Tulisan ini diadaptasi dari Lancet1 mengenai beberapa pertimbangan yang perlu diambil karena beberapa kebijakan yang diambil tidak memiliki bukti keilmuwan, dan terbukti tidak efektif.
Pertama, meskipun COVID-19 ada di udara, disinfeksi perkotaan dan komunitas tidak diketahui secara efektif untuk mengendalikan penyakit dan perlu dihentikan. Praktik menyemprotkan disinfektan dan alkohol di langit, jalan, kendaraan, dan orang tidak bermanfaat; dan juga, alkohol dan disinfektan dalam jumlah besar berpotensi mencederai manusia dan harus dihindari.
Kedua, penggunaan alat pelindung diri (APD) harus diterapkan dengan membedakan faktir risiko. Pendekatan pencegahan epidemi dilakukan, kurangi penyia-nyiaan APD, oleh karena sumber daya ini terbatas pasokannya. Meskipun masker bedah tersebar dan digunakan luas oleh masyarakat, tidak ada bukti bahwa masker ini bisa mencegah terjangkit COVID-19, meskipun mereka sedikit mengurangi penyebaran dari orang yang terinfeksi. Respirator seperti N95 dan APD lainnya harus digunakan di rumah sakit di mana tenaga kesehatan melakukan kontak langsung dengan pasien terinfeksi.
Ketiga, terkait dengan pembatasan warga Tiongkok kembali ke negaranya karena ada pembatasan atau karantina wilayah, hal ini tidak berdampak pada pencegahan COVID-19. Sama halnya dalam praktik menutup akses jalan pada desa atau komunitas tertentu tidak memiliki arti dalam pencegahan dan kontrol penyakit. Langkah ini bisa menyebabkan ketidakpuasan dan menurunkan ketaatan terhadap himbauan pencegahan dan kontrol infeksi.
Keempat, pendidikan kesehatan masyarakat harus berdasarkan bukti ilmiah untuk mengurangi kecemasan dan tekanan yang diakibatkan oleh kesalahan berita. Secara khusus, temuan epidemi harus dilaporkan pada saat yang tepat dan sesuai fakta, sedemikian hingga informasi ini bisa ditelaah dan dimaknai dengan tepat. Kesalahan informasi bisa menyebabkan kepanikan yang menjadi kontraproduktif terhadap upaya pendalian epidemi.
Kelima, WHO telah menekankan bahwa saat ini tidak ada pengobatan efektif yang diketahui tersedia untuk COVID-19 dan tidak merekomendasikan penggunaan obat antivirus, antibiotik, glukokortikoid, atau pengobatan tradisional Tiongkok. Meskipun demikian, ada laporan tentang penggunaan oseltamivir, lopinavir / ritonavir, prednisone, antibiotik, dan obat tradisional Tiongkok untuk pengobatan pasien dengan COVID-19. Pengobatan harus dilakukan dengan tidak memberi pasien obat dengan efikasi (kemanjuran) yang tidak diketahui, yang mungkin merugikan pasien sakit COVID-19 yang kritis; uji klinis sangat diperlukan dalam konteks ini. Demikian juga, pengembangan vaksin merupakan prioritas kesehatan masyarakat yang mendesak.
- Xiao, Y., & Torok, M. E. (2020). Taking the right measures to control COVID-19. The Lancet Infectious Diseases. ↩
Tinggalkan Balasan