Pasca menunggu beberapa hari setelah rilisnya pada tanggal 15 Juli 2010 yang lalu, akhirnya saya berhasil memasang OpenSUSE terbaru di notebook saya. Instalasinya cukup mudah, bahkan rasanya lebih sederhana dibandingkan ketika saya mencoba openSUSE 11.2 dulu. Hanya saja ada satu peringatan di awal instalasi, dan pasca konsultasi via milis komunitas OpenSUSE Indonesia, instalasi bisa dilanjutkan.
Notebook yang saya gunakan masih sama, yaitu Acer TravelMate 6293, dengan spesifikasi:
- Intel Core2 Duo processor P8600 (2,4 GHz, 1066 MHz FSB, 8 MB L2 cache)
- 12,1″ WXGA LED LCD
- Up to 732MB Mobile Intel Gaphic Media Accelerator 4500MHD
- 4GB DDR3
- 250 HDD (Windows Vista Business SP2 genuine inside, untuk Linux 23 GB alokasi ruang)
- DVD Super Multi DL
- 802.11 a/b/g/Draft-N 3×3 WLAN
- Bluetooth 2.0 + EDR
- Tambahan eksternal modem Pantech PX500 Express Card (ISP MOBI Mobile-8, jaringan EVDO Rev A)
Persiapan saya untuk memasang OpenSUSE 11.3 sudah dilakukan jauh hari sebelumnya. Termasuk menginapkan notebook saya di pusat servis resmi Acer untuk cek lengkap hardware dan upgrade RAM. Sehingga saat pemasangan OpenSUSE saya mendapatkan performa optimal dari notebook tua ini.
Persiapan selanjutnya adalah mendapatkan berkas instalasi OpenSUSE 11.3. Kali ini saya mengunduhnya dari salah satu server lokal di dalam negeri. Mungkin saya tidak terlalu beruntung, berkas instalasi sebesar 4,05 GB walau diunduh dengan kecepatan 100 kbps masih memerlukan waktu lebih dari 20 jam. Saya berpikir seandainya sudah tersedia di repo lokal UGM, mungkin saya bisa lebih menghemat waktu dan sumber daya.
Tapi jangan khawatir, dengan perjuangan panjang – yang mungkin Anda tidak ingin mendengarkan kisahnya – saya pun mendapatkan berkas ISO untuk Linux Green Gecko ini. Kalau kebetulan ada di Jogja dan seputaran UGM, di belakang Bank Bukopin (Jln. Kaliurang KM 4,5) ada sebuah penyewaan CD/DVD, mereka memiliki berkas ISO ini – saya kadang memilih ke sana daripada mengunduh lama, atau harus membeli DVD instalasinya dari toko linux.
Langkah selanjutnya adalah menyiadakan partisi tambahan pada komputer saya ini. Saya memotong salah satu partisi, dan membuat ruang kosong dari potongannya tersebut, ruang inilah yang saya jadikan lokasi pemasangan OpenSUSE 11.3.
Setelah notebook dalam kondisi optimal, berkas pemasangan sudah ada, dan ruang pemasangan sudah disiapkan. Maka instalasi OpenSUSE 11.3 yang saya lakukan pun berjalan lancar – ah kali ini background screen untuk OpenSUSE 11.3 terkesan lebih misterius namun menawan. Saya memilih GNOME kali ini sebagai desktop utama, setelah kemarin sudah mencicipi plasma di KDE. Saya rasa saya lebih cocok dengan GNOME yang sederhana. Kali ini saya juga tidak melakukan pelokalan ke dalam bahasa Indonesia, dan tetap menggunakan setelan asli. Pasca pengalaman bahwa paket pelokalan memerlukan sumber daya pemeliharaan yang lebih besar.
Dan viola…, selesai-lah Green Gecko, sebuah repo linux favorit saya…
Kali ini saya hanya memanfaatkan fitur standar saja yang dibawa oleh GNOME, seperti Firefox sebagai peramban, Banshee untuk pemutar lagu, Evolution sebagai klien surel, OpenOffice edisi Novel/OpenSUSE yang tampak lebih cantik dibandingkan yang disajikan Oracle secara murni di Windows.
Pasca pemasangan tidak ada saya temukan isu berarti, semua peranti keras terdeteksi dengan baik. Bahkan seperti biasa, modem MOBI saya hanya tinggal colok dan gunakan tanpa perlu menyetel apapun termasuk nama pengguna dan kata sandi. Itulah salah satu yang saya suka dari GNOME – tidak membuat pusing. Pasca instalasi, saat menghubung ke internet via modem putar nomor saya, ada beberapa pembaruan yang dipasang, seperti Flash Player (Adobe), beberapa fonts family, dan fluendo-mp3, tampaknya OpenSUSE sekarang langsung mendeteksi apa yang kita perlukan dan langsung memasangnya dari aktivitas yang kita kerjakan sehari-hari, seperti sebuah konsep smart user experience.
Saya juga merasa setelan font dan kontras latar (baik pada jendela, tab, dan bar) lebih pas dan lebih mudah saya baca dibandingkan SUSE yang lama.
Banyak hal yang baru pada OpenSUSE 11.3, seperti dukungan yang lebih baik untuk netbook (mini notebook), yang berbasis pada Plasma Netbook Workspace, jadi para pecinta netbook bisa menikmati Linux dalam versi yang ringan namun handal. Ada juga Meegoo Desktop hasil kerja sama antara Intel dan Nokia. Bukan hanya itu, dukungan untuk ponsel cerdas juga semakin ditingkatkan, tentunya ponsel-ponsel seri Andriod, iPhone hingga Blackberry mendapat dukungan unik dari OpenSUSE – namun saya tentu belum bisa mencobanya, karena masih berbekal ponsel lawas.
Kali ini OpenSUSE juga mendukung cloud computing, di mana pengguna bisa melakukan pencadangan, sinkronisasi, berbagi, secara daring. Dan inilah yang mungkin ini akan jadi tatanan sistem komputasi awan di masa depan, OpenSUSE memperkenalkan SpiderOak untuk ini.
Beberapa fitur baru bisa dilihat di Portal OpenSUSE 11.3 lebih detil, dan jika masih ragu, mungkin bisa membaca artile “Seven Reasons to Upgrade to OpenSUSE 11.3“.
Tinggalkan Balasan