Saya suka mendengarkan musik, mulai dari era radio dan WalkMan™ dari Sony di masa sekolah dulu. Walau mungkin selera musik saya agak berbeda dari teman-teman sebaya pada masa itu.
Entah kenapa, sebuah masa terlompati begitu saja. Dari era headset walkman menuju earphone pada era ponsel, dan hingga kini era smartphone.
Saya adalah orang yang termasuk tidak nyaman menggunakan earphone, bukan karena pengalaman masa kecil. Namun hanya sedikit produk earphone yang ramah pada telinga saya. Paling nyaman yang pernah saya miliki dulu adalah Jabra Helo Fusion, karena earbud tipe ini yang paling nyaman di telinga saya.
Lalu, barang itu hilang ketika saya menghadiri pertemuan di sebuah hotel. Saya kira terjatuh ketika saya melepas helm. Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi membeli wireless headset, risiko jatuh saat berkendara dan rasa tidak nyaman ketika earbud masuk ke dalam liang telinga memang membuat saya enggan.
Sampai kemudian saya melihat penawaran beberapa produk wireless headphone dengan teknologi pengantaran suara melalui konduksi tulang (bone conduction). Harganya pun lebih fantastik, walau tidak sefantastik produk teranyar Sony yang digadang mampu menghasilkan total noice cancelation.
Saya tertarik dengan teknologi ini, karena beberapa bertimbangan; dan akhirnya mencoba mengambil produk yang paling terjangkau di pasaran – dengan harga yang relatif tidak berbeda dengan earphone berkabel sekalipun. Yaitu, Baseous Covo BC10 – Headset Wireless: Bone Conduction.
Bahkan di salah satu toko daring (Tokopedia), saya mendapatkan penawaran yang nyaris separuh harga dari toko daring lainnya. Ya, saya ambil saja.
Setelah tiba, saya mencoba memasangkannya (via Bluetooth) dengan dua gawai saya, ponsel Redmi Note 4 dan iPad Mini generasi 5. Proses penyandingan tidak sulit, dan lalu bisa digunakan.
Saya mencoba mendengarkan lagu-lagu di Spotify, plus iklannya di versi gratis, dan saya nyaris tidak mendapatkan perbedaan ketika saya mendengarkan menggunakan earphone berkabel yang bersarang di liang telinga. Suaranya jernih, dan nikmat didengar.
Ini sebuah pengalaman yang baru. Bahkan pada suasana ruangan hening, saya merasa suara yang saya dengar lebih jernih dibandingkan dengan menggunakan earphone biasa (catatan: biasa di sini termasuk earphone yang harganya tidak sampai di atas IDR 300K).
Sayangnya, saya baru sadar melihat bahwa volume berada di garis tengah ketika saya mendengarkan suara jernih itu. Saya memerlukan dua kali setelan ketinggian volume suara untuk mendapat kejelasan suara.
Tapi enaknya, saya bisa tetap mengobrol, bekerja, tanpa mengganggu komunikasi sambil mendengarkan musik. Ibaratnya, saya seperti sedang mengobrol pada sebuah lounge yang dipenuhi musik sambil bercengkrama, hanya saja musik tersebut hanya saya yang menikmati.
Ini bukan gawai yang baik untuk mereka yang benar-benar ingin larut mendengarkan musik, namun sangat bermanfaat bagi yang ingin menikmati musik tanpa kehilangan kontak penginderaan suara dengan lingkungan.
Saya mencoba menggunakannya sambil mengendarai sepeda motor. Eh, ternyata jika volume tidak ditancap hingga maksimal, saya tidak bisa mendengar musik sedikit pun. Tapi ini tidak di luar dugaan saya, karena beberapa ulasan di Internet menyebut memang teknologi bone conduction belum nyaman digunakan sambil berkendara. Walau bisa saja membantu mereka yang hendak berkendara dengan memanfaat GPS dengan suara pemandu, saya belum mencobanya.
Baterainya cukup awet, saya mendengarkan musik selama 4 jam, penanda baterai belum turun hingga separuhnya. Sementara menurut situs resmi, baterainya dapat bertahan hingga 10 jam.
Setelah memakai selama empat jam, saya sangat senang dengan produk ini. Beberapa yang kurang nyaman memang ada beberapa hal. Pertama, walau sangat jarang, daun telinga bagian atas terasa sedikit kurang nyaman; Kedua, jika terkena rambut, ada getaran yang menghasilkan suara lucu; Harus berhati-hati saat digunakan bersama helm, bisa terjatuh ketika melepas helm (risiko ini ada pada banyak jenis wireless headset lainnya).
Tinggalkan Balasan