Bagi orang tua yang sedang mengajak putra-putrinya bepergian ke negeri Paman Sam, maka di sana saat ini sedang terjadi penyebaran cepat Enterovirus D68 (EV-D68). Virus ini menyerupai yang menyebabkan penyakit yang sering kita sebut dengan Flu Singapura atau HFMD di tanah air. Hingga tanggal 19 September kemarin, setidaknya tercatat sekitar 160 kasus oleh CDC di 22 negara bagian. Ini pertama kali virus ini menyebar dengan cepat, dan tampaknya kali ini cukup memberikan tanda dan gejala yang buruk pada organ paru penderita.
Ada baiknya Anda mengetahui beberapa hal mengenai infeksi EV-D68, sehingga anak-anak Anda aman selama berada di sana; dan apabila sekembalinya dari Amerika menderita gejala-gejala infeksi EV-D68, maka Anda sebaiknya segera membawa anak ke IGD rumah sakit jika gejalanya cukup buruk, atau ke dokter praktik jika gejalanya ringan.
Gejala Infeksi EV-D68
Jika kita mengenal bahwa kebanyakan infeksi virus dimulai dengan demam, batuk, dan pilek, namun tampaknya EV-D68 yang tengah terjadi saat ini tidak mengikuti pola klasik tersebut. Dikatakan di sana hanya sekitar 25% – 30% kasus yang tercatat memiliki gejala demam, sebagian besar lainnya tidak.
Umumnya gejala yang terlihat menyerupai gejala asma, di mana anak-anak yang menderita infeksi EV-D68 mengalami batuk, kesulitan bernapas, dan kadang mengi. Namun jika ditelusuri kembali riwayat penderita, mereka menyatakan tidak memiliki riwayat menderita asma.
Penyebaran yang Cepat
Salah satu kekhawatiran adalah virus ini menyebar dengan cepat, dengan ditunjukkannya banyak kasus dalam kurun waktu yang relatif singkat. Di mana penyebaran yang luas belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika.
Jika dirunut ke belakang, tampaknya penyebaran muncul pada musim masuk sekolah baru saja dimulai. Prinsipnya, jika ada sebuah virus baru yang belum banyak menyebar, maka kebanyakan orang akan menjadi rentan.
Biasanya virus baru yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limited disease), harus menginfeksi cukup populasi untuk memunculkan imunitas kelompok, dan pada akhirnya akan menurun dengan sendirinya angka-angka kejadian infeksi virus tersebut.
Yang paling Rentan Berisiko
Kasus-kasus yang terjadi adalah anak-anak antara usia 6 bulang hingga 16 tahun, kebanyakan pada usia antara 4-5 tahun menurut CDC. Walau banyak anak memiliki gejala yang ringan, namun virus yang menyerang anak-anak dengan riwayat masalah-masalah pernapasan tampaknya memberikan gejala yang berat.
Biasanya dokter akan memberikan edukasi pada para orang tua anak yang memiliki masalah pernapasan, misalnya asma; sehingga orang tua bisa memiliki rencana atau strategi di rumah untuk membantu anak-anaknya pulih atau jika masalah muncul.
Menangani Infeksi
Karena disebabkan oleh virus, dan bukan bakteri, maka antibiotik tidak akan membantu. Namun hal ini mungkin tidak dapat diterapkan di sejumlah wilayah di Indonesia yang misalnya pada saat bersamaan terjadi wabah bakteri atau parasit tertentu.
Tidak juga terdapat vaksin untuk mencegahnya, dan tidak ada obat-obat antiviral yang dapat mengobati.
Lalu apa yang dilakukan? Perawatan suportif/dukungan yang bisa diberikan. Jika anak memerlukan terapi oksigen, maka terapi oksigen akan diberikan. Dalam sejumlah kasus yang terjadi saat ini, obat-obat seperti albuterol diberikan untuk membantu membuka dan merelaksasikan jalur udara pada paru. Namun pada kasus-kasus kritis, pasien akan memerlukan ventilator untuk membantu mereka tetap dapat bernapas.
Kapan Membawa Anak ke Dokter
Jika anak-anak hanya memiliki gejala yang ringan, maka mereka hanya memerlukan perhatian yang lebih dari orang tua, termasuk dijaga agar cukup mendapatkan istirahat dan asupan cairan yang banyak.
Namun segera temui dokter di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada rumah sakit terdekat jika terdapat gejala-gejala yang berat, seperti napas yang cepat, dengan pengertian bahwa anak bernapas lebih dari satu kali per detik secara konstan dalam rentang waktu satu jam ketika beristirahat.
Lalu ada usaha napas pada anak, yang bermakna anak menggunakan otot-otot pernapasan tambahan di dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru-parunya. Anda bisa melihat adanya tarikan kulit di antara tulang rusuk anak. Ini termasuk tanda yang berat.
Cara Penularan
Enterovirus termasuk virus yang cukup umum, bahkan untuk di Indonesia. Enterovirus termasuk jenis virus yang bandel, mereka dapat lolos dari asam lambung dan menginfeksi usus. Kuman ini juga dapat hidup pada permukaan selama berjam-jam, bahkan mungkin seharian tergantung temperatur dan kelembapan.
Jika dilakukan kultur, virus ini bisa ditemukan di air ludah, mukosa hidung, dan dahak. Dengan menyentuh permukaan yang terinfeksi cairan tersebut, lalu menggosokkan tangan ke hidung atau mata, biasanya dapat membuat orang tertular. Anda juga bisa tertular melalui kontak dekat dengan orang yang menderita infeksi enterovirus.
Lindungi diri dan keluarga dengan membiasakan praktik cuci tangan yang baik. Ajarkan anak-anak untuk menutup mulut dengan tisu saat bersin atau batuk. Jika tidak ada tisu, ajarkan mereka menutup batuk dengan lipatan siku dibandingkan menggunakan tangan.
Disinfektan dan ditergen pada umumnya dapat membunuh enterovirus, jadi bersihkan permukaan yang sering disentuh oleh tangan, misalnya mainan atau gagang pintu, atau lantai rumah sesuai dengan petunjuk keamanan masing-masing bahan yang dibersihkan.
Tinggalkan Balasan