Pagi ini saya tidak sengaja menonton satu sesi sebuah acara kuis di televisi. Sebuah pertanyaan diajukan pada puluhan peserta kuis, pertanyaan pertama mengenai EYD, manakah yang benar penulisan antara kata ‘nomor’ & ‘nomer’. Tentu saja Anda bisa menduga bahwa sebagian peserta pasti ada yang dikeluarkan karena gagal menjawab dengan benar.
Ejaan yang disempurnakan memang sudah dikenalkan sejak bangku sekolah. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pun demikian, siapa pun pasti akan menyadari bahwa di negeri dengan latar kebudayaan yang beraneka ragam ini, bahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah dikuasai, mungkin di beberapa daerah sama sulitnya seperti menguasai bahasa asing dari mancanegara.
Untuk itulah kita belajar dan saya rasa akan selalu belajar tentang bagaimana berbahasa dalam realita. Karena lidah dan pola pikir kita sering terpleset mengikuti arus salah kaprah yang sudah menjadi siklus di negeri ini.
Gambar di atas adalah buku saku yang saya beli ketika masih duduk di SMP dulu. Masih tersimpan di rak buku lama saya walau dalam keadaan lusuh. Seingat saya dulu, belajar bahasa Indonesia itu susah-susah gampang, karena itu membuatnya menyenangkan untuk selalu dipelajari, sampai sekarang pun saya kadang masih suka membuka buku lusuh tersebut, karena terus terang, ingatan saya buruk jika harus berhadapan dengan bank kosakata dan kaidah/tata bahasa.
Saya rasa berbahasa dalam realita adalah pelajaran yang tidak akan pernah habisnya, karena setiap kali – saya selalu saja menemukan sesuatu yang baru dalam bahasa itu sendiri. Tentunya yang baik dan benar sehingga menjadi sebuah standar yang baik dalam komunikasi yang efektif dan efesien.
Dan inilah sebuah negeri yang kaya ragam bahasa dari pelbagai suku dan budaya, disatukan dalam sebuah bahasa bangsanya – bahasa Indonesia.
Tinggalkan Balasan