Frambusia (dalam bahasa Inggris: Yaws), dikenal juga sebagai Patek di Indonesia. Penyakit ini sudah ada sejak lama, bahkan catatan di awal abad ke-20 – dan merupakan salah satu penyakit kulit paling menular. Dengan semakin umumnya penggunaan antibiotik di abad ke-21 ini, penyakit ini semakin jarang kita jumpai. Biasanya dulu pengobatan menggunakan penicilin atau tetracycline. Frambusia disebabkan oleh Treponema pallidum subspesies pertenue.
Hanya saja, di beberapa daerah, penyakit ini masih umum. Di daerah dengan curah hujan dan kelembapan yang tinggi, umumnya menjadi daerah endemis.
Beberapa waktu yang lalu, NEJM – the New England Journal of Medicine merilis penilitan terkait upaya eradikasi penyakit ini di sebuah daerah di Papua Nugini.
Metode yang digunakan oleh para peneliti meliputi edukasi menyeluruh di wilayah endemis, sehingga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang frambusia. Dan setelah itu melakukan TCT – total community treatment, atau terapi masal dengan azythromycin dosis tunggal.
Dalam jurnal yang berjudul “Mass Treatment with Single-Dose Azithromycin for Yaws” (N Engl J Med 2015; 372:703-710), diperlihatkan bahwa, 12 bulan pasca terapi masal ini, terdapat penurunan prevalensi kasus infeksi, baik yang aktif maupun laten.
Penelitian ini bisa membantu menjadi pertimbangan rekan-rekan sejawat dokter di wilayah yang masih banyak kasus frambusia. Saat ini azithromycin masih bisa disediakan secara luas di Indonesia, walau tentu saja selama tidak ada resistensi dengan antibiotik yang tersedia (penicilin) umum, maka azithromycin bisa dijadikan pertimbangan lain.
Tinggalkan Balasan