Beberapa orang memerlukan mesin pencetak (baca: printer) untuk digunakan di rumah, setidaknya membantu mencetak dokumen yang diperlukan dalam pekerjaan. Selama ini yang populer adalah printer jenis InkJet yang menggunakan tinta basah, untuk kegiatan ini, saya pun dari dulu menggunakan printer jenis ini, pertama harganya terjangkau dan mudah didapatkan tintanya.
Permasalahannya, seiring dengan perkembangan zaman. Untuk menghindari penggunaan tinta palsu, dan memastikan konsumen menggunakan ‘hanya’ spare-part resmi dari produsen printer, maka perawatan printer jenis InkJet menjadi semakin rumit. Apalagi bagi mereka yang tidak mencetak dalam jumlah besar setiap bulannya atau bahkan belum tentu mencetak tiap bulannya, tinta ini biasanya mengering dan rusak di dalam printer – dan harus diganti baru bersama tangki tinta yang asli.
Hal ini yang membuat saya berpikir untuk menggunakan printer berjenis LaserJet di rumah. Dengan pertimbangan, tinta akan awet dalam jangka pemakaian lama, harganya juga terjangkau, dan penggantian tinta bisa dilakukan melalui jasa pelayanan yang bisa dipanggil dan proses penggantian tidak memerlukan waktu lama.
Dari sejumlah printer LaserJet yang ada di pasaran, pilihan saya jatuh pada HP LaserJet MPF 130nw dengan mempertimbangkan kebutuhan, fungsi, fitur, harga, dan kemudahan pemeliharaan yang ditawarkan.
Saya membelinya dari toko daring, sehingga harganya bisa cukup ramah di kantong dibandingkan dengan membeli dari toko lokal.
Kesan saya saat pertama kali menggunakan menggunakan produk HP LaserJet Pro MFP 130nw cukup mengejutkan. Karena saya juga memanfaatkan sejumlah printer Laserjet di kantor, baik yang hanya untuk cetak (print) maupun yang untuk cetak dan pindai (print and scan). Tapi ukuran MFP 130nw cukup kecil, dan ramping, sehingga tidak memakan banyak tempat bagi printer yang memiliki kemampuan cetak dan pindai ini.
Untuk melakukan setelan pertama kali memang agak sulit, karena komputer saya tidak memiliki kandar pembaca DVD untuk memasang pengandarnya. Sehingga harus mengunduh terlebih dahulu dari situs resmi Hewllet-Packard. Yang paling memerlukan trik adalah pemasangan melalui jaringan nirkabel, karena saya memanfaatkan berbagi jaringan dari perangkat Android yang tidak memiliki fitur WPS. Sedemikian hingga printer ini tidak disarankan disetel oleh mereka yang tidak memiliki pengalaman dengan pemasangan pengandar via jaringan, tentu saja pilihan kabel masih tersedia dibandingkan fitur nirkabel (wireless) yang disediakan.
MFP 130nw bukan tipe pencetak yang heavy-duty, sehingga memiliki maksimal penggunaan dalam sebulannya. Ini mungkin tidak cocok bagi perkantoran yang sibuk dengan kegiatan mencetak, namun cukup pas dengan pengguna rumahan atau industri kecil rumah tangga yang mencetak dalam jumlah terbatas.
Saya hanya berharap, printer ini akan cukup panjang umur dan bandel tapi tidak rewel untuk digunakan dalam setiap kesempatan.
Tinggalkan Balasan