Mi Box S sudah ada sejak lama, dan versi barunya Mi Box 4K baru meluncur di India. Tapi yang saya ulas kali ini adalah Mi Box S versi global yang sudah lama ada di Indonesia.
Mi Box S merupakan salah satu produk Android TV yang ditelorkan oleh Xiaomi. Setahu saya, secara global hanya ada dua produsen yang menghasilkan Android TV yang tersertifikasi oleh Google, Mi Box oleh Xiaomi dan Nvidia Shield oleh Nvidia. Sementara itu di dalam negeri ada perangkat seperti Transvision Xtream yang menyatakan sudah tersertifikasi oleh Google.
Mengapa bukan Mi TV Stick? Alasan yang sama ketika saya memilih Roku Streaming Stick dulu. Mi Box S sudah mendukung siaran 4K, sementara Mi TV Stick saat ini baru mendukung sampai HD. Kecuali televisi yang digunakan tidak mendukung 4K (Ultra HD), maka tidak ada fungsinya mengambil produk yang mendukung hingga 4K. Tentu saja, pita internet selebar minimal 25 Mbps diperlukan untuk mendukung streaming siaran daring 4K.
Pertama-tama, apa yang saya suka dari Mi Box S?
- Termurah dari Google Certified Android TV yang mendukung resolusi 4K di pasaran saat ini.
- Dimensi mungil dan bisa ditempatkan di mana saja.
- Remote tidak berbasis IR, tapi menggunakan bluetooth.
- Memudahkan login ke pelbagai aplikasi dengan SSO Google.
- Now, we talk with VPN, baby!
Lalu, apa yang kurang saya sukai?
- Remote nyaris tidak bisa dipasangkan (pairing) pada kasus saya, sehingga saya harus menggunakan aplikasi Android TV Remote oleh Google di ponsel Android pada awalnya.
- Tidak mendukung RJ45, artinya tidak mendukung konektivitas kabel, hanya dari WiFi.
- Tayangan yang dihasilkan tidak semanis aplikasi asli (native) di Tizen OS.

Saya akan berbicara tentang user experience (pengalaman pengguna) dari kacamata saya.
Harus diketahui, tidak semua tayangan disajikan dalam format 4K (2160). Hanya sangat sedikit tayangan dalam format ini. Kebanyakan dalam format HD (720) atau FHD (1080). Atau kadang justru malah film lama memiliki kualitas SD (480) ke bawah, yang membuatnya sangat tidak nyaman ditonton di televisi modern.
Tayangan yang tidak 4K, pada Smart TV berbasis Tizen OS seperti Samsung yang saya gunakan, ada istilah smart upscalling. Jadi menampilkan tayangan yang tidak 4K, setidaknya tetap nyaman di layar 4K. Tentu saja dengan teknologi HDR yang menjadikannya tampil lebih manis.
Tizen OS sudah mulai sejak lama dalam dunia pertelevisian, sementara Android OS mungkin baru saja mencoba merebut pasaran. Tapi ketika keduanya dipadukan, hasilnya menjadi tidak menarik.
Perhatikan perbandingan gambar berikut.


Aplikasi dari Mi Box S yang tayang di Samsung Smart TV memiliki kualitas gambar yang tidak semanis aplikasi bawaan Samsung Smart TV. Jadi jika orang ingin streaming dengan kualitas yang lebih baik, dan aplikasi ada di Android Box dan Native Apps, maka pilihan terbaik adalah menonton melalui native apps di Smart TV itu sendiri.
Upscalling pada Mi Box S sepertinya tidak dapat dilakukan dengan baik oleh Samsung Smart TV, atau memang Samsung Smart TV tidak mendukung teknologi upscalling dan HDR dari perangkat eksternal? Entahlah.
Karena, tanpa HDR, rasanya hidup tidaklah hidup. Tontonan kurang terasa realistis.
Isu ini tidak hanya muncul pada Mi Box S, tapi juga pada Roku Streaming Stick. Jadi saya menganggap, mungkin memang demikian.
Sehingga, mungkin saja, jika memang ingin pengalaman Android TV yang sesungguhnya. Bisa jadi memilih langsung dari televisi yang menggunakan Android OS, bukan dari Android TV Box. Sayangnya, Samsung setahu saya tidak memiliki produk Android TV. Karena Tizen OS yang dikembangkan olehnya cukup bagus, stabil, dan berkualitas tinggi.
Hanya saja, aplikasi pada Tizen OS sering tidak mendapatkan perhatian pengembang. Merebaknya Android TV mungkin saja bisa mengubah arah prioritas pengembangan aplikasi streaming dari Tizen OS ke Android OS. Kabar baiknya, banyak produsen TV berkualitas seperti BenQ, Blaupunkt, hingga Sony menyediakan produk Android TV mereka. Atau jika anggaran terbatas, produk Changhong dan Xiaomi siap menjadi solusi Anda.

Saya mencoba menayangkan film Moana dari aplikasi Disney+ di Mi Box S. Film ini hadir dengan format FHD (1080), dan membutuhkan lebar pita 26-27 Mbps untuk membuatnya bisa tayang lancar di Mi Box S.
Apakah hasilnya bagus? Ya, cukup enak untuk ditonton. Saya bilang cukup, karena saya pernah memutar film Moana kualitas FHD (1080) dengan kualitas yang lebih baik dalam ingatan saya. Meskipun Mi Box S membawa kemampuan HDR di dalamnya, saya masih merasakan ada yang kurang.
Hei, tapi siapa saya yang protes. Langganan Disney+ juga karena dapat promo hanya IDR 70-an ribu per tahun. Kalau mau kualitas bagus banget, mungkin mimpi kali ya.
Saya hanya penasaran, kalau saya menggunakan Nvidia Shield atau Nvidia Android TV yang mendukung 4K, apakah pengalaman penggunaannya akan serupa?
Terakhir, saya senang karena pada Mi Box S, saya bisa menggunakan VPN yang tidak bisa saya gunakan pada Tizen OS Samsung Smart TV sebelumnya. Yang saya gunakan adalah langganan saya, avast! SecureLine yang pernah saya ulas sebelumnya.
VPN memungkinkan pengguna mengakses banyak siaran yang bermasalah di Indonesia. Misalnya siaran Netflix pada jaringan Indihome. Saya bisa menonton Netflix dengan lancar menggunakan VPN di Mi Box S pada jaringan Indihome. Tentu saja repotnya, VPN harus dinonaktifkan kembali jika hendak menonton siaran lain, seperti Viu, Iflix, Amazon Prime Video, atau Disney+ Hostar.
Simpulan saya, Mi Box S merupakan alternatif paling terjangkau untuk menikmati siaran daring dari pelbagai penyedia yang tersedia melalui Android TV hingga kualitas 4K. Sayangnya, pengalaman 4K ataupun FHD yang ditawarkan kurang sempurna karena kualitas pengolahan gambar yang kurang mumpuni. Jika menggunakan Tizen OS Smart TV, maka sebaiknya memilih aplikasi bawaan Smart TV jika tersedia untuk pengalaman yang lebih baik, manfaatkan Mi Box S untuk siaran yang tidak bisa diakses atau tidak tersedia pada Tizen OS.
Tinggalkan Balasan