Pernahkah Anda melihat lampu jalan atau lampu kendaraan di malam hari, dan bukannya melihat bulatan cahaya yang tegas, Anda justru melihat cahaya yang “pecah”, melebar, atau memiliki garis-garis cahaya yang memanjang? Jika ya, kemungkinan besar Anda tidak hanya mengalami rabun jauh (miopia) atau rabun dekat (hipermetropia), tetapi juga Astigmatisme atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai Mata Silinder.
Astigmatisme adalah salah satu kelainan refraksi mata yang paling umum di dunia. Meskipun istilah ini sering terdengar, masih banyak kesalahpahaman mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada struktur mata kita saat mengalami kondisi ini. Artikel ini akan membedah anatomi, penyebab, hingga penanganan terkini berdasarkan literatur medis terbaru.
- 1. Anatomi dan Mekanisme: Bola Basket vs. Bola Rugby
- 2. Gejala dan Tanda Klinis
- 3. Penyebab dan Faktor Risiko: Apakah Karena Membaca di Tempat Gelap?
- 4. Diagnosis: Bagaimana Dokter Memeriksanya?
- 5. Penanganan dan Terapi Terkini
- 6. Dampak Jika Tidak Diobati
- Kesimpulan
- Catatan Kaki & Glosarium
- Referensi
1. Anatomi dan Mekanisme: Bola Basket vs. Bola Rugby
Untuk memahami astigmatisme, kita harus melihat bentuk kornea (lapisan bening di bagian depan mata) atau lensa mata.

- Mata Normal: Bayangkan sebuah bola basket. Mata yang normal memiliki kornea yang melengkung secara simetris dan bulat sempurna. Ketika cahaya masuk, ia dibiaskan (dibelokkan) secara merata dan jatuh tepat pada satu titik fokus di retina (lapisan saraf di belakang mata). Hasilnya adalah gambar yang tajam.
- Mata Astigmatisme: Bayangkan sebuah bola rugby atau telur. Pada penderita astigmatisme, lengkungan kornea atau lensa tidak merata—satu sisi lebih curam atau lebih datar daripada sisi lainnya.
Akibat ketidaksempurnaan lengkungan ini, cahaya yang masuk ke mata tidak fokus pada satu titik tunggal di retina. Sebaliknya, cahaya tersebut menyebar ke beberapa titik fokus (bisa di depan atau di belakang retina). Inilah yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur atau berbayang pada segala jarak, baik dekat maupun jauh.
Jenis Astigmatisme
Secara medis, astigmatisme dibagi berdasarkan letak kelainannya:
- Astigmatisme Korneal: Ketidateraturan bentuk terjadi pada kornea. Ini adalah jenis yang paling umum.
- Astigmatisme Lentikular: Ketidateraturan bentuk terjadi pada lensa mata.
2. Gejala dan Tanda Klinis
Seringkali, penderita astigmatisme ringan tidak menyadari kondisinya. Namun, jika derajat silindernya cukup besar, gejala berikut biasanya muncul:
- Penglihatan Kabur atau Distorsi: Objek terlihat tidak jelas atau tampak miring/penyok pada semua jarak.
- Astenopia (Mata Lelah): Mata terasa tegang, perih, atau lelah, terutama setelah melakukan pekerjaan visual yang intens seperti membaca atau menatap layar komputer.
- Sakit Kepala: Terutama di area dahi atau pelipis, akibat otot mata yang bekerja terlalu keras untuk mencoba memfokuskan bayangan.
- Kesulitan Melihat di Malam Hari: Ini adalah keluhan klasik. Cahaya lampu terlihat menyilaukan (glare) atau memiliki lingkaran halo (halos) dan garis-garis cahaya (starbursts).
- Menyipitkan Mata: Kebiasaan menyipitkan mata secara tidak sadar untuk mendapatkan fokus yang lebih baik.
3. Penyebab dan Faktor Risiko: Apakah Karena Membaca di Tempat Gelap?
Banyak mitos beredar bahwa mata silinder disebabkan oleh kebiasaan membaca di tempat redup atau terlalu dekat menonton TV. Faktanya, penyebab utama astigmatisme adalah faktor anatomis dan genetik.
- Faktor Keturunan (Genetik): Sebagian besar orang lahir dengan kecenderungan astigmatisme. Jika orang tua Anda memiliki mata silinder, besar kemungkinan Anda juga memilikinya.
- Trauma atau Cedera Mata: Luka parut pada kornea akibat kecelakaan dapat mengubah lengkungan kornea.
- Pasca Operasi Mata: Operasi katarak atau prosedur mata lainnya kadang dapat memicu perubahan bentuk kornea.
- Keratoconus: Ini adalah kondisi patologis yang lebih serius di mana kornea menipis dan menonjol menyerupai kerucut. Kondisi ini menyebabkan astigmatisme yang parah dan tidak beraturan (irregular astigmatism) yang sulit dikoreksi dengan kacamata biasa.
Catatan Penting: Astigmatisme bukan penyakit menular dan tidak disebabkan oleh “mata lelah” semata, meskipun penggunaan mata yang berlebihan dapat memperburuk gejala yang dirasakan, bukan memperburuk bentuk korneanya secara langsung.
4. Diagnosis: Bagaimana Dokter Memeriksanya?
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan mata komprehensif oleh Dokter Spesialis Mata (Ophthalmologist) atau Optometris. Pemeriksaan meliputi:
- Uji Visus (Tajam Penglihatan): Menggunakan Snellen Chart (huruf-huruf di dinding) untuk melihat seberapa jelas Anda melihat dari jarak tertentu.
- Keratometri/Topografi Kornea: Mesin ini memetakan lengkungan kornea secara detail. Topografi sangat penting untuk mendeteksi Keratoconus dan persiapan sebelum operasi LASIK.
- Refraksi Manual (Phoropter): Alat besar yang diletakkan di depan wajah Anda, di mana dokter akan mengganti lensa dan bertanya, “Lebih jelas satu atau dua?”. Ini menentukan derajat silinder dan sumbu (axis) kelengkungannya.
5. Penanganan dan Terapi Terkini
Kabar baiknya, astigmatisme sangat bisa dikoreksi. Pilihan terapi disesuaikan dengan gaya hidup, usia, dan derajat keparahan.
A. Kacamata Korektif
Ini adalah solusi paling sederhana dan aman. Lensa untuk astigmatisme disebut lensa silindris (sering ditandai dengan “Cyl” pada resep kacamata). Lensa ini memiliki kekuatan fokus yang berbeda di meridian¹ yang berbeda untuk mengimbangi bentuk kornea yang lonjong.
B. Lensa Kontak (Contact Lenses)
- Lensa Lunak Torik (Soft Toric Lenses): Didesain khusus agar tidak berputar di mata, sehingga poros silindernya tetap stabil.
- RGP (Rigid Gas Permeable): Lensa kontak keras yang memberikan ketajaman penglihatan lebih baik daripada lensa lunak, terutama untuk astigmatisme yang tinggi atau tidak beraturan.
C. Bedah Refraktif (Laser Vision Correction)
Bagi mereka yang ingin bebas dari kacamata, teknologi laser modern menawarkan solusi permanen dengan mengubah bentuk kornea agar menjadi lebih bulat simetris.
- LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis): Metode paling populer dengan pemulihan cepat.
- PRK (Photorefractive Keratectomy): Sering disarankan untuk pasien dengan kornea tipis.
- SMILE (Small Incision Lenticule Extraction): Teknologi terbaru yang minim sayatan (minimal invasif), sangat cocok untuk mata kering dan astigmatisme tinggi.
D. Orthokeratology (Ortho-K)
Metode non-bedah menggunakan lensa kontak keras khusus yang dipakai hanya saat tidur. Lensa ini menekan dan membentuk ulang kornea sementara Anda tidur, sehingga saat bangun, Anda bisa melihat jelas tanpa kacamata seharian. Metode ini populer untuk menghambat pertambahan minus pada anak-anak.
6. Dampak Jika Tidak Diobati
Pada orang dewasa, astigmatisme yang tidak dikoreksi akan menyebabkan penurunan produktivitas dan sakit kepala kronis. Namun, pada anak-anak, hal ini jauh lebih krusial.
Astigmatisme yang tidak terdiagnosis pada anak dapat menyebabkan Amblyopia atau “Mata Malas”. Karena otak terbiasa menerima gambar yang kabur dari satu atau kedua mata, otak akhirnya “mengabaikan” sinyal visual dari mata tersebut, menyebabkan gangguan penglihatan permanen yang tidak bisa diperbaiki dengan kacamata saat dewasa nanti. Oleh karena itu, skrining mata pada anak usia sekolah sangatlah vital.
Kesimpulan
Astigmatisme atau mata silinder bukanlah penyakit yang menakutkan, melainkan variasi anatomi mata yang sangat umum—seperti memiliki rambut keriting atau lurus. Dengan teknologi medis saat ini, mulai dari kacamata hingga bedah laser canggih seperti SMILE, penderita astigmatisme dapat memperoleh kembali kualitas penglihatan yang tajam dan nyaman.
Jika Anda sering merasa pusing saat bekerja di depan komputer atau merasa lampu kendaraan “pecah” saat menyetir malam hari, jangan ragu untuk memeriksakan mata Anda. Penglihatan yang jernih adalah kunci kualitas hidup yang lebih baik.
Catatan Kaki & Glosarium
- Meridian: Garis lengkung imajiner pada permukaan bola mata, mirip dengan garis bujur pada bola dunia.
- Refraksi: Proses pembelokan cahaya saat melewati media yang berbeda (misal dari udara ke kornea).
Referensi
- American Academy of Ophthalmology (AAO). (2023). What Is Astigmatism? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment.
- National Eye Institute (NEI). (2022). Astigmatism Data and Statistics.
- Wolffsohn, J. S., et al. (2021). Global trends in myopia management attitudes and strategies in clinical practice. Contact Lens and Anterior Eye Journal.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan di Indonesia.
Disclaimer Medis: Artikel ini disusun untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Tulisan ini tidak menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Selalu konsultasikan masalah kesehatan mata Anda dengan Dokter Spesialis Mata (Sp.M) atau tenaga medis yang berkualifikasi. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda mencarinya karena sesuatu yang Anda baca di artikel ini.

Tinggalkan komentar