Belakangan ini jumlah spam yang saya curigai berasal dari pengguna internet lokal, namun dibayar secara dari luar rasanya masih cukup stabil. Mereka bisa disebut “death eater“-nya sebuah blog. Target mereka biasanya blog-blog dengan pertahanan standar, seperti hanya menggunakan akismet atau simple math quiz. Tentu saja juga termasuk narablog yang “rakus” komentar di blognya.
Saya melihat modus operandi mereka sudah semakin rapi. Mungkin mereka dibayar oleh pihak-pihak tertentu dengan menambahkan guna menyisipkan pranala dari web dengan grand topic tertentu, sehingga para penyampah ini akan menyasar ke tulisan yang berkesesuaian. Misalnya jika ia dibayar untuk menyisipkan URI sebuah web bertopik kesehatan, maka ia akan mencari tulisan blog yang bertema kesehatan dan menyusupkan URI-nya di kolom komentar dengan cara berkomentar secara wajar.
Sekilas itu tidak tampak seperti tanggapan spam, namun jika menilik kembali URI/URL yang diberikan, maka jelas-jelas itu adalah spam.
Di atas adalah contoh pratampil beberapa spam lokal (klik gambar untuk tampilan penuh). Nama dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, dan nyaris tidak ada kesan melempar spam. Jika diteliti lebih lanjut, maka akan terlihat sekali itu tanggapan spam, bahkan pranala yang disisipkan pun tidak sesuai dengan konteks.
Selain pranala yang memang merupakan spam, hal lain yang bisa dengan mudah dilihat adalah tidak memiliki Gravatar tetap. Spammer cenderung mengganti-ganti alamat surelnya kecuali di sebuah blog di mana ia tidak ditanggkap oleh mesin antispam, jadi bagi mereka sia-sia untuk memiliki Gravatar sebagai salah satu elemen identitas. Namun jangan salah, saya juga pernah menemukan penyampah yang menggunakan Gravatar terverifikasi.
Narablog yang baru mulai ngeblog, atau yang tidak begitu peduli dengan tanggapan spam atau tidak, biasanya akan membiarkan tanggapan seperti ini lolos. Namun tentunya tidak di beberapa blog lain yang admin-nya lebih ketat dalam mengawasi spam. Database menjadi terlalu mahal jika dipenuhi dengan sampah seperti ini.
Dan karena ulah para penyampah ini, makin banyak alamat IP lokal yang jadi tersangka di Project Honey Pot yang saya gunakan. Yah, jika pas berkomentar kemudian komentar anda ditolak atau diblok, ya para penyampah lokal inilah tersangkanya. Mungkin mereka datang lebih dahulu menyampah dengan alamat IP yang anda gunakan setelahnya.
Mereka pencipta polusi di dunia maya, jadi penasaran juga, dibayar berapa sih para spammer lokal ini sampai menggadaikan jiwanya dan membuang limbah beracun di halaman tetangga sendiri, he he…, tapi rasanya ini sudah jadi bisnis gelap sendiri di dunia maya, ala bandar narkoba di dunia nyata.
Tinggalkan Balasan