A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Sayangnya saya tidak tahu berapa tepatnya usia sepatu ini, karena diwariskan begitu saja tanpa fatur pembelian tentunya. Dugaan saya mungkin ini sepatu di era awal 80-an, dan buatan dalam negeri. Mungkin usianya bisa jadi lebih tua daripada usia saya saat ini, yaitu penggunanya sehari-hari.

Ukurannya sebenarnya kurang pas dengan kaki saya, namun karena sudah 7 tahun saya gunakan, bagian belakangnya sudah agak robek sehingga ya cukup-lah untuk memasukkan kaki saja. Bagian bawahnya pun sudah aus, pori-pori yang dulu sebagai bantalan di dalam alas karet, kini sudah pada menampakkan diri setelah aus membuka celahnya, dan seringkali kerikil masuk ke dalamnya.

Kadang jika berjalan-jalan di mall atau swalayan dan melihat deretan beberapa sepatu dirak, menarik juga sih. Tapi ada rasa sayang mengganti sepatu yang lama, apalagi masih layak digunakan. Akhirnya saya tidak pernah membeli sepatu baru lagi untuk kuliah & dinas sejak 7 tahun yang lalu. Bukannya karena tidak ada bekal untuk itu, hanya karena – entah mengapa – tidak ingin mengganti yang lama. Setidaknya biarkan ia menemani saya sampai beberapa saat lagi usianya. Cukup disemir secara teratur, dia akan berkilap lagi, walau tak bisa menyembunyikan usianya.

Sepatu tua di sudut kota
Berjalan di tanah lepuh dari bata
Bertiup pula si angin senja
Seakan pikul bebab jadi sirna

Gedung-gedung tua menatap langit
Di kakinya berkerumun ratusan ruang sempit
Seperti hati penghuninya yang selalu memandang sipit

Hati berhimpit mencari suaka
Keselamatan dalam jendela suka
Setidaknya tidak melarat dalam duka
Menepuk daun mengarak asa

Demikianlah manusia
Dengan sepatu tua di sudut kota.

Dikutip dari “Sepatu Tua di Sudut Kota”.

Sekaligus saya menyampaikan bahwa Bhyllabus akan libur untuk setidaknya 2 minggu ke depan, ah…, saya ingin menyibukkan diri dengan beberapa kegiatan lainnya, terutama menghabiskan beberapa kilo textbook untuk dilahap.

Saya pun rasa-rasanya tidak bisa membaca blog para sahabat lainnya. Jika ada jodoh, semoga bisa menulis kembali di sini dalam waktu segera setelah 2 minggu ke depan. Sekarang saya akan berjalan-jalan terlebih dahulu dengan sepasang sepatu tua saya.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

12 tanggapan

  1. mocca-chi Avatar
    mocca-chi

    hahahah… gantinya nanti kalau uda rusak aja cahya, klo masi bisa dipakai, buat apa ganti yang baru?

    Suka

  2. Nandini Avatar

    Sepatu yang berjasa dan kalaupun pensiun pasti sayang untuk membuangnya ya Bli?

    Selamat bercengkrama kembali dengan textbook, pasien dan dokter2 lain.. 🙂

    Suka

  3. Puspita Avatar
    Puspita

    Waw, itu sepatu dah parah banget, kalo ada yg mau pake diriku acungin 2 jempol 🙂

    Suka

  4. Fad Avatar

    kalo mau th umurx mas bisa di kasih sampelnya ke ilmuan, siapa tahu bisa diperkirakan, haha

    SELAMAT BERLIBUR…

    Suka

  5. zee Avatar

    Wah saya jadi ingat teman saya, dulu dia punya satu sepatu yang selaluuuu dipakainya. Even sudah hancur2 dan cobel2..
    Kalau saya, juga punya satu boot yang sudah berumur lebih dari 10 tahun :p. Fave banget saya, dan ternyata dia kuat, jadi yang aus hanya warna kayunya saja.

    Suka

  6. pendarbintang Avatar

    Type yang setia (terhadap sepatu) he he he

    Met melahap habis text booknya!

    saya sebenarnya juga punya 4 buku yang tak tersentuh 😦

    Suka

  7. Acacicu Avatar
    Acacicu

    Sepasang sepatu tua punya cerita,,

    Selamat berjalan jalan dengan sepatu kesayangan ya mas, semoga apa yang di maksud segera tercapai, Amin;

    Suka

  8. TuSuda Avatar
    TuSuda

    Yang sudah tua kadang masih layak juga dipakai, asalkan dirawat dengan baik.

    SELAMAT menjajal Buku Teksnya ya, semoga cepar menjadi Profesor Doktor dokter.. 😀

    Suka

  9. aldy Avatar

    Untuk saja ibunda tidak ngotot,

    bayangkan kalau ibunda juga bilang "menyegerakan kewajibanmu sebagai lelaki, adalah tanda bhakti terhadap orang tua" 😆

    Suka

  10. Cahya Avatar

    Pak Aldy,
    Wah itu rasanya cuma ada dalam kisah “Siti Nurbaya” deh :lol:.

    Suka

  11. Cahya Avatar

    Pak Aldy,
    Ha ha…, tumitnya masih lumayan tebal kok Pak, kan saya jalannya seperti cat walk :lol:.

    Wah, kalau saya terbiasa melihat piring bersih habis makan, takutnya ndak ada yang tersisa nanti :D.

    Tenang Pak, kemarin sudah dinegosiasi, kalau urusan ‘momongan’ masih bisa ditunda beberapa tahun lagi, ha ha…, saya bilangin, kesabaran itu sebagian dari iman :D.

    Suka

  12. aldy Avatar

    Kalau saya jadi sepatu itu, sudah saya gigit tumitnya 😀

    Ntar kalau textbook-nya sudah selesai dilahap, tolong konfirmasi lewat email mas, mungkin saya membutuhkan sisa-sisa buku yang tidak digunakan lagi.

    Selamat menikmati textbooknya, dan jangan biarkan Ibunda terlalu lama menunggu putranya selesai pendidikan, sepertinya beliau sudah tidak sabar lagi (haaa….ngawur abis).

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Cahya Batalkan balasan