Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang ibu yang memiliki perhatian terhadap dunia kesehatan melalui surat elektronik. Saya senang jika melihat masyarakat – siapa pun mereka – peduli akan kesehatan, sehingga kita bisa saling bertukar pandangan tentang banyak hal untuk kesehatan yang teramat berharga.
Dalam surat terakhirnya dia menanyakan pendapat saya mengenai kejadian alergi antibiotik yang sedang marak saat ini. Pertama-tama saya agak kaget, marak?, demikian dalam hati saya. Karena kata marak menyiratkan kejadian ini tidak hanya sekali dua kali saja muncul di masyarakat, dan saya menjadi agak malu karena tidak tahu hal-hal yang justru melejit di lingkungan profesi yang akan saya geluti. Saya tahu saya tidak dapat berkilah dalam kesibukan yang tak berjudul dalam kehidupan saya.
Mungkin ini juga pertanyaan yang banyak ditanyakan oleh masyarakat kita. Dan tidak hanya masyarakat umum, praktisi medis pun kerap merembukkan masalah ini. Semisal jika kita bertanya, “bukankah antibiotik seharusnya sudah aman? mengapa bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat mengonsumsinya?”
Gambaran paling umum memang munculnya ruam, namun itu tidak selalu karena penggunaan antibiotik.

Untuk melihat hal ini lebih jauh, mungkin beberapa pendahuluan kita perlukan.
Poin-Poin Esensial Seputar Antibiotik
Saya rasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang antibiotik (antibakterial), karena masyarakat telah mengenalnya sebagai obat untuk melawan infeksi bakteri (namun antibiotik tidak efektif untuk infeksi virus).
- Meskipun dokter mencoba untuk menggunakan antibiotik untuk infeksi bakteri yang spesifik, mereka terkadang memulai terapi antibiotik tanpa menunggu hasil tes yang mengidentifikasi bakteri spesifik tersebut.
- Bakteri dapat membangun/membentuk kekebalan terhadap antibiotik.
- Meminum antibiotik sebagai diinstruksikan oleh dokter, bahkan setelah gejala-gejala sakit tidak ada lagi, merupakan hal yang esensial dalam penyembuhan infeksi dan untuk mencegah berkembangnya kekebalan (terhadap antibiotik) pada bakteri.
- Antibiotik bisa memiliki efek samping, seperti rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan pada wanita bisa timbul infeksi jamur pada vagina.
- Beberapa orang bisa menjadi alergi pada antibiotik.
Memilih Suatu Antibiotik
Tiap-tiap antibiotik efektif hanya untuk melawan bakteri-bakteri tertentu saja. Dalam memilih antibiotik untuk mengobati seseorang dengan infeksi, dokter memperkirakan bakteri yang mana kiranya paling mungkin menyebabkan infeksi. Sebagai contoh, beberapa infeksi disebabkan oleh hanya oleh beberapa tipe bakteri. Jika satu antibiotik diprediksi efektif untuk melawan semua tipe bakteri tersebut, maka uji lebih lanjut tidak diperlukan. Jika infeksi mungkin disebabkan oleh berbagai tipe bakteri yang berbeda atau bakteri yang diprediksi tidak mempan terhadap antibiotik tertentu, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri dari sampel urine, darah, atau jaringan dari orang tersebut. Bakteri yang menginfeksinya kemudian diuji untuk ketepatannya terhadap berbagai jenis antibiotik (sehingga bisa ditemukan antibiotik mana yang paling cocok guna melawan bakteri tersebut).
Efek Samping Antibiotik
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya. Penggunaan antibiotik tidak selamanya bebas dari masalah. Terdapat efek samping yang bisa ditimbulkan dari penggunaannya, mulai dari efek samping ringan hingga reaksi alergi yang berat.
Obat | Penggunaan umum | Efek samping |
Aminoglikosida:
Amikacin Gentamicin Kanamycin Neomycin Netilmicin Streptomycin Tobramycin |
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli dan spesies Klebsiella | Kehilangan pendengaran
Pusing Kerusakan ginjal |
Karbapenem:
Ertapenem Doripenem Imipenem-cilastatin Meropenem |
Gangren, sepsis, pneumonia, infeksi paru dan saluran kencing, infeksi oleh bakteri yang diduga resisten/kebal terhadap antibiotik lainnya, dan (kecuali untuk ertapenem) infeksi Pseudomonas | Kejang (khususnya imipenem)
Bingung |
Cephalosporin, Generasi Pertama:
Cefadroxil Cefazolin Cephalexin |
Utama untuk infeksi kulit dan jaringan lunak. | Rasa tidak nyaman pada saluran cerna dan diare
Mual Reaksi alergi |
Cephalosporin, Generasi Kedua:
Cefaclor Cefoxitin Ceforozil Cefuroxime Loracarbef |
Beberapa infeksi saluran napas, dan, untuk cefoxitin, infeksi perut. | menyerupai generasi sebelumnya |
Cephalosporin, Generasi Ketiga:
Cefixime Cefdinir Cefditoren Cefoperazone Cefotaxime Cefpodoxime Ceftazidime Ceftibuten Ceftizoxime Ceftriaxon |
Diberikan per oral (diminum): dapat melawan berbagai bakteri dalam spektrum luas bagi orang-orang dengan infeksi ringan hingga sedang, termasuk infeksi kulit dan jaringan lunak. Diberikan melalui injeksi: Infeksi yang serius (seperti pada meningitis atau infeksi yang diperoleh di rumah sakit) |
menyerupai generasi sebelumnya. |
Cephalosporin, Generasi Keempat:
Cefepime |
Infeksi serius (termasuk infeksi oleh Pseudomonas), khususnya pada orang yang memiliki sistem imun yang melemah dan infeksi karena bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik lainnya | menyerupai generasi sebelumnya |
Chepalosporin, Generasi Kelima:
Ceftobiprole |
Infeksi kulit yang mengalami komplikasi, termasuk infeksi kaki pada penderita diabetes, karena bakteri yang telah kebal, seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, and methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) | |
Fluroquinolones:
Lomefloxacin Trovafloxacin |
Sepsi, infeksi saluran kencing, prostatitis bakterial, dan gonorrhea | Mula (jarang) Gelisah, tremor, dan kejang Peradangan dan ruptur tendon Ritme jantung tidak normal Diare dan peradangan usus besar terkait antibiotik (kolitis) Dengan Trovafloxacin, kadang kerusakan hati yang fatal |
Glycylcycline:
Tigecycline |
Infeksi perut dengan komplikasi dan infeksi kulit dengan komplikasi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus (termasuk yang kebal terhadap methicilin), dan yang anaerob. | Ketidaknyamanan perut Sensitif terhadap sinar matahari Pewarnaan permanen pada gigi fetus/janin jika digunakan pada masa akhir kehamilan atau pada anak di bawah usia 8 tahun |
Makrolida:
Dirithromycin Troleandomycin |
Infeksi streptokokus, infeksi syphilis, infeksi saluran napas, dan penyakit Lyme | Mual, muntah dan diare (terutama pada dosis yang tinggi) Jaundice (kuning) Ritme jantung abnormal |
Monobactam:
Aztreonam |
Infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif | Reaksi alergi Dapat digunakan pada pasien yang memiliki alergi pada antibiotik seperti penicillin, cephalosporin, dan carbapenem |
Penicillin:
Dicloxacillin Nafcillin Penicillin G Piperacillin Ticarcillin |
Infesksi yang luas, termasuk infeksi streptokokus, infeksi syphilis, dan penyakit Lyme | Mual, muntah, diare Alergi dengan reaksi anafilaksis yang serius Kerusakan otak dan ginjal (jarang) |
Polypeptide:
Bacitracin Colistin Polymyxin B (polipeptida biasa dalam bentuk olesan langsung ke kulit atau mata, jarang dalam bentuk injeksi) |
Infeksi mata, kulit dan saluran kemih | Kerusakan ginjal dan saraf (bila diberikan dengan injeksi) |
Sulfonamida:
Sulfamethizole |
Infeksi saluran kemih (kecuali untuk Sulfasalizine, Sulfacetamide, dan Mefanide) Untuk Mefenide, secara khusus hanya untuk luka bakar permukaan |
Mula, muntah dan diare Alergi (termasuk kemerahan pada kulit) Kristal dalam urine (jarang) Penurunan hitung jumlah sel darah putih dan keping darah Sensitif terhadap sinar matahari Kemungkinan menambah risiko pendarahan jika digunakan bersama dengan Warfarin |
Tetracycline:
Oxytetracycline |
Syphilis, infeksi Clamidia, penyakit Lyme, infeksi mikoplasma, infeksi riket | Ketidaknyamanan saluran cerna Sensitif terhadap cahaya matahari Pewarnaan pada gigi anak di bawah usia 8 tahun atau pada fetus/janis jika digunakan pada akhir masa kehamilan |
Chloramphenicol | Thypoid (deman tifoid), infeksi samonella lainnya, meningitis | Penurunan hitung jumlah sel darah putih yang parah (jarang) |
Clindamycin | Infeksi streptokokus dan stafilokokus, infeksi saluran napas, abses paru | diare dan peradangan usus besar terkait antibiotik (kolitis) |
Daptomycin | Infeksi kulit dengan komplikasi, infeksi dalam aliran darah, beberapa infeksi katup jantung (endokarditis) oleh karena bakteri yang telah kebal, termasuk MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) Tidak digunakan apabila infeksi melibatkan paru |
Ketidaknyamanan pada saluran cerna Kelemahan dan nyeri otot |
Ethambutol | Tuberkulosis | Gangguan pandangan |
Fosfomycin | Infeksi kandung kemih | Diare |
Isoniazid | Tuberkulosis | Mual dan muntah Kekuningan |
Linezolid | Infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang telah resisten terhadap banyak antibiotik lainnya | Mual Nyeri kepala Diare Anemia, hitung jumlah darah putih dan keping darah rendah Rasa bebal dan geli pada tangan dan kaki (neuropati perifer). Gangguan pandangan Bingung, agitasi, tremor, dan juga koma pada orang yang juga menggunakan SRRI (selective serotonin-release inhibitors) |
Metronidazole | Vaginitis yang disebabkan oleh spesies Trichomonas or Gardnerella serta infeksi pelvis dan abdominal | Mual Nyeri kepala (biasanya jika obat diminum bersama alkohol) Serasa mengecap logam Neuropati perifer Urine berwarna gelap |
Nitrofurantoin | Infeksi saluran kemih | Mual dan muntah Alergi |
Pyrazinamide | Tuberkulosis | Disfungsi hati Gout (kadang-kadang) |
Quinupristin-dalfopristin | Infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang kebal terhadap antibiotik lainnya | Nyeri otot dan persendian |
Rifampin | Tuberkulosis dan Lepra | Kemerahan Disfungsi hati Ludah, keringat, air mata dan urine berwarna merah-oranye |
Spectinomycin | Gonorrhea | Alergi Demam |
Telithromycin | Peumonia yang didapat di masyarakat, ringan hingga sedang | Gangguan pandangan Kerusakan hati (kemungkinan fatal) Pemburukan gejala pada orang-orang dengan myasthenia gravis (kemungkinan fatal) |
Vancomycin | Serius infeksi disebabkan oleh MRSA dan bakteri kebal antibiotik lainnya | Gatal Reaksi alergi Penurunan hitung sel darah putih dan keping darah |
Bagaimana Mencegah Alergi Antibiotik?
Kembali pada alergi antibiotik sebagai topik. Sebagaimana kita lihat pada tabel di atas. Berbagai antibiotik memiliki efek sampingnya masing-masing, mulai yang ringan hingga berat, dan beberapa efek samping itu sendiri berupa reaksi alergi hingga reaksi anafilaksi.
Banyak orang mengatakan pada dokter bahwa mereka alergi terhadap antibiotik ketika mereka mengalami efek samping yang tidak berhubungan dengan alergi. Pembedaan sangatlah penting dalam kasus-kasus ini, karena orang yang alergi terhadap antibiotik tertentu tidak boleh diberikan obat itu atau antibiotik lain yang berkarakter mirip. Namun, orang yang mengalami efek samping ringan bukan karena alergi biasanya boleh minum obat yang sejenis bahkan obat yang sama. Dokter dapat membantu menentukan signifikansi reaksi-reaksi yang tidak menyenangkan yang dikarenakan antibiotik.
Jadi ketika Anda berkunjung ke dokter, ceritakanlah juga selain kondisi yang Anda derita ketika itu, juga obat-obatan yang pernah Anda konsumsi sebelumnya, lalu adakah gejala yang tidak menyenangkan timbul. Dokter bisa membantu menentukan dari apa yang disebut history taking, apakah Anda menderita alergi pada obat (dalam hal ini antibiotik) tersebut ataukah itu hanya efek samping tidak terkait alergi.
Dokter bukan cenayang yang bisa mengetahui pasti bahwa setelah seseorang mengonsumsi suatu antibiotik dia akan alergi atau tidak. Jadi ketika seorang dokter bertanya pada Anda, apakah Anda alergi terhadap suatu obat, itu berarti ingin mengetahui apa kita pernah mengalami reaksi alergi pada obat tersebut. Informasi ini penting, oleh karena diagnosis berlebihan terhadap suatu reaksi alergi bisa mengarahkan suatu terapi yang tidak perlu dengan antibiotik yang lebih mahal dan bisa memicu perkembangan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik itu sendiri. Sedangkan di sisi lain, jika terjadi reaksi alergi karena informasi yang ada begitu minim, kita akan berhadapan dengan situasi yang benar-benar tidak menyenangkan.
Walau dokter memiliki langkah-langkah dalam menangani terjadi reaksi terhadap alergi obat, namun pencegahan jauh lebih. Dan satu-satunya pencegahan adalah dengan menghindari obat yang memicu reaksi alergi pada kita.
Dan harus diingat, tidak semua orang alergi terhadap obat yang sama. Jadi pengalaman pada orang lain belum tentu dapat diterapkan pada diri kita, walau ada kecenderungan alergi sejenis muncul dalam garis keluarga. Dan tidak semua pasien yang merasa alergi terhadap obat memang memang mengalami alergi.
Ketika kita mendapatkan resep dari dokter, sebaiknya kita memahami dengan baik dan benar obat-obat apa saja yang diresepkan, apa namanya apa kegunaannya dan apa efek samping yang mungkin muncul. Dan jika efek samping ternyata muncul nantinya, apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai pertolongan pertama. Komunikasi yang baik antara dokter, pasien dan pihak-pihak lain yang terkait adalah kunci untuk mencegah terjadinya alergi antibiotik, serta penanggulang yang cepat dan tepat jika seandainya terjadi.
Ada baiknya Anda memiliki dokter atau klinik langganan. Dalam hal ini bukan maksud saya menyinggung bisnis kesehatan. Namun dalam penggunaan istilah langganan di sini saya menekankan pentingnya suatu rekam medis pribadi Anda. Dokter, klinik maupun pusat pelayanan kesehatan lainnya selalu memiliki rekam medis bagi pasien mereka. Di rekam medis ini tercatat riwayat kesehatan anda, termasuk riwayat pengobatan Anda, dan jika di sana juga tercatat riwayat alergi, maka akan sangat membantu dokter dalam memberikan terapi yang sesuai. Sehingga di luar negeri Anda mungkin akan sering mendengar istilah “your doctor”, yang kalau di sini mungkin bisa merujuk pada dokter langganan anda.
Hindari pembelian antibiotik secara bebas. Dalam istilah yang umumnya adalah obat warung, sebagaimana yang disebutkan oleh Cak Moki dalam blognya tentang obat warung. Bukan apa-apa, hanya saja jika dosis dan terapi yang Anda pilih di warung tidak tepat, risikonya bukan saja hanya penyakit yang sebenarnya tidak sembuh namun ada banyak efek samping yang tidak menyenangkan bisa Anda dapatkan.
Lalu perlu diingat, jangan menggunakan antibiotik atau meminta peresepan antibiotik untuk kasus-kasus infeksi virus, seperti influenza atau batuk pilek misalnya.
Kita perlu bijaksana dalam mengelola dan menjaga kesehatan kita.
Referensi:
Tinggalkan Balasan