Saya sering mendapatkan pertanyaan dari pasien mengenai bahaya atau keamanan penyedap rasa yang disebut MSG (monosodium glutamate), lalu jika berbahaya apa kira-kira bahayanya? Pertanyaan ini memang merupakan sesuatu yang sudah umum di masyarakat kita, dan tidak sedikit yang mencapnya sebagai “bahan pangan berbahaya”, mungkin sama bahayanya seperti rokok, dan harus dihindari; entah karena nanti akan berakumulasi di dalam tubuh, entah karena bersifat karsinogenik – atau dapat memicu kanker.
Seperti halnya rokok, meskipun masyarakat memandangnya sebagai sesuatu yang berbahaya karena promosi kesehatan menyatakan demikian, namun tetap mengonsumsinya. Maka penyedap rasa MSG juga demikian, kita bisa menemukan penggunaannya di mana-mana, mulai dari rumah tangga, pedagang makanan keliling, hingga restoran keluarga.

Hanya saja berbeda dengan rokok, belum terdapat penelitian yang dapat menghubungkan langsung bahwa MSG berbahaya bagi manusia – dalam takaran konsumsi yang wajar/dianjurkan. Sehingga MSG masih dikategorikan sebagai bahan tambahan yang aman secara umum untuk dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat.
Hal ini menimbulkan kontroversi, karena sejumlah orang memang mengeluhkan efek yang tidak nyaman saat mereka mengonsumsi makanan yang ditambahkan MSG ke dalamnya. Sementara, jika mereka tidak/berhenti mengonsumsinya, efek tersebut (yang bahkan telah dirasakan selama bertahun-tahun) akan memudar, dan mereka merasa baik lagi. Efek ini dikenal sebagai “chinese restaurant syndrome“, dan sudah diperdebatkan sejak lama.
Banyak laporan yang saling bertentangan tentang efek yang dihasilkan oleh MSG, semisalnya nyeri kepala, gemetaran, jantung berdetak kencang, keringat dingin, nyeri dada, mual, hingga lemas. Namun penelitian yang dilakukan belum bisa menemukan hubungan langsung MSG dengan keluhan-keluhan tersebut. Para peneliti memang mengakui bahwa sebagian kecil dari masyarakat akan mendapati sejumlah reaksi ringan jangka pendek setelah mengonsumsi bahan pangan yang mengandung MSG.
Gejala-gejala tersebut ringan, dan sering kali tidak memerlukan pengobatan, yang akan hilang dengan sendirinya. Hal yang mungkin mirip jika Anda “salah makan” bahan pangan tertentu yang membuat Anda alergi ringan. Jika Anda merasakan gejala yang tidak nyaman setelah mengonsumsi bahan pangan mengandung MSG, maka pilihan terbaik adalah menghindari konsumsi MSG atau produk yang mengandung glutamat di masa mendatang.
Lalu kenapa MSG tidak dilarang penggunaannya jika memang menimbulkan keluhan demikian? Hal ini dimungkinkan karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki dampaknya, sama seperti misalnya jika sejumlah kecil masyarakat yang muncul keluhan setiap kali makan masakan laut (sea food), ini tidak berarti yang berwenang harus melarang keberadaan semua rumah makan masakan laut kan?
Kini kembali pada Anda, karena bahaya MSG memang tidak atau belum terbukti melalui penelitian sehingga dianggap aman dikonsumsi bagi sebagian besar masyarakat. Apakah Anda tetap ingin mengonsumsi MSG, ataukah memilih bahan pangan dengan penyedap rasa yang lebih natural.
Tinggalkan Balasan