Rilis Ubuntu 11.10 Oneiric Ocelot sudah cukup lama, hanya saja baru semalam saya berinisiatif untuk mengunduh dan memasangnya di notebook Acer TravelMate 6293 saya. Mengunduh langsung dari situs resminya, saya memilih versi 32-bit dalam bentuk CD ISO yang kemudian saya pasang dengan menggunakan dual boot bersama Windows Vista yang dibawa oleh Acer dari pabrikannya.
Untuk mengunduh menggunakan ISP Smartfren, saya memerlukan waktu sekitar 4-5 jam dan menjadikannya sebuah CD instalasi selama 30 menit dengan proses pembakaran pada kecepatan rendah guna menghindari kerusakan penyalinan data. Pemasangannya sendiri berkisar sekitar 30 menit hingga satu jam. Saya tidak menggunakan WUBI karena tidak terlalu familier dengan sistem Ubuntu yang satu ini.
Dikatakan bahwa booting Ubuntu 11.10 cepat, tapi saya sendiri tidak merasa begitu berbeda dengan versi sebelumnya, yaitu Ubuntu 11.04. Mungkin notebook saya sudah cukup tua untuk mengimbangi sistem boot terkini, tapi rata-rata distribusi sistem operasi berbasis kernel Linux saat ini memang sedang memacu sistem boot loading milik mereka. Jadi tidak aneh jika semakin banyak muncul galat aneh seputar booting.
Secara keseluruhan, keramahan Ubuntu masih cukup layak menjadikannya distribusi Linux yang bisa digunakan oleh semua kelas pengguna, dari pemula seperti saya hingga mereka yang sudah mahir dan berpengalaman.
Dekstop Unity yang kini sudah menjadi penanda Ubuntu sudah sangat kental dan lebih dipoles dari versi sebelumnya. Ada beberapa perubahan yang cukup berarti, tapi saya rasa saya masih tidak cukup terbiasa dengan sistem global desktop yang diterapkan. Ubuntu Software Center sudah diperbarui, jelas sekali, meski saya masih sedikit melekat dengan versi yang lama.
Ketika saya menggunakan Ubuntu 11.04, saya sangat berharap bahwa Ubuntu akan mengubah beberapa aplikasi bawaan seperti Rhythmbox menjadi Banshee, dan aplikasi email dipilihkan Thunderbird saja. Dan, wow, komunitas Ubuntu sepertinya memang didengarkan oleh para pengembangnya.
Hal yang masih menyedikan adalah paket CD sepertinya sudah tidak menampung lagi program-program esensial yang mungkin diperlukan bagi mereka yang kesulitan mengunduhnya via Internet, seperti aplikasi grafik ala Gimp dan pengelola SVG ala InkScape. Tapi yang namanya Linux, di mana-mana koneksi Internet bukan lagi hal yang sekunder, namun serasa wajib mendampingi untuk optimalisasi penggunaannya.
Beberapa kertas dinding baru membuat penampilannya menjadi segar. Dengan Desktop Unity, yang saya sukai adalah saya mendapatkan ukuran Desktop yang lebih luas dengan meminimalkan pita-pita yang tidak dibutuhkan, tidak seperti pada Windows, KDE ataupun Gnome lawas. Nah, tapi karena saya tidak akan begitu sering menggunakannya, saya mungkin tidak akan menambahkan terlalu banyak aplikasi.
Saya Ubuntu 11.10 Oneiric Ocelot lebih cantik dan rapi dibandingkan edisi sebelumnya, tapi lebih ringan? Hmm…, mungkin tidak.
Tinggalkan Balasan