk darah).
3. Aspergillosis Invasif
Ini adalah bentuk yang paling parah dan mematikan. Infeksi tidak hanya diam di paru-paru, tetapi “menginvasi” jaringan pembuluh darah dan dapat menyebar ke organ lain seperti otak, jantung, atau ginjal.
- Siapa yang terkena? Pasien dengan sistem imun sangat lemah (pasien kemoterapi, transplantasi organ, atau HIV/AIDS stadium lanjut).
- Gejala: Demam tinggi yang tidak mempan dengan antibiotik, nyeri dada pleuritik (nyeri saat menarik napas), sesak napas berat, hingga gejala neurologis jika menyebar ke otak.
Catatan Penting: Belakangan ini, dikenal juga istilah CAPA (COVID-19 Associated Pulmonary Aspergillosis), yaitu infeksi Aspergillosis invasif yang menyerang pasien COVID-19 dengan kondisi kritis di ICU akibat kerusakan paru yang parah dan penggunaan obat penekan imun.
Faktor Risiko: Siapa yang Harus Waspada?
Seperti disebutkan sebelumnya, jamur ini oportunistik—ia mengambil kesempatan saat pertahanan tubuh lengah. Faktor risiko utamanya meliputi:
- Neutropenia: Kondisi di mana jumlah sel darah putih (neutrofil) sangat rendah, biasanya akibat kemoterapi kanker.
- Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang: Obat radang ini jika dipakai dosis tinggi dan lama dapat menekan sistem imun.
- Riwayat Tuberkulosis (TBC): Paru-paru yang memiliki kavitas (lubang/rongga) bekas TBC adalah “rumah idaman” bagi Aspergillus untuk membentuk bola jamur.
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
- Pasien Transplantasi: Karena harus meminum obat anti-penolakan yang menekan imun seumur hidup.
Gejala dan Tanda Peringatan
Gejala Aspergillosis sering kali mirip dengan infeksi paru lainnya, yang membuat diagnosis kadang terlambat. Segera konsultasikan ke dokter jika Anda memiliki faktor risiko di atas dan mengalami:
- Batuk darah (bisa bercak atau darah segar dalam jumlah banyak).
- Nyeri dada atau nyeri sendi.
- Kesulitan bernapas yang memburuk.
- Demam yang tidak turun.
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
Bagaimana Dokter Mendiagnosis?
Mendiagnosis Aspergillosis memerlukan kombinasi dari beberapa pemeriksaan medis canggih. Dokter tidak bisa hanya melihat dari gejala fisik saja.
- Pencitraan (Imaging): Rontgen dada (X-ray) atau yang lebih detail CT Scan Toraks. Pada Aspergillosis invasif, dokter mencari tanda khas seperti halo sign (area buram di sekitar lesi paru).
- Kultur Dahak: Mengambil sampel dahak pasien untuk dibiakkan di laboratorium guna melihat apakah jamur Aspergillus tumbuh.
- Tes Darah Galaktomanan: Galaktomanan adalah molekul yang terdapat pada dinding sel jamur Aspergillus. Jika terdeteksi dalam darah, ini tanda kuat adanya infeksi invasif.
- Biopsi: Mengambil sedikit jaringan paru untuk dilihat di bawah mikroskop. Ini adalah standar baku emas (gold standard) untuk diagnosis pasti, namun berisiko tinggi bagi pasien yang kondisinya tidak stabil.
Penatalaksanaan dan Pengobatan
Pengobatan Aspergillosis sangat bergantung pada jenisnya. Tidak semua kasus memerlukan obat yang sama.
- Observasi: Untuk Aspergiloma kecil yang tidak menimbulkan gejala, dokter mungkin hanya akan memantau secara berkala.
- Obat Antijamur (Antifungal):
- Voriconazole adalah obat pilihan utama (lini pertama) untuk Aspergillosis Invasif menurut pedoman IDSA (Infectious Diseases Society of America).
- Itraconazole dan Posaconazole juga sering digunakan untuk kasus kronis atau alergi.
- Amphotericin B digunakan pada kasus berat atau jika obat lain tidak tersedia/tidak cocok.
- Peringatan: Obat antijamur sistemik memiliki efek samping yang perlu dipantau ketat, seperti gangguan fungsi hati.
- Pembedahan (Operasi): Pada kasus Aspergiloma di mana bola jamur menyebabkan batuk darah hebat yang mengancam nyawa, operasi pengangkatan bagian paru yang terinfeksi mungkin diperlukan.
- Embolisasi Arteri Bronkial: Prosedur non-bedah untuk menghentikan pendarahan pada batuk darah dengan cara menyumbat pembuluh darah yang pecah.
Pencegahan: Bisakah Kita Menghindarinya?
Sangat sulit untuk menghindari spora Aspergillus sepenuhnya karena mereka ada di udara. Namun, bagi pasien dengan risiko tinggi (imun lemah), langkah berikut sangat disarankan:
- Hindari area berdebu: Seperti lokasi konstruksi atau penggalian tanah.
- Gunakan Masker N95: Jika terpaksa harus melewati area berdebu atau berkebun.
- Filter Udara: Menggunakan penyaring udara HEPA (High-Efficiency Particulate Air) di kamar tidur pasien berisiko tinggi dapat membantu mengurangi jumlah spora.
- Profilaksis: Dokter mungkin memberikan obat antijamur dosis rendah sebagai pencegahan bagi pasien transplantasi atau pasien leukemia selama periode kritis.
Kesimpulan
Aspergillosis adalah bukti nyata bahwa mikroorganisme yang tampak diam di sekitar kita bisa menjadi ancaman serius ketika pertahanan tubuh menurun. Kewaspadaan dini, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat TBC atau gangguan sistem imun, adalah kunci keselamatan. Gejala seperti batuk darah atau demam berkepanjangan pada pasien berisiko tidak boleh diabaikan.
Pengobatan modern dengan antijamur generasi terbaru telah meningkatkan angka harapan hidup pasien Aspergillosis secara signifikan, asalkan diagnosis ditegakkan sedini mungkin.
Glosarium (Catatan Kaki)
- Hemoptisis: Batuk yang disertai pengeluaran darah dari saluran pernapasan bawah.
- Sistem Imun: Sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.
- Kortikosteroid: Golongan obat anti-inflamasi (anti-radang) yang kuat.
- Neutrofil: Jenis sel darah putih yang bertugas melawan infeksi, terutama bakteri dan jamur.
- Biopsi: Prosedur medis berupa pengambilan sampel sel atau jaringan untuk diperiksa.
Referensi Ilmiah
- Patterson, T. F., et al. (2016). Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Aspergillosis: 2016 Update by the Infectious Diseases Society of America (IDSA). Clinical Infectious Diseases.
- Kosmidis, C., & Denning, D. W. (2015). The clinical spectrum of pulmonary aspergillosis. Thorax.
- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2020). Panduan Praktik Klinis: Mikosis Paru.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Fungal Diseases: Aspergillosis. (Updated 2024).
- Arastehfar, A., et al. (2020). COVID-19 Associated Pulmonary Aspergillosis (CAPA)—From Immunology to Treatment. Journal of Fungi.
Disclaimer Medis: Tulisan ini disusun untuk tujuan informasi dan edukasi ilmiah populer. Isi artikel tidak menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda mencarinya karena sesuatu yang Anda baca di sini. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan ahli untuk keluhan kesehatan Anda.

Tinggalkan komentar