Kanker dan Pola Hidup

Banyak orang yang mungkin bertanya-tanya, dan mungkin khawatir apakah kanker (keganasan) dapat menyerang mereka. Yang lain mungkin tak acuh, atau setidaknya demikian hingga diagnosis yang mengejutkan itu tiba-tiba saja hadir dalam kehidupan mereka.  Namun daripada khawatir berlebih atau tak acuh berlebih, lebih baik kita mawas diri.

Di awal bulan ini saya membaca sekilas tulisan Dr D Max Parkin tentang “The Fraction of Cancer Attributable to Lifestyle and Environmental Factors in the UK in 2010” yang diterbitkan melalui British Journal of Cancer. Tinjauannya mungkin merupakan tinjauan terlengkap tentang hubungan kanker dan gaya hidup yang ada saat ini.

Mungkin telah diketahui secara luas salah satu faktor pendukung tercetusnya kanker adalah setiap orang memiliki risiko tertentu terkena kanker tertentu oleh karena sifat genetis yang dibawanya. Namun kanker tidak serta merta disebabkan oleh gen, di mana jika kita tidak terlalu beruntung maka akan bermanifestasi menjadi momok yang mengerikan.

Tim penelitian Dr Parkin merumuskan beberapa faktor risiko pola hidup yang bisa dihubungkan dengan kejadian kanker. Di antaranya adalah:

  1. Merokok;
  2. Konsumsi minuman beralkohol;
  3. Rendah konsumsi buah dan sayuran;
  4. Rendah konsumsi serat;
  5. Konsumsi daging merah atau daging yang diproses;
  6. Terlalu banyak garam;
  7. Berat badan berlebih, obesitas;
  8. Kurang berolahraga;
  9. Radiasi pengion;
  10. Radiasi ultraviolet;
  11. Paparan oleh karena pekerjaan (seperti asbes);
  12. Infeksi (seperti HPV);
  13. Terapi pengganti hormon pasca menopause (pada wanita);
  14. Tidak atau kurang menyusui (pada wanita).

Semua ini memberikan kontribusi tersendiri terhadap peningkatan kemungkinan terjadinya kanker. Misalnya merokok akan meningkatkan risiko kanker sebesar 23% pada laki-laki dan 15,6% pada wanita. Sementara kekurangan buah dan sayuran menyumbang 6,1% risiko kanker pada laki-laki dan sekitar 3,4% pada wanita.

Kadang faktor-faktor bisa saling berkombinasi, misalnya ditemukan pada penderita kanker paru, 89,2%-nya memiliki kombinasi faktor-faktor di atas, dan 10%-nya tidak tidak berhubungan dengan faktor-faktor ini.

Meskipun demikian, pola hidup sehat belum tentu melenyapkan kemungkinan terkena kanker sama sekali. Selalu ada yang disebut elemen kemungkinan, kita mungkin bisa mengubah kemungkinan secara garis besarnya, namun ada hal-hal yang tetap tidak akan bisa kita hilangkan sepenuhnya.

Harapannya adalah dengan melihat semua probalitas yang dihadirkan dari pola hidup dan hubungannya dengan kanker, maka kita bisa membuat upaya menurunkan risiko kanker di masyarakat. Misalnya melalui kampanye gerakan berhenti merokok dan dibukanya pusat-pusat bantuan berhenti merokok, kita bisa membantu menurunkan potensi munculnya kanker di masyarakat yang dikontribusikan oleh kebiasaan merokok.

Tentu saja tantangan akan banyak muncul, misalnya kampanye untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayur serta mengurangi konsumsi daging merah/diproses mungkin akan sulit. Semisalnya di tempat saya tinggal di Jogja selama ini, sudah umum rumah makan atau warung menawarkan lauk dari daging merah sebagai sesuatu yang lebih “wajib” dibandingkan menawarkan sayuran. Ada bagian-bagian dari masyarakat yang akan sulit diubah seperti kebiasaan yang sudah mendarah daging, dengan anggapan bisa makan daging jauh lebih baik daripada hanya bisa makan sayur mayur saja.

Dunia kesehatan juga mesti menjawab tantangan yang berasal dari stigma dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat. Vaksin misalnya, setidaknya saat ini ada dua vaksin yang bisa membantu melawan infeksi HPV pada perempuan, sehingga menurunkan risiko kanker leher rahim. Namun belum tentu semua golongan masyarakat menerimanya, apalagi jangkauan harga vaksin yang mungkin termasuk cukup mahal bagi banyak masyarakat kita.

Dunia pendidikan, kerja adalah tantangan sendiri bagi masyarakat untuk meluangkan waktu sedemikian hingga kaum akademis dan pekerja (kantoran) bisa meluangkan waktu untuk tetap mampu berolahraga secara rutin dan menghindari obesitas.

Diterbitkan oleh Cahya

A writer, a tea & poet lover, a xanxia addict, an accidental photographer, - a medical doctor.

4 tanggapan untuk “Kanker dan Pola Hidup

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: