Belakangan ini topik tentang adikuman (superbug) – CRE – carbapenem-resistant Enterobacteriaceae menjadi hangat kembali. Carbapenem dikenal sebagai salah satu antibiotik garis akhir dalam melawan infeksi bakteri jika antibiotik lain gagal, sehingga jika ada kelas bakteri enterobakter yang kebal terhadap carbapenem, maka ini adalah mimpi buruk bagi banyak klinisi, dan pasien yang terkana. Sehingga kuman yang memiliki kemampuan seperti ini disebut sebagai superbug – adikuman.
Enterobakter merupakan bakteri gram negatif, termasuk di dalamnya adalah spesies Klebsiella dan Escherichia coli (E. coli), yang sebagian besar – pada awalnya – merupakan bagian dari flora normal usus manusia, yang kemudian menjadi memiliki sifat kebal/resisten terhadap carbapenem.
Menurut CDC, dalam tulisan mereka mengenai HAI – Healthcare-associated infections (dulu di Indonesia dikenal dengan istilah infeksi nasokomial, tapi kita sudah tidak menggunakan istilah itu lagi), terdapat sejumlah jenis CRE yang biasanya disebut sesuai dengan tipenya, seperti KPC (Klebsiella pneumoniae carbapenemase), dan NDM (New Delhi Metallo-beta-lactamase), yang keduanya merupakan nama enzim yang mampu memecah carbapenem dan membuat obat ini menjadi tidak efektif. Dilaporkan juga ada kelompok Pseudomonas yang juga memiliki enzim serupa, sebagaimana enzim VIM (Verona Integron-Mediated Metallo-β-lactamase).
CRE sebenarnya sudah dikenal dalam beberapa tahun belakangan ini, namun karena kasusnya masih jarang, sehingga tidak banyak mendapatkan perhatian. Hanya beberapa waktu yang lalu, muncul kasus di Rumah Sakit Ronald Reagen UCLA Medical Center tentang outbreak (kejadian luar biasa) adikuman ini. Di mana pasien terinfeksi dari alat medis yang digunakan saat bakteri masih ada di sana meskipun sudah melalui proses disinfeksi.
Alat yang digunakan dalam kasus tersebut adalah duodenoskopi, yang digunakan setidaknya pada lebih dari 500.000 prosedur setiap tahunnya di Amerika. Alat ini dimasukkan dari mulut dan melalui tenggorokan, lambung, dan diatas usus halus. Alat ini membantu dokter mendiagnosis dan menterapi penyakit-penyakit pada hati, duktus bilier (empedu) dan pankreas.
Permasalahan dapat muncul ketika bakteri ini meninggalkan usus/saluran cerna, dan menempati area lainnya, seperti saluran kemih, paru-paru, kulit, atau pada alat medis. Biasanya menyebabkan infeksi ketika jumlahnya bertambah hingga angka tertentu, dan kemampuan tubuh melawan infeksi melemah.
Siapa yang bisa terinfeksi? Orang sehat pada umumnya tidak akan terkena infeksi CRE, yang rentan adalah pasien rumah sakit, perawatan di rumah, atau pada layanan kesehatan lainnya. Sehingga CRE disebut sebagai salah satu jenis HAI, yang dalam ini termasuk adikuman yang memberi mimpi buruk bersama dengan jenis seperti MRSA – methicillin-resistant staphylococcus aureus. Pasien yang rentan, biasanya pasien yang memerlukan peralatan medis seperti ventilator (alat bantu napas), kateter urin (alat bantu buang air kecil), atau kateter intravena (pemasangan infus), dan pasien-pasien yang mengomsumsi antibiotik dalam jangka panjang.
Apakah kasus ini umum? Saya kurang tahu bagaimana di negara kita, penggunaan carbapenem juga belum luas di Indonesia, apalagi di wilayah pinggiran kita, masih bisa dibilang langka. Tapi gambaran di negeri Paman Sam dalam dekade terakhir, setidak kasus CRE sudah dilaporkan di 42 negara bagian menurut CDC. Sekitar 4% rumah sakit di Amerika memiliki setidak satu pasien dengan infeksi CRE pada pertengahan 2012.
Apakah CRE mematikan? Jawabannya: Sangat mematikan! Sekitar 40% hingga 50% kasus yang terinfeksi meninggal dunia. Ini berarti jika ada dua orang terinfeksi, salah satunya diperkirakan akan meninggal dunia. Ini kita berbicara di Amerika, bukan di Indonesia yang nota bene dalam kondisi dunia kesehatan yang berbeda. Jika infeksi CRE sudah memasuki peredaran darah, maka akan sangat berbahaya. CRE sendiri dianggap lebih berbahaya dibandingkan infeksi mematikan lainnya, seperti MRSA dan Clostridium difficile.
Bagaimana mengobatinya? Dokter sering mencoba carbapenem dan antibiotik lainnya. Kombinasi antibiotik sering menjadi pilihan yang baik. Tes untuk sensitivitas antibiotik akan sangat membantu ketika infeksi tidak berkembang dengan cepat.
Apa yang bisa dilakukan guna mencegah? Sebenarnya karena penyakit ini tidak akan mengunjungi Anda ketika Anda tidak mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, maka tidak ada pencegahan khusus yang bisa dilakukan. Ketika mengunjungi rumah sakit, pastikan Anda memang memerlukan pelayanan rumah sakit. Jika masih sakit yang bisa diobati secara mandiri, maka lakukan secara mandiri. Jika terpaksa mengunjungi rumah sakit, gunakan alat pelindung, seperti masker, dan selalu mencuci tangan pada wastafel atau alat cuci tangan yang disediakan di rumah sakit. Cuci tangan juga ketika Anda baru pulang dari rumah sakit.
Anda juga bisa berharap (dan tentu saja mengingatkan) petugas medis termasuk dokter, perawat dan bidan untuk selalu mencuci tangan sebelum dan setelah memeriksa Anda, atau sebelum melakukan tindakan medis, seperti menyuntik.
Rumah sakit biasanya memiliki prosedur mencegah infeksi HAI ini, rumah sakit memilik tim atau komite yang dikenal sebagai PPI – pencegahan dan pengendalian infeksi. Jika Anda khawatir dengan masalah atau isu seperti ini, silakan berbicara dengan humas rumah sakit mengenai program PPI mereka terkait dengan HAI, dan apakah program mereka telah lulus akreditas rumah sakit oleh KARS atau JCI. Ini akan membuat Anda merasa lebih tenang, walaupun di mana-mana ancaman HAI tetaplah sesuatu yang tidak bisa lepas dari pelayanan kesehatan.
Tinggalkan Balasan