Nang Olog duduk termenung di depan rumah tuanya, di atas meja dari kayu jati yang mulai kusam dan dekil oleh usia berserakan berbagai kertas dengan tulisan yang bermacam-macam termasuk banyak foto yang tercetak di sela-selanya. Dia bingung tujuh keliling, apa yang hendak dilakukannya beberapa hari mendatang. Seandainya dia bukan salah satu tokoh Padharman (pe-dharma-an ~Lanjutkan membaca “Bhatara pun Berani Disuap”