Saya sudah lama ingin mencicipi Arch, tapi belum banyak berani melangkah. Tahu diri, kalau selama 10 tahun ini cuma menjadi nubie ketika berhadapan dengan Linux, atau sekadar kata pengguna biasa, belum bisa dibilang super user; sementara Arch, seperti juga Slackware, selalu memiliki kesan angker bagi pengguna biasa layaknya saya ini. Lalu kemudian saya berkenalan dengan Antergos dari Rusia, dan membuat saya bisa jatuh cinta lagi pada sebuah sistem yang benar-benar baru (bagi saya), yang serupa tapi tak sama.
Sebelumnya saya merasa saya akan berhenti ketika menetapkan diri menggunakan cita rasa LTS – dukungan jangka panjang yang dibawa oleh LXLE. Tapi kemudian, ada sesuatu yang membuat saya merasa tidak hidup ketika menggunakan LXLE – padahal, LXLE menurut saya sangat lengkap, bahkan memenuhi semua yang dibutuhkan. Tapi bukan itu! Ada yang mendesak saya sehingga saya harus mencari solusi lain.
LXLE was great, and still amazing, but I just didn’t feel it! ~ ordinary linux user.
Beberapa malam tidak bisa tidur nyenyak, target saya adalah KDE anyar dari rilis 13.2 si kadal hijau ~ openSUSE! Atau seri GNOME 3.14 yang katanya menawan itu. Tapi masih 5 malam lagi! Saya rasa saya tidak akan bisa tidur nyenyak selama 5 malam, dan obatnya saya harus segera mencari jalan keluar. Ada pikiran menggunakan Kubuntu dan Ubuntu GNOME (saya tidak suka pakai Ubuntu thok). Tapi kemudian malah bingung untuk memilih apakah akan memungut regular release atau LTS.
Akhirnya saya mengunjungi – the salvation page that every tux’s friends visit regularly to pray for new release, the DistroWatch! – ; saya bahkan tidak ingat kueri apa yang saya masukkan sehingga saya menemukan Antergos di sana, setelah saya mencoba mencari distribusi berdasarkan kriteria yang saya inginkan. Dia muncul di barisan atas, nama yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Setelah beberapa kali mengunjungi halamannya, saya berkata, “inilah yang saya inginkan!” – walau agak khawatir sebenarnya karena Arch memang punya aura itu – yang semua pengguna non-Arch – pernah merasakannya.
Malam itu, pukul satu dini hari, saya mengunduh Antergos 2014.05.26, sekitar 800-900 MB. Saya pasrah paket Internet malam IM3 habis malam itu juga, karena saya tahu besar itu bukanlah yang terakhir yang saya perlukan – karena kita berbicara rolling release di sini.
Selesai dalam sejam (saya mesti puji Indosat untuk kali ini, karena biasanya sama sekali tidak jalan). Saya menempatkan berkas instalasi ke dalam USB Flash Disk berkapasitas 8 GB. Saya menggunakan metode DD untuk ini, dan saya tahu, setelah saya membuat live usb dengan metode ini, saya belum yakin bisa mengembalikan UFD saya berfungsi kembali seperti sebelumnya.
# dd bs=4M if=/path/to/antergos.iso of=/dev/sdx && sync
Perintah itu saya jalankan di LXLE, dan berhasil dengan baik. Karena saya selalu menggunakan partisi tunggal maka sdx akan selalu terlihat sebagai sdb. Jika bingung, kunjungi Wiki ArchLinux untuk lebih jelasnya. Karena tidak disarankan menggunakan aplikasi lain untuk membuat USB Flash Installation, kecuali mungkin aplikasi miliki SUSE.
Ketika mulai booting, semua berjalan lancar pada edisi 64-bit yang digunakan. Saat live session, saya berkenalan dengan CnChi – yang membuat saya berani mencoba mencicipi turunan Arch. Cnchi menurut saya sederhana, bagi saya yang hanya akan menggunakan OS tunggal. Tapi juga bermakna jika terjadi kesalahan selama proses pemasangan, saya akan kehilangan OS saya yang sebelumnya – LXLE, dan saya tidak bisa bekerja. Ini yang membuat saya berdebar-debar, tapi juga penasaran.
Cnchi memang dalam tahap beta, tapi saya kagum bagaimana aplikasi ini berfungsi. Pemilihannya dibuat sederhana sesuai konsep Antergos – KISS. Anda harus melihatnya sendiri, baru bisa mengetahui, bahwa memang ini kesederhanaan yang saya cari, mirip seperti milik Ubuntu dan turunannya, tapi jauh sederhana. Tapi belum tersedia informasi mendetil, sebagaimana yang disediakan dalam grafik pemasangan seperti miliki openSUSE, di mana kita memiliki kontrol penuh paket yang dipasang melalui antarmuka grafis. Hal ini wajar, mengingat sejak dulu the arch way memang demikian (katanya).
Selama pemasangan, Cnchi mengunduh kembali semua peranti lunak terbaru, dan mempersiapkan desktop. Dengan kecepatan unduh HSUPA 5 Mbps (600 KB/s), saya tidak akan khawatir bahwa ada paket yang terlambat diambil dan menjadi korup. Sekitar satu jam saya (tinggal tidur), pemasangan sudah selesai ketika saya terbangun pukul empat pagi.

Berkas ISO yang saya pasang membawa desktop Gnome 3.12, dan begitu selesai pemasangan Antergos, saya mendapatkan Gnome 3.14 yang utuh. Inilah salah satu daya pikat distro rolling release. Kita selalu bisa mendapatkan sesuatu yang bleeding edge, teknologi terbaru, celah keamanan yang ditambal dengan cepat, dan perbaikan usabilitas sistem sehingga memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Tapi juga bermakna, data Internet dengan jumlah tinggi dan memerlukan kecepatan tinggi. Jika dulu, mantan menkominfo berceloteh – Internet cepat buat apa? – bagi saya ini adalah salah satunya.
Apa yang Anda lihat di atas adalah gambar asli dari tampilan Antergos yang belum diutak-atik. Terima kasih atas kerja sama dengan Numix, Antergos hadir lain daripada yang lain, menampilkan kekhasan ikonik Numix yang mungkin sering kita lihat di ponsel pintar Android, jadi terasa cukup modern.
Pertanyaan saya yang lain, apakah berat? Kondisi idle, jika Anda tahu apa maksud saya, sistem hanya memakan memori sekitar ~ 450 MB. Memang jika dibandingkan dengan LXLE yang hanya dibawah ~ 200 MB akan terasa besar bagi yang memiliki sistem kelas bawah seperti saya. Tapi jika dilihat dari performa yang dihasilkan, saya rasa GNOME 3.14 yang dibawa Antergos jauh lebih membuat saya nyaman dibandingkan LXDE pada LXLE.
Saya menghabiskan sejumlah waktu untuk menambahkan beberapa hal seperti:
- Mozilla Firefox, karena asali yang dibawa adalah Chromium.
- LibreOffice, karena sebelumnya tidak membawa aplikasi sejenis.
- Wine, untuk emulsi sesuatu yang “kotor”.
- Dia, khusus untuk beberapa pekerjaan di kantor.
- Shutter, karena ini adalah aplikasi sakti untuk membuat tulisan ini punya gambar.
- VLC, karena saya adalah penggemar fansub anime.
- Dropbox, sebagai tempat merasa aman untuk selalu ngoprek distro Linux.
- Gimp (dalam rencana ditambahkan).
- Inkscape (belum sempat dipasang).
- Lain-lain (tolong diingatkan lagi jika ada yang terlewat).
Kalau melihat semua itu, Anda akan tahu betapa banyaknya aplikasi tambahan yang harus saya ambil lagi. Dan berbicara tentang arch, itu bermakna mengetik, mengetik, dan mengetik; sebagaimana mirip dengan semboyan kabinet presidensil kita yang baru. Jika Anda berencana memasang Antergos, berarti semua yang di atas harus sudah dipertimbangkan.
Saya belajar menggunakan pacman
dan juga yaourt
. Saya belajar menambahkan atau mengaktifkan repositori yang berbeda sama sekali dengan distribusi lain yang sebelumnya saya coba (sebenarnya sih saya cuma berputar-putar di antara openSUSE dan turunan Ubuntu). Dan setelah saya belajar itu tadi pagi, sekarang saya sudah lupa lagi separuhnya. Untungnya Wiki Arch Linux selalu ada untuk membantu, sehingga tinggal lihat lagi jika lupa.

Arch adalah distro yang memiliki kekuatan sendiri sebagai distribusi rolling release, dan ini akan membantu saya agar tidak usah lagi memasang atau mengganti distro ke versi baru dengan melakukan instal ulang. Saya dulu nyaris berhasil dengan openSUSE Tumbleweed, tapi kemudian ada bencana HDD laptop dicuri. Gnome 3.14 adalah DE yang sudah cukup matang, saya memang terbiasa menggunakannya sejak pertama kali Gnome beralih dari versi 2 ke versi 3, sebelum saya pindah ke KDE karena merasa lebih ringan. Tapi sekarang saya merasa Gnome cukup ringan, maka saya akan berada di sini. Dan terakhir, Antergos yang membuat saya mampu menyatukan keduanya dalam cita rasa yang benar-benar saya inginkan, yang bisa saya bangun tanpa terlebih dahulu membuang atau mematikan banyak aplikasi bawaan.
Dalam segala kekurangan, saya sudah bisa tidur dengan nyenyak kembali. Apa yang saya inginkan sudah bisa diwujudkan, dan ini akan menjadi sistem operasi yang menemani saya bekerja sehar-hari ke depannya. Apa Anda sudah mencoba Antergos? Atau berminat mencicipinya? Apakah saya sudah bilang kalau Antergos memiliki PacmanXG, sebuah aplikasi toko software rinci (walau masih dalam tahap pengembangan) seperti yang dimiliki openSUSE melalui YaST?
Tulisan saya tentang Linux ke depan, mungkin akan dipenuhi hal-hal yang berbau Arch. Itupun jika masih bisa menyisihkan waktu untuk menulis, saya harap demikian.
Tinggalkan Balasan